Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan bahwa nilai impor Januari 2021 adalah sebesar 13,34 miliar dolar AS atau masih mengalami kontraksi sebesar 7,95 persen dibandingkan Desember 2020 dan terkontraksi 6,49 persen dibandingkan Januari 2020.

“Impor Januari 2021 masih lebih rendah daripada Januari 2020 dan 2019. Jadi, kembali nilai impor Januari 2021 masih mengalami kontraksi,” kata Suhariyanto saat menggelar konferensi pers secara virtual, Senin.

Suharyanto menyampaikan, nilai impor awal 2021 masih terkontraksi karena penurunan impor dari seluruh penggunaan barang, baik konsumsi, bahan baku atau penolong, hingga barang modal, mengalami kontraksi baik jika dibandingkan Desember 2020 (month on month/mom) juga jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).

“Impor barang konsumsi mengalami penurunan 17 persen (mom), misalnya bawang putih dari Tiongkok turun, daging beku dari India juga mengalami penurunan, dan yang turun cukup dalam adalah anggur segar dari Tiongkok,” ungkap Suhariyanto,

Selain itu, impor bahan baku atau penolong juga mengalami penurunan 2,62 persen (mom), di mana soya bean oil dari Argentina menjadi salah satu penyebab turunnya kinerja impor bahan baku.

Sedangkan impor barang modal terjadi penurunan yang lumayan tajam, yakni 21,23 persen (mom).

Adapun struktur impor menurut penggunaan barang masih didominasi oleh golongan bahan baku/penolong yang mencapai 74,39 persen, yang disusul barang modal sebesar 14,93 persen, dan konsumsi 10,68 persen.

Baca juga: BPS: Ekspor Januari 2021 naik 12,24 persen
Baca juga: Neraca perdagangan RI Desember 2020 surplus 2,1 miliar dolar AS
Baca juga: Impor Indonesia Desember 2020 capai 14,44 miliar dolar AS