Menko PMK upayakan pengadaan mesin plasma konvalesen
16 Februari 2021 16:30 WIB
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy didampingi Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana saat mengunjungi Unit Tranfusi Darah Palang Merah Indonesia Kota Surabaya, Selasa (16/2/2021). (ANTARA Jatim/Willy Irawan)
Surabaya (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengupayakan adanya pengadaan mesin plasma konvalesen di Indonesia yang saat ini jumlahnya masih sangat terbatas.
“Kebutuhan plasma konvalesen sangat tinggi, namun ketersediaan mesin masih sangat terbatas dan belum merata. Sebagian besar mesin ada di DKI Jakarta dan Surabaya. DKI Jakarta ada 16 mesin, sedangkan Surabaya empat mesin," ujarnya saat mengunjungi Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Kota Surabaya, Selasa.
Baca juga: Menko PMK: Plasma konvalensen jadi "game changer" penanganan COVID-19
Menteri Muhadjir mengatakan pihaknya bersama Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah bertemu membahas pendanaan terkait pengadaan mesin tersebut.
“Peralatannya memang masih langka, tak hanya di Indonesia, tapi di dunia. Dunia sudah sadar bahwa ini (plasma konvalesen) menjadi faktor pembeda untuk penyembuhan, apalagi WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sudah merekomendasi, jadi banyak yang mencari alat ini. Kami sedang mengupayakan," ucapnya.
Menurut dia, plasma konvalesen sangat efektif dalam terapi penyembuhan pasien COVID-19, bahkan untuk pasien mengalami gejala ringan COVID-19, kesembuhannya mencapai 100 persen.
Sementara untuk pasien dengan gejala berat, tingkat kesembuhan ketika terapi dengan plasma konvalesen mencapai 86 persen. "Jangan menunggu pasien diberi plasma setelah kritis. Tapi dalam keadaan sedang segera beri plasma," katanya.
Muhadjir bersyukur saat ini pendonor plasma konvalesen sangat tinggi, sehingga yang antre mendapatkan plasma tersebut semakin turun.
Meski begitu, dia memaparkan ada beberapa kesulitan yang ditemui, yakni masalah golongan darah.
Saat ini, kata Menko PMK, ada beberapa stok plasma konvalesen yang belum terpakai karena golongan darahnya tidak sesuai.
”Saya mengingatkan untuk penyintas COVID-19 harap mendonorkan plasma konvalesen. Ingat kalau mereka yang penyintas ini selamat, sekarang saatnya amal bersedekah, plasmanya untuk mereka yang sedang sakit," katanya.
Di tempat sama, Wakil Ketua PMI Surabaya Tri Siswanto membenarkan jika pihaknya kekurangan mesin plasma konvalesen.
“Kami hanya memiliki empat mesin plasma, tetapi hanya ada dua mesin yang bisa dioperasikan, karena terbatasnya kantong kit dan reagen yang dibutuhkan," katanya.
Baca juga: Menko PMK imbau penyintas COVID-19 donorkan plasma konvalesen
Baca juga: Muhadjir Effendi: RT/RW harus jadi informan COVID-19
Ia mengatakan jumlah pendonor plasma konvalesen sampai saat ini mencapai 1.214 orang. Dari jumlah pendonor tersebut, 5.021 kantong sudah didistribusikan untuk daerah lain, seperti di Papua, Sulawesi, dan Jawa Tengah.
“Kebutuhan plasma konvalesen sangat tinggi, namun ketersediaan mesin masih sangat terbatas dan belum merata. Sebagian besar mesin ada di DKI Jakarta dan Surabaya. DKI Jakarta ada 16 mesin, sedangkan Surabaya empat mesin," ujarnya saat mengunjungi Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Kota Surabaya, Selasa.
Baca juga: Menko PMK: Plasma konvalensen jadi "game changer" penanganan COVID-19
Menteri Muhadjir mengatakan pihaknya bersama Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah bertemu membahas pendanaan terkait pengadaan mesin tersebut.
“Peralatannya memang masih langka, tak hanya di Indonesia, tapi di dunia. Dunia sudah sadar bahwa ini (plasma konvalesen) menjadi faktor pembeda untuk penyembuhan, apalagi WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sudah merekomendasi, jadi banyak yang mencari alat ini. Kami sedang mengupayakan," ucapnya.
Menurut dia, plasma konvalesen sangat efektif dalam terapi penyembuhan pasien COVID-19, bahkan untuk pasien mengalami gejala ringan COVID-19, kesembuhannya mencapai 100 persen.
Sementara untuk pasien dengan gejala berat, tingkat kesembuhan ketika terapi dengan plasma konvalesen mencapai 86 persen. "Jangan menunggu pasien diberi plasma setelah kritis. Tapi dalam keadaan sedang segera beri plasma," katanya.
Muhadjir bersyukur saat ini pendonor plasma konvalesen sangat tinggi, sehingga yang antre mendapatkan plasma tersebut semakin turun.
Meski begitu, dia memaparkan ada beberapa kesulitan yang ditemui, yakni masalah golongan darah.
Saat ini, kata Menko PMK, ada beberapa stok plasma konvalesen yang belum terpakai karena golongan darahnya tidak sesuai.
”Saya mengingatkan untuk penyintas COVID-19 harap mendonorkan plasma konvalesen. Ingat kalau mereka yang penyintas ini selamat, sekarang saatnya amal bersedekah, plasmanya untuk mereka yang sedang sakit," katanya.
Di tempat sama, Wakil Ketua PMI Surabaya Tri Siswanto membenarkan jika pihaknya kekurangan mesin plasma konvalesen.
“Kami hanya memiliki empat mesin plasma, tetapi hanya ada dua mesin yang bisa dioperasikan, karena terbatasnya kantong kit dan reagen yang dibutuhkan," katanya.
Baca juga: Menko PMK imbau penyintas COVID-19 donorkan plasma konvalesen
Baca juga: Muhadjir Effendi: RT/RW harus jadi informan COVID-19
Ia mengatakan jumlah pendonor plasma konvalesen sampai saat ini mencapai 1.214 orang. Dari jumlah pendonor tersebut, 5.021 kantong sudah didistribusikan untuk daerah lain, seperti di Papua, Sulawesi, dan Jawa Tengah.
Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: