Sorong, Papua Barat (ANTARA) - Pengelola kawasan konservasi dan tim jaga laut Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, dilatih mengelola data hasil monitoring kawasan secara digital oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (UPTD-KKP) Kaimana bekerja sama dengan Conservation International (CI) Indonesia.

Kepala UPTD Pengelolaan KKP Kaimana, Eli Auwe di Sorong, Jumat menjelaskan bahwa pelatihan yang berlangsung 15-18 Februari 2021 itu bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat pengelola kawasan mengenai teknik pengumpulan serta pengelolaan data hasil monitoring dengan menggunakan SMART dan SMART Mobile.

Dia mengatakan, SMART merupakan salah satu sistem yang dikembangkan dan telah diadopsi oleh Direktorat Jenderal Konservasi Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak tahun 2017 untuk mengelola data hasil kegiatan patroli maupun data kawasan konservasi secara umum.

Menurut dia, SMART dan SMART Mobile bisa dipakai sesuai dengan kebutuhan pengelolaan kawasan serta mudah digunakan dengan tanpa memerlukan keterampilan khusus.

Berbagai data yang dapat diolah melalui sistem SMART di antaranya yaitu data hasil monitoring satwa liar, inventarisasi potensi, kegiatan penyuluhan, dan penegakan hukum, serta pendataan kegiatan pengelolaan lainnya.

Ia menjelaskan, pelatihan yang diikuti oleh 18 orang pengelola kawasan konservasi di Kaimana tersebut selain teori juga selama dua hari dilakukan praktik lapangan penggunaan GPS di kawasan laut dan bakau dalam KKP atau Taman Wisata Perairan (TWP) Kaimana.

Dalam praktik SMART dan SMART Mobile di lapangan, peserta melakukan kerja kelompok dalam pengelolaan data dan pembuatan laporan.

Ia berharap melalui kegiatan ini peserta dapat memahami dan mengimplementasikan program SMART untuk meningkatkan pengawasan dan pengelolaan kawasan konservasi darat dan laut di Kaimana.

Kesehatan ekosistem darat dan laut, kata dia, sangat penting karena keduanya terhubung secara ekologis. Kabupaten Kaimana memiliki empat Kawasan Konservasi Perairan/TWP dengan total seluas 499.804,13 ha, dan kawasan konservasi hutan yang penting untuk dijaga kelestariannya.

"Upaya pemantauan pada wilayah seluas ini tentu akan membutuhkan dana, tenaga, dan pendekatan pengawasan yang terpadu dan mudah dipakai," kata Eli Auwe .

Corridor Manager CI Indonesia Kaimana dan Fakfak, Nur Ismu Hidayat yang menyampaikan keterangan terpisah menjelaskan bahwa pelatihan SMART bagi pengelola dan tim jaga laut di kawasan konservasi Kaimana diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam mengumpulkan data sehingga dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dan pengelolaan kawasan laut dan konservasi di Kaimana.

Ia mengatakan ekosistem perairan Kaimana yang kaya sumber daya ikannya perlu dilestarikan dan dikelola dengan baik. Kaimana juga memiliki ekosistem mangrove seluas 52.328 ha atau 11 persen dari total mangrove di Papua Barat yang penting untuk mendukung kesehatan laut Kaimana, tempat memijah ikan, dan juga penyimpan cadangan karbon yang perlu dilestarikan.

"Penggunaan perangkat SMART untuk memperkuat monitoring dan perencanaan dalam pengelolaan kawasan akan membantu pelestarian ekosistem mangrove, hutan, dan laut di Kaimana," demikian Nur Ismu Hidayat.

Baca juga: Tim pemantau temukan ikan-ikan mati di Teluk Triton, Papua Barat

Baca juga: Lima spesies hiu berjalan ada di Indonesia

Baca juga: Bercengkerama dengan hiu paus di Kaimana