Jakarta (ANTARA) - Sejak merebaknya pandemi COVID-19, India bersikap proaktif dalam langkah-langkah untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini membantu India menahan penyebaran penyakit seperti yang ditunjukkan oleh data.

Meskipun populasinya besar, jumlah total orang yang terinfeksi di India hanya 10.847.304 dan total kematian 155.158 pada 9 Februari 2021.

Fokus India adalah mengurangi kematian dengan penyediaan peralatan medis yang lebih baik, termasuk ventilator, tabung oksigen, dan peranti media lain di rumah sakitnya. Saat India meningkatkan produksi masker, tabung oksigen, ventilator dan peralatan medis lainnya, negara yang melahirkan peraih Nobel Rabindranath Tagore itu juga berbagi peralatan medis tersebut dengan semua negara mitra. Tahun lalu ketika pandemi dimulai India memasok obat-obatan dan peralatan medis untuk lebih dari 150 negara.

Sejalan dengan tindakan untuk mengatasi penyakit, mengurangi kematian dan meningkatkan fasilitas medis, ilmuwan India, ahli bioteknologi dan industri farmasi memimpin dalam penelitian vaksin, pengembangan dan manufaktur untuk memenuhi tidak hanya permintaan domestik tetapi juga kebutuhan global.

Selain India, negara lain yang cukup sering muncul dalam pemberitaan, yang juga berlomba meneliti, memproduksi dan memasarkan vaksin untuk memerangi COVID-19 dengan melibatkan perusahaan farmasi dan lembaga riset serta perguruan tinggi mereka adalah Rusia, China, Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Baca juga: Kasus COVID-19 terkendali, bioskop India buka kursi 100 persen
Baca juga: India klaim berhasil menekan lonjakan COVID-19
Baca juga: India setujui vaksin COVID-19 AstraZeneca/Oxford dan buatan lokal


Sejauh ini India telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk dua vaksin yang diproduksi oleh Serum Institute of India dan Bharat Biotech. Terdapat empat vaksin lainnya dalam berbagai tahap uji klinis. Setidaknya dua dari vaksin tersebut,termasuk vaksin kedua buatan anak bangsa yang sedang dikembangkan oleh Zydus Cadila akan diberikan otorisasi dalam beberapa minggu mendatang.

Untuk berbagi pengalaman ini, India telah menyelenggarakan sejumlah pelatihan program online untuk pengujian COVID-19, praktik klinis, manajemen kasus, pengembangan dan pengiriman vaksin di mana lebih dari 1.000 peserta dari negara-negara Asia, Asia Tenggara dan Afrika berpartisipasi.

India juga telah menyelenggarakan sebuah program pelatihan yang meliputi aspek administrasi dan operasional pada 19-20 Januari 2021 untuk pengelola imunisasi, petugas pengatur suhu (cold chain officers), petugas komunikasi dan manajer data negara mitra, keduanya di tingkat nasional dan tingkat provinsi. Lebih dari 150 ahli dari negara tetangga berpartisipasi dalam program pelatihan ini.

Sejak peluncuran Vaksin COVID-19 di India pada 16 Januari 2021, India mulai memasok vaksin ke negara-negara tetangga dan mitra pada 20 Januari 2021. Seperti yang dikatakan Perdana Menteri Modi dalam perayaan 125 tahun PrabuddhaBharata, “dari memproduksi peralatan APD hingga menjadi apotek untuk dunia, negara kita telah bergerak dari kekuatan ke kekuatan. Negara kita juga menjadi sumber dukungan untuk dunia selama krisis. India berada di garis depan dalam mengembangkan vaksin COVID-19”. “Semakin India mampu, semakin ia akan melayani umat manusia;karena itu dunia akan mendapat lebih banyak keuntungan!"

Baca juga: Nepal mulai laksanakan vaksinasi COVID-19 atas sumbangan India
Baca juga: India mulai ekspor vaksin COVID-19 dengan pengiriman pertama ke Bhutan
Baca juga: Seorang petugas kebersihan terima vaksin COVID-19 pertama di India


Perdana Menteri Modi juga menyampaikan dalam sesi SIdang Majelis Umum PBB bahwa "sebagai negara penghasil vaksin terbesar di dunia, saya ingin memberikan jaminan lebih kepada komunitas global saat ini. Produksi vaksin India dan kapasitas pengiriman akan digunakan untuk membantu seluruh umat manusia dalam memerangi krisis ini."

Hingga 9 Februari 2021, India telah memasok total 16,77 juta dosis vaksin Covishield ke 20 negara tetangga dan sekitarnya (62,7 lakh--satuan numerik setara dengan 100.000--dosis telah diberikan di bawah bantuan hibah ke Bangladesh (20 lakh), Myanmar (15 lakh), Nepal (10 lakh), Bhutan (1,5 lakh), Maladewa (1 lakh), Mauritius (1 lakh), Seychelles (50 ribu), Sri Lanka (5 lakh), Bahrain (1 lakh), Oman (1 lakh), Afghanistan (5 lakh), Barbados (1 lakh) dan Dominika (0,7 lakh).

Sisanya telah disuplai vaksin berdasarkan kontrak dengan produsen vaksin Serum Institute of India (SII) ; pasokan komersial tersebut termasuk Bangladesh (50 lakh), Brazil (20 lakh), Maroko (20 lakh), Afrika Selatan (10 lakh), Kuwait (2 lakh), Mesir (50 ribu), Aljazair (50 ribu) dan UEA (2 Lakh).

Penyediaan vaksin merupakan upaya berkelanjutan. Dalam beberapa minggu mendatang, vaksin akan dipasok ke negara-negara Afrika, di bawah fasilitas COVAX. Akan ada pula persediaan secara bilateral sebagai hadiah dari India.

COVAX merupakan program dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam mempersiapkan distribusi vaksin COVID-19 melalui COVAX Facility. Inisiatif program COVAX didasarkan pada ide bahwa semua negara-negara pendukung program COVAX perlu mendapatkan akses vaksin COVID-19 secara adil dan merata.

Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa vaksin COVID-19 harus menjadi komoditas publik yang dapat
diakses oleh semua negara. Negara-negara miskin dan sedang berkembang juga berhak mendapatkan akses atas vaksin COVID-19.

India juga akan memfasilitasi ke beberapa negara Afrika yang telah menandatangani kontrak komersial dengan produsen vaksin di India. Pasokan serupa dilakukan melalui hibah, kontrak komersial dan yang ada di bawah fasilitas COVAX kepada CARICOM, negara Kepulauan Pasifik dan negara Amerika Latin.

Tidak ada negara lain yang memasok vaksin sebanyak itu ke luar negeri. India telah membuktikan bahwa India memang Apotek dunia.

*Manoj K Bharti adalah Duta Besar India untuk Indonesia

Baca juga: Maroko terima 4 juta dosis vaksin AstraZeneca dari India
Baca juga: Afghanistan terima pasokan pertama vaksin COVID-19 dari India
Baca juga: India temukan enam kasus jenis baru COVID-19 Inggris