Bukunya jadi antaran lamaran nikah, Denny JA: Inspiratif
17 Februari 2021 19:38 WIB
Buku puisi esai "Atas Nama Cinta" karya Denny JA, beserta buku karya Jalaluddin Rumi, Omar Kayam, dan Farid Ud-din Attar, menjadi isi dari antaran pernikahan. ANTARA/dokumentasi pribadi Denny J.A.
Jakarta (ANTARA) - Denny Januar Ali mengaku bangga mendengar bahwa buku puisi esai karyanya yang berjudul "Atas Nama Cinta" dijadikan sebagai antaran lamaran pernikahan sekaligus menyebutnya sebagai langkah yang inspiratif.
"Sungguh tak biasa, tetapi inspiratif, buku menjadi isi dari anteran pernikahan. Biasanya anteran pernikahan itu berisi kosmetik, fesyen, perhiasan. Ini anteran nikah berupa buku," kata Denny J.A., dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu.
Adalah seorang pencinta buku bernama Anto, atau lengkapnya Paramaragarjito Budi Irtanto, S.E., M.Sc., lulusan Fakultas Ekonomi UI dan LSE, London.
Baca juga: Paslon "SanDi" unggul dalam hitung cepat JIP-LSI Denny JA
Dikisahkan Denny, putra dari Trisabdo Iryanto dan Asih Budiningsih yang rajin membaca itu sudah bersepakat dengan Ila, calon istrinya, bahwa untuk antaran lamarannya akan memberikan berbagai buku.
Buku puisi esai "Atas Nama Cinta" karya Denny J.A., beserta buku karya Jalaluddin Rumi, Omar Kayam, dan Farid Ud-din Attar, menjadi isi dari antaran pernikahan tersebut.
"Ini peristiwa unik yang perlu ditradisikan, treutama pada era kultur membaca buku yang makin menurun," katanya.
Menurut Denny, berdasarkan hasil riset banyak lembaga kredibel, yakni Pew Research dan Gallup Poll bahwa kini buku makin tak dibaca.
Pada tahun 1978, penduduk Amerika Serikat yang tak membaca satu buku pun pada tahun sebelum riset hanya 8 persen.
Pada tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan, dan ternyata yang tak membaca buku meningkat 23 persen.
Artinya, kata dia, satu dari empat orang Amerika Serikat sudah tak lagi membaca buku.
"Jika buku yang dimaksud adalah sastra, angkanya lebih buruk lagi," ujarnya.
Baca juga: Denny JA luncurkan delapan serial film era virus corona
Riset yang dilakukan oleh National Endowment untuk populasi Amerika Serikat pada tahun 1982, yang membaca setidaknya satu buku sastra, baik puisi, cerpen, drama, maupun novel, masih mayoritas, yakni 56,9 persen.
Pada tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan, dan ternyata yang membaca minimal satu buku sastra merosot hanya 43,1 persen.
Dengan kata lain, kata Denny, mayoritas penduduk Amerika Serikat tak lagi membaca satu pun buku sastra.
"Jika di Amerika Serikat mengalami penurunan, yang tradisi membacanya kuat, apalagi di Indonesia," katanya.
Oleh karena itu, ujar Denny, kisah pernikahan Anto dan Ila pada awal tahun ini, tepatnya 18 Januari 2021, dengan antaran lamarannya berupa buku tentu menjadi menarik.
"Saya bertambah senang, dalam antaran lamaran menikah itu, ada pula buku karya saya, 'Denny JA: Atas Nama Cinta'. Ini buku yang mengawali gerakan puisi esai di Indonesia," pungkas Denny.
Baca juga: Sambut 75 tahun RI, Resto Bunga Rampai bikin inovasi kuliner
"Sungguh tak biasa, tetapi inspiratif, buku menjadi isi dari anteran pernikahan. Biasanya anteran pernikahan itu berisi kosmetik, fesyen, perhiasan. Ini anteran nikah berupa buku," kata Denny J.A., dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu.
Adalah seorang pencinta buku bernama Anto, atau lengkapnya Paramaragarjito Budi Irtanto, S.E., M.Sc., lulusan Fakultas Ekonomi UI dan LSE, London.
Baca juga: Paslon "SanDi" unggul dalam hitung cepat JIP-LSI Denny JA
Dikisahkan Denny, putra dari Trisabdo Iryanto dan Asih Budiningsih yang rajin membaca itu sudah bersepakat dengan Ila, calon istrinya, bahwa untuk antaran lamarannya akan memberikan berbagai buku.
Buku puisi esai "Atas Nama Cinta" karya Denny J.A., beserta buku karya Jalaluddin Rumi, Omar Kayam, dan Farid Ud-din Attar, menjadi isi dari antaran pernikahan tersebut.
"Ini peristiwa unik yang perlu ditradisikan, treutama pada era kultur membaca buku yang makin menurun," katanya.
Menurut Denny, berdasarkan hasil riset banyak lembaga kredibel, yakni Pew Research dan Gallup Poll bahwa kini buku makin tak dibaca.
Pada tahun 1978, penduduk Amerika Serikat yang tak membaca satu buku pun pada tahun sebelum riset hanya 8 persen.
Pada tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan, dan ternyata yang tak membaca buku meningkat 23 persen.
Artinya, kata dia, satu dari empat orang Amerika Serikat sudah tak lagi membaca buku.
"Jika buku yang dimaksud adalah sastra, angkanya lebih buruk lagi," ujarnya.
Baca juga: Denny JA luncurkan delapan serial film era virus corona
Riset yang dilakukan oleh National Endowment untuk populasi Amerika Serikat pada tahun 1982, yang membaca setidaknya satu buku sastra, baik puisi, cerpen, drama, maupun novel, masih mayoritas, yakni 56,9 persen.
Pada tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan, dan ternyata yang membaca minimal satu buku sastra merosot hanya 43,1 persen.
Dengan kata lain, kata Denny, mayoritas penduduk Amerika Serikat tak lagi membaca satu pun buku sastra.
"Jika di Amerika Serikat mengalami penurunan, yang tradisi membacanya kuat, apalagi di Indonesia," katanya.
Oleh karena itu, ujar Denny, kisah pernikahan Anto dan Ila pada awal tahun ini, tepatnya 18 Januari 2021, dengan antaran lamarannya berupa buku tentu menjadi menarik.
"Saya bertambah senang, dalam antaran lamaran menikah itu, ada pula buku karya saya, 'Denny JA: Atas Nama Cinta'. Ini buku yang mengawali gerakan puisi esai di Indonesia," pungkas Denny.
Baca juga: Sambut 75 tahun RI, Resto Bunga Rampai bikin inovasi kuliner
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021
Tags: