BKSDA Kaltim dan BOS lepasliarkan tiga orangutan di Hutan Kehje Sewen
18 Februari 2021 18:12 WIB
Freet (27), salah satu individu orangutan yang dilepasliarkan BKSDA Kalimantan Timur dan Yayasan BOS di Hutan Kehje Sewen, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Rabu (17/2/2021). ANTARA/HO-KLHK.
Jakarta (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur bersama Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) melepasliarkan tiga orangutan dari Pusat Rehabilitasi Orangutan di Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen.
Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, BKSDA Kaltim menyebutkan setelah hampir satu tahun tidak melakukan kegiatan pelepasliaran karena kewaspadaan terhadap kondisi pandemi global COVID-19, kini kembali dilaksanakan pelepasliaran tiga individu orangutan dari Pusat Rehabilitasi Orangutan di Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, dengan penerapan adaptasi dan protokol yang lebih ketat, pada Rabu (17/2).
Ketiga orangutan tersebut terdiri dari dua orangutan jantan bernama Freet (27) dan Juve (25). Serta seekor orangutan betina bernama Britney (28).
Baca juga: Tim BKSDA evakuasi orangutan dari kebun karet di Kotawaringin Timur
Kepala BKSDA Kaltim Sunandar Trigunajasa mengatakan pemerintah melakukan upaya yang serius dalam melakukan pencegahan penyebaran wabah COVID-19, hal tersebut dilakukan tidak hanya dalam lingkup masyarakat tetapi juga dalam konteks kegiatan konservasi keanekaragaman hayati melalui berbagai kebijakan yang terperinci sampai pada tataran teknis.
Implementasi kebijakan tersebut dilaksanakan tidak hanya untuk satwa-satwa yang berada di lembaga-lembaga konservasi akan tetapi juga sampai pada upaya untuk melindungi dan menyelamatkan satwa-satwa liar yang telah berada di alam dari segala potensi untuk terpapar wabah tersebut.
“Kami bersyukur karena kondisi ini dapat kita adaptasi bersama dengan rekan-rekan di Yayasan BOS dengan mengembangkan inovasi yang tidak saja mencakup proses rehabilitasi, tapi juga mengembangkan protokol baru dalam mencegah penyebaran COVID-19 dalam kegiatan-kegiatan konservasi orangutan. Kami memang tidak bisa berhenti dalam melaksanakan tugas ini dalam kondisi apapun, yang dapat kami lakukan adalah terus berinovasi, beradaptasi terhadap kondisi dan berjalan terus,” kata Sunandar.
Baca juga: Mitigasi yang tepat dapat meningkatkan populasi orangutan Tapanuli
Sunandar menjelaskan masa jeda selama hampir setahun tidak melaksanakan pelepasliaran, tetap dipergunakan dengan baik untuk secara bersama-sama menyusun dan mematangkan protokol baru pelaksanaan kegiatan di tengah pandemi dan menyesuaikan dengan berbagai kebijakan dari pemerintah. Langkah-langkah tersebut diambil untuk siap bergerak aktif melanjutkan aksi penyelamatan satwa liar dilindungi tersebut.
Selain itu pada Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja telah dilakukan tes berkala bagi para staf dan memastikan semua staf yang berinteraksi dengan orangutan aman dari COVID-19, begitu pula dengan orangutan yang akan ditranslokasikan ke luar pusat rehabilitasi.
Baca juga: Tiga orang utan di Kotawaringin Timur diselamatkan BKSDA dalam sehari
Pelepasliaran
Dengan pengawalan dari tim Polisi Kehutahan BKSDA Kaltim, ketiga orangutan tersebut diberangkatkan pada Rabu (17/2), dari Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari menuju titik pengangkutan udara.
Sebelum diberangkatkan, ketiganya telah menjalani masa karantina panjang dan dipastikan tidak terpapar COVID-19, yang selanjutnya akan dibawa melalui udara menuju ke titik pelepasliaran di dalam hutan.
Sebuah helikopter mengangkut ketiga kandang transport dan membawanya langsung ke Kamp Lesik di sisi utara Hutan Kehje Sewen.
Penggunaan helikopter tersebut, selain akan memangkas waktu perjalanan yang biasanya bisa memakan waktu sampai tiga hari dua malam menjadi hanya beberapa jam saja, selain itu juga akan mengurangi secara signifikan risiko penyebaran penyakit COVID-19 akibat interaksi tim dengan masyarakat di sepanjang perjalanan.
Baca juga: BKSDA selamatkan orangutan terluka senjata tajam di Kotawaringin Timur
Dari kamp tersebut, kandang orangutan akan dibawa menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda sampai ke titik pelepasliaran dan masih akan dilakukan pemantauan untuk beberapa waktu.
“Semua prosedur yang diterapkan BKSDA Kaltim bersama Yayasan BOS sampai hari ini telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Di masa mendatang, kita semua berharap, bahwa pandemi ini dapat benar-benar teratasi dan kami bersama terus berupaya untuk bisa mencegah penularan COVID-19 kepada orangutan, baik yang sedang dalam perawatan maupun yang telah dilepasliarkan ke alam,” ujar Sunandar.
BKSDA Kalimantan Timur dan Yayasan BOS menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, serta masyarakat Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para organisasi mitra global dalam mendukung terwujudnya kegiatan pelepasliaran ini, para pendukung dari dunia usaha dan berbagai lembaga konservasi lain, serta donor perseorangan dari seluruh dunia, yang mendukung kerja konservasi dan pelestarian alam di Indonesia," kata Sunandar.
Baca juga: Tiga orang utan betina dipindah ke Pulau Salat Kalteng
Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, BKSDA Kaltim menyebutkan setelah hampir satu tahun tidak melakukan kegiatan pelepasliaran karena kewaspadaan terhadap kondisi pandemi global COVID-19, kini kembali dilaksanakan pelepasliaran tiga individu orangutan dari Pusat Rehabilitasi Orangutan di Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, dengan penerapan adaptasi dan protokol yang lebih ketat, pada Rabu (17/2).
Ketiga orangutan tersebut terdiri dari dua orangutan jantan bernama Freet (27) dan Juve (25). Serta seekor orangutan betina bernama Britney (28).
Baca juga: Tim BKSDA evakuasi orangutan dari kebun karet di Kotawaringin Timur
Kepala BKSDA Kaltim Sunandar Trigunajasa mengatakan pemerintah melakukan upaya yang serius dalam melakukan pencegahan penyebaran wabah COVID-19, hal tersebut dilakukan tidak hanya dalam lingkup masyarakat tetapi juga dalam konteks kegiatan konservasi keanekaragaman hayati melalui berbagai kebijakan yang terperinci sampai pada tataran teknis.
Implementasi kebijakan tersebut dilaksanakan tidak hanya untuk satwa-satwa yang berada di lembaga-lembaga konservasi akan tetapi juga sampai pada upaya untuk melindungi dan menyelamatkan satwa-satwa liar yang telah berada di alam dari segala potensi untuk terpapar wabah tersebut.
“Kami bersyukur karena kondisi ini dapat kita adaptasi bersama dengan rekan-rekan di Yayasan BOS dengan mengembangkan inovasi yang tidak saja mencakup proses rehabilitasi, tapi juga mengembangkan protokol baru dalam mencegah penyebaran COVID-19 dalam kegiatan-kegiatan konservasi orangutan. Kami memang tidak bisa berhenti dalam melaksanakan tugas ini dalam kondisi apapun, yang dapat kami lakukan adalah terus berinovasi, beradaptasi terhadap kondisi dan berjalan terus,” kata Sunandar.
Baca juga: Mitigasi yang tepat dapat meningkatkan populasi orangutan Tapanuli
Sunandar menjelaskan masa jeda selama hampir setahun tidak melaksanakan pelepasliaran, tetap dipergunakan dengan baik untuk secara bersama-sama menyusun dan mematangkan protokol baru pelaksanaan kegiatan di tengah pandemi dan menyesuaikan dengan berbagai kebijakan dari pemerintah. Langkah-langkah tersebut diambil untuk siap bergerak aktif melanjutkan aksi penyelamatan satwa liar dilindungi tersebut.
Selain itu pada Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja telah dilakukan tes berkala bagi para staf dan memastikan semua staf yang berinteraksi dengan orangutan aman dari COVID-19, begitu pula dengan orangutan yang akan ditranslokasikan ke luar pusat rehabilitasi.
Baca juga: Tiga orang utan di Kotawaringin Timur diselamatkan BKSDA dalam sehari
Pelepasliaran
Dengan pengawalan dari tim Polisi Kehutahan BKSDA Kaltim, ketiga orangutan tersebut diberangkatkan pada Rabu (17/2), dari Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari menuju titik pengangkutan udara.
Sebelum diberangkatkan, ketiganya telah menjalani masa karantina panjang dan dipastikan tidak terpapar COVID-19, yang selanjutnya akan dibawa melalui udara menuju ke titik pelepasliaran di dalam hutan.
Sebuah helikopter mengangkut ketiga kandang transport dan membawanya langsung ke Kamp Lesik di sisi utara Hutan Kehje Sewen.
Penggunaan helikopter tersebut, selain akan memangkas waktu perjalanan yang biasanya bisa memakan waktu sampai tiga hari dua malam menjadi hanya beberapa jam saja, selain itu juga akan mengurangi secara signifikan risiko penyebaran penyakit COVID-19 akibat interaksi tim dengan masyarakat di sepanjang perjalanan.
Baca juga: BKSDA selamatkan orangutan terluka senjata tajam di Kotawaringin Timur
Dari kamp tersebut, kandang orangutan akan dibawa menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda sampai ke titik pelepasliaran dan masih akan dilakukan pemantauan untuk beberapa waktu.
“Semua prosedur yang diterapkan BKSDA Kaltim bersama Yayasan BOS sampai hari ini telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Di masa mendatang, kita semua berharap, bahwa pandemi ini dapat benar-benar teratasi dan kami bersama terus berupaya untuk bisa mencegah penularan COVID-19 kepada orangutan, baik yang sedang dalam perawatan maupun yang telah dilepasliarkan ke alam,” ujar Sunandar.
BKSDA Kalimantan Timur dan Yayasan BOS menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, serta masyarakat Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para organisasi mitra global dalam mendukung terwujudnya kegiatan pelepasliaran ini, para pendukung dari dunia usaha dan berbagai lembaga konservasi lain, serta donor perseorangan dari seluruh dunia, yang mendukung kerja konservasi dan pelestarian alam di Indonesia," kata Sunandar.
Baca juga: Tiga orang utan betina dipindah ke Pulau Salat Kalteng
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021
Tags: