"Pandemi ini membuat semua jadi online. Pelaku bisnis kadang tidak menanggapi serius keamanan siber," kata Territory Channel Manager Kaspersky Indonesia, Dony Koesmandarin, dalam jumpa pers virtual, Rabu.
Baca juga: Game, Lego dan Kpop duduki puncak penelusuran anak jelang Natal
Baca juga: Intip harga data pribadi Anda jika dijual di "darkweb"
Ketika Indonesia dilanda pandemi, mau tidak mau UKM harus masuk ke platform agar bisnis mereka tetap bertahan. Sayangnya masih banyak pelaku UKM yang berpendapat bahwa serangan siber hanya menyasar perusahaan besar.
Data Kaspersky Security Network menunjukkan ada 34.516.232 usaha serangan siber, dengan 4.341.000 menyasar bisnis pada 2020.
Sementara pada 2019, terdapat 2.870.000 serangan yang menyasar bisnis, atau naik sekitar 51 persen.
Hal ini terjadi karena banyak orang yang mengandalkan aktivitas di dunia maya selama pandemi, termasuk untuk bekerja. Peretas melihat ini sebagai lahan untuk mengeksploitasi kerentanan.
Keamanan siber sangat berpengaruh terhadap operasional sebuah bisnis, bahkan bisa berpengaruh terhadap nilai transaksi. Jika infrastruktur keamanan tidak kuat, UKM bisa mendapatkan kerugian misalnya transaksi batal karena situs terganggu.
Keamanan siber yang kuat bahkan tidak hanya berpengaruh terhadap transaksi, namun, juga reputasi bisnis UKM. Ketika pengalaman belanja online tidak menyenangkan, terutama berkaitan dengan keamanan, pelanggan tentu merasa khawatir dan enggan berbelanja di sana.
Selain keamanan siber kuat, penting juga bagi pelaku UKM untuk memahami kebiasaan di internet, terutama soal tidak boleh sembarangan mengklik tautan.
Baca juga: Digitalisasi di Asia Tenggara dibayangi serangan siber
Baca juga: Prediksi keamanan siber di sektor pendidikan tahun 2021
Baca juga: Prediksi ancaman finansial tahun 2021