Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan data kontraksi atau penurunan ekonomi Ibu Kota pada akhir 2020 sebesar 2,14 persen sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), perlu digarisbawahi penyebabnya.

"Jadi yang perlu digarisbawahi penyebabnya. Apa penyebabnya? Yakni interaksi berkurang, kegiatan transaksi menurun. Jadi, penyebabnya bukan karena salah hitung, bukan karena investasi," ujar Anies di Jakarta, Kamis.

Anies menyebut situasi pandemi COVID-19 yang sampai sekarang masih berlangsung penyebab kontraksi ekonomi karena kegiatan transaksi jual beli antarwarga menjadi menurun sehingga menjadi penyebab mandeknya roda perekonomian Ibu Kota.

Kendati demikian, Anies menyatakan pihaknya belum mau fokus mengatasi masalah perekonomian sebelum yang saat ini menjadi prioritas yakni penanganan pandemi COVID-19 tuntas.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tiba di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (17/11/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangan terkait pelanggaran protokol kesehatan pada acara Maulid Nabi di Petamburan, Jakarta Pusat yang menimbulkan kerumunan. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

Baca juga: BPS: Walau terkontraksi, ekonomi DKI Jakarta kuartal IV 2020 membaik

"Supaya interaksi bertambah, warganya harus sehat. Mengembalikan kondisi ekonomi harus dimulai mengembalikan kondisi kesehatan," ucapnya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menilai perekonomian akan kembali stabil seiring dengan tertanganinya pandemi dan sudah bisanya masyarakat beraktivitas seperti biasa, sehingga kegiatan transaksi akan berangsur-angsur pulih.

"Dengan transaksi berjalan kembali, semua kegiatan yang memberikan nilai tambah bisa berjalan baik, begitu ada nilai tambah maka menghasilkan pertumbuhan ekonomi," tutur Anies.

Sebelumnya, BPS juga menyebut perekonomian Jakarta masih menunjukkan tren positif mengingat pada kuartal III, perekonomian Ibu Kota minus 3,83 persen.

Baca juga: Anies optimis ekonomi Jakarta pulih dengan cepat di 2021