Jakarta (ANTARA) - Sektor properti dipercaya akan menjadi salah satu motor penggerak utama dalam pemulihan ekonomi nasional.

Kontribusi sektor properti terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia memang masih terbilang rendah, hanya sebesar 2,77 persen pada tahun 2019.

Namun perlu diketahui bahwa sektor properti membawa dampak ekonomis bagi 174 industri turunan lainnya. Artinya, sektor properti sangat berkaitan erat dengan sektor lain (backward linkage) dan mempengaruhi pertumbuhan sektor lain (forward linkage).

Rasio properti yang baru hampir 3 persen itu juga mengindikasikan bahwa masih banyak ruang bisnis untuk dikembangkan.

Situasi itu tentunya menjadi peluang besar bagi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), mengingat BUMN bidang perbankan itu merupakan penguasa pasar Kredit Pemilikan Rumah atau KPR subsidi, baik konvensional maupun syariah yang mencapai 85,3 persen pada 2020.

Sementara di segmen KPR secara nasional, Bank BTN menguasai pangsa pasar sebesar 40 persen (per September 2020).

Dari situ bisa terlihat, Bank BTN yang berada dalam ekosistem properti mempunyai peran penting sebagai salah satu lokomotif dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Mitra pemerintah

Sebagai mitra pemerintah, Bank BTN memiliki modal yang cukup kuat untuk membantu pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi melalui realisasi KPR maupun dukungan pembiayaan konstruksi.

Masih tingginya defisit atau backlog perumahan yang sebesar 11,4 juta berdasarkan kepemilikan dan 7,6 juta berdasarkan hunian, menunjukkan tingginya ruang untuk penyaluran KPR.

Backlog juga menunjukkan adanya prospek dan juga kebutuhan atau permintaan yang masih sangat tinggi terutama untuk kepemilikan rumah pertama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sehingga dibutuhkan rumah ukuran kecil dan menengah yang berada di kisaran Rp500 juta per unit.

Sejak Program Sejuta Rumah diinisiasi pada tahun 2015, kontribusi Bank BTN cukup besar terhadap program itu.

Secara rinci, pada tahun 2015 BTN telah merealisasikan 474.099 unit dari target 431.000 unit, tahun selanjutnya mencapai 595.540 unit dari target 570.000 unit.

Kemudian pada 2017 realisasinya sebesar 666.806 unit dari target 666.000 unit, pada 2018 mencapai 757.093 unit dari target 750.000 unit, dan pada tahun 2019 mencapai 753.749 unit.

Sementara hingga akhir tahun 2020 di tengah pandemi Bank BTN tetap dapat menyalurkan pembiayaan perumahan untuk 565.294 unit rumah. Dengan pencapaian itu, Bank BTN menjadi kontributor penting dalam Program Sejuta Rumah.

Dalam rangka menjalankan komitmennya sebagai mitra utama dalam pembiayaan perumahan, Bank BTN juga tidak pernah absen sebagai Bank Pelaksana dalam menyalurkan KPR Subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), baik dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, Subsidi Selisih Bunga maupun BP2BT.

Terbukanya ruang pertumbuhan segmen perumahan dan customer based yang bisa digarap dari value chain perumahan itu, juga menjadi modal bagi Bank BTN untuk tumbuh dan besar.

Wamen II BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kekuatan BTN pada pembiayaan properti harus tetap diperluas pada ekosistem value chain mortgage maupun customer based.

"Integrasi antara mortgage driven growth dikaitkan dengan ekosistem mortgage, akan mendapatkan customer based yang stabil, dan kemudian ekosistem dari developer," ujarnya.

Menurut Wamen BUMN, bisnis bank BTN yang berpusat pada bisnis pembiayaan perumahan dapat berjalan asalkan tekun menangkap aliran transaksi dalam ekosistem perumahan.

"Dalam periode recovery ini, selain memperbaiki kualitas kredit dan pendanaan, BTN juga dituntut untuk bisa membangun transaksi bisnis yang kuat, dimulai dari value chain mortgage yang menjadi core competence dari Bank BTN," katanya.

Best Mortgage Bank

Menapaki tahun 2021, Bank BTN makin percaya diri dalam menjalankan visi dan misinya menjadi The Best Mortgage Bank in South East Asia 2025, apalagi Bank yang sebelumnya bernama Postpaarbank ini sepanjang tahun 2020 telah menorehkan kinerja yang positif meski terjadi kontraksi ekonomi.

Sepanjang 2020, BTN mencetak laba bersih sebesar Rp1,6 triliun, melonjak 665,71 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya Rp209 miliar.

Jika dilihat dari strategi perseroan, lompatan laba bersih itu ditopang oleh lima strategi utama yang digelar selama 2020 antara lain memaksimalkan penerapan good corporate governance (GCG), sentralisasi proses bisnis, penguatan permodalan dan pendanaan. Selain itu, perseroan juga meningkatkan kualitas kredit dan menggenjot efisiensi.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyampaikan dengan strategi itu membuktikan perseroan tidak hanya bisa memperbaiki kinerja bisnis tapi juga bertahan di tengah tekanan akibat pandemi.

Selain itu, sektor perumahan juga menjadi penopang suburnya pundi-pundi laba BTN karena bergerak positif di tengah koreksi pertumbuhan ekonomi akibat pandemi.

Emiten yang masih menjadi andalan bagi konsumen untuk pembiayaan kredit perumahan itu pun optimistis pada 2021 akan kembali mencetak laba bersih meski dibayangi pandemi. BTN menargetkan laba bersih pada 2021 sebesar Rp2,5 triliun hingga Rp2,8 triliun atau naik sekitar 50 - 70 persen secara tahunan.

Dengan fundamental yang kokoh itu, tentu impian besar BTN menjadi The Best Mortgage Bank in South East Asia pada tahun 2025 mendatang bukan sekadar mimpi.

Dengan menjadi The Best Mortgage Bank di kawasan Asia Tenggara, tentunya BTN akan memberikan layanan yang terbaik juga kepada masyarakat yang akhirnya turut mendongkrak ekonomi Indonesia.

Baca juga: BTN cetak laba bersih Rp1,6 triliun sepanjang 2020
Baca juga: BTN proyeksi backlog perumahan turun 4,5 juta rumah pada 2030
Baca juga: BTN restrukturisasi kredit senilai Rp57,5 triliun, sebagian besar KPR