PPATK-Polri sepakat tingkatkan penerapan TPPU untuk kejahatan ekonomi
18 Februari 2021 17:03 WIB
Kepala Pusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan (PPATK), Dian Ediana Rae melakukan pertemuan dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Polisi ListyoSigit Prabowo di Jakarta, Kamis (18/2/2021). ANTARA/PPATK.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Dian Ediana Rae mengatakan PPATK dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sepakat meningkatkan penerapan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) untuk setiap kejahatan ekonomi yang ditangani Kepolisian.
"Peningkatan penerapan pasal TPPU ini dalam upaya meningkatkan asset recovery (pemulihan aset negara) dan menimbulkan efek jera dan deterrent terhadap pelaku atau calon pelaku tindak pidana perekonomian," kata Kepala PPATK Dian Ediana Rae dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Kamis.
Dian mengatakan tindak pidana yang akan menjadi perhatian khusus adalah tindak pidana yang menurut penilaian risiko nasional (National Risk Assessment) merupakan tindak pidana yang berisiko tinggi, dan tindak pidana lainnya yang dianggap membahayakan perekonomian dan sistem keuangan nasional. Tindak pidana yang dimaksud antara lain tindak pidana narkotika, tindak pidana korupsi, dan tindak pidana di bidang keuangan, sekaligus dengan tindak pidana pencucian uang.
Kepala PPATK melakukan pertemuan dengan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Kamis. Pertemuan Kepala PPATK dengan Kapolri tersebut dalam angka optimalisasi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT).
Baca juga: PPATK minta pemerintah dorong RUU Perampasan Aset Tindak Pidana
Dian menambahkan dalam kaitannya dengan kejahatan narkotika, kasus-kasus narkotika di Indonesia masih tergolong sangat tinggi yang memerlukan penanganan lebih terkoordinasi.
Kejahatan narkotika merupakan kejahatan transnasional dengan melibatkan berbagai yurisdiksi sehingga memerlukan koordinasi lintas negara yang semakin baik. PPATK telah menyampaikan beberapa Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan kepada BNN dan Polri tetapi tindak lanjut khususnya yang terkait dengan penerapan TPPU masih perlu dioptimalkan.
Di sisi lain, modus dan polat ransaksi pelaku narkotika semakin hari semakin kompleks yang tidak hanya memanfaatkan lembaga keuangan bank tetapi juga pedagang valuta asing dan money remittance. Bahkan akhir-akhir ini diduga transaksi narkotika memanfaatkan sistem Hawala melalui usaha money remittance.
Baca juga: PPATK temukan transaksi miliaran dari rekening terduga bandar narkoba
Dian mengatakan PPATK, Polri, dan BNN akan berkoordinasi lebih lanjut mengenai penanganan TPPU dari kasus narkotika. Terkait dengan upaya mengoptimalkan asset recovery, PPATK juga mendorong Polri dan BNN agar sejak awal penanganan perkara sudah melibatkan Kementerian Hukum dan HAM selaku central authority dalam rangka menarik dana hasil kejahatan narkotika di luar negeri melalui skema Mutual Legal Assistance (MLA).
Sementara itu dalam kaitannya dengan tindak pidana korupsi, PPATK akan meningkatkan kerjasama dengan Polri, Kejaksaan, dan KPK guna mengoptimalkan tindak lanjut dari Hasil Analisis (HA) dan Hasil Pemeriksaan (HP) yang dilakukan oleh PPATK. Khusus yang terkait dengan Kepolisian, PPATK akan mendukung peningkatan kuantitas maupun kualitas penanganan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Polri.
PPATK dan Kepolisian juga sepakat untuk mendukung keputusan Komite TPPU untuk membangun data statistik tindak pidana ekonomi, termasuk tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang bersifat nasional dan terintegrasi.
Baca juga: Bareskrim gelar perkara dengan PPATK kasus rekening FPI
"Peningkatan penerapan pasal TPPU ini dalam upaya meningkatkan asset recovery (pemulihan aset negara) dan menimbulkan efek jera dan deterrent terhadap pelaku atau calon pelaku tindak pidana perekonomian," kata Kepala PPATK Dian Ediana Rae dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Kamis.
Dian mengatakan tindak pidana yang akan menjadi perhatian khusus adalah tindak pidana yang menurut penilaian risiko nasional (National Risk Assessment) merupakan tindak pidana yang berisiko tinggi, dan tindak pidana lainnya yang dianggap membahayakan perekonomian dan sistem keuangan nasional. Tindak pidana yang dimaksud antara lain tindak pidana narkotika, tindak pidana korupsi, dan tindak pidana di bidang keuangan, sekaligus dengan tindak pidana pencucian uang.
Kepala PPATK melakukan pertemuan dengan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Kamis. Pertemuan Kepala PPATK dengan Kapolri tersebut dalam angka optimalisasi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT).
Baca juga: PPATK minta pemerintah dorong RUU Perampasan Aset Tindak Pidana
Dian menambahkan dalam kaitannya dengan kejahatan narkotika, kasus-kasus narkotika di Indonesia masih tergolong sangat tinggi yang memerlukan penanganan lebih terkoordinasi.
Kejahatan narkotika merupakan kejahatan transnasional dengan melibatkan berbagai yurisdiksi sehingga memerlukan koordinasi lintas negara yang semakin baik. PPATK telah menyampaikan beberapa Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan kepada BNN dan Polri tetapi tindak lanjut khususnya yang terkait dengan penerapan TPPU masih perlu dioptimalkan.
Di sisi lain, modus dan polat ransaksi pelaku narkotika semakin hari semakin kompleks yang tidak hanya memanfaatkan lembaga keuangan bank tetapi juga pedagang valuta asing dan money remittance. Bahkan akhir-akhir ini diduga transaksi narkotika memanfaatkan sistem Hawala melalui usaha money remittance.
Baca juga: PPATK temukan transaksi miliaran dari rekening terduga bandar narkoba
Dian mengatakan PPATK, Polri, dan BNN akan berkoordinasi lebih lanjut mengenai penanganan TPPU dari kasus narkotika. Terkait dengan upaya mengoptimalkan asset recovery, PPATK juga mendorong Polri dan BNN agar sejak awal penanganan perkara sudah melibatkan Kementerian Hukum dan HAM selaku central authority dalam rangka menarik dana hasil kejahatan narkotika di luar negeri melalui skema Mutual Legal Assistance (MLA).
Sementara itu dalam kaitannya dengan tindak pidana korupsi, PPATK akan meningkatkan kerjasama dengan Polri, Kejaksaan, dan KPK guna mengoptimalkan tindak lanjut dari Hasil Analisis (HA) dan Hasil Pemeriksaan (HP) yang dilakukan oleh PPATK. Khusus yang terkait dengan Kepolisian, PPATK akan mendukung peningkatan kuantitas maupun kualitas penanganan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Polri.
PPATK dan Kepolisian juga sepakat untuk mendukung keputusan Komite TPPU untuk membangun data statistik tindak pidana ekonomi, termasuk tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang bersifat nasional dan terintegrasi.
Baca juga: Bareskrim gelar perkara dengan PPATK kasus rekening FPI
Pewarta: Budi Suyanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: