Toyota: Relaksasi PPnBM akan dongkrak industri otomotif lebih baik
12 Februari 2021 15:54 WIB
Jajaran mobil Toyota pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 (ANTARA/Risbiani Fardaniah)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presidir PT Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto mengatakan kebijakan relaksasi Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) otomotif yang akan diberikan pemerintah mulai Maret 2021 akan membuat kinerja industri otomotif lebih baik lagi tahun ini.
"Kami akan cek aturan detailnya dan menunggu juknisnya agar bisa tahu pasti dampaknya," kata Wapresdir TAM Henry Tanoto kepada Antara di Jakarta Jumat.
Kemarin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyetujui usulan Kementerian Perindustrian terkait relaksasi PPnBM kendaraan bermotor secara bertahap selama 2021, terutama untuk kendaraan di bawah 1.500 cc untuk kategori sedan dan 4×2.
Henry mengatakan kebijakan relaksasi atau penurunan PPnBM kendaraan bermotor itu pasti akan mempengaruhi permintaan pasar dan penjualan serta produksi mobil di dalam negeri yang tahun lalu anjlok akibat terimbas pandemi COVID-19.
Baca juga: Menko Airlangga setujui usulan relaksasi PPnBM kendaraan bermotor
"Tahun lalu pasar (mobil) ditutup dengan angka sekitar 580 ribu unit turun 44,55 persen dibanding 2019," ujarnya.
Penurunan pasar secara nasional itu, diakui Henry, juga berpengaruh pada penjualan Toyota di Indonesia yang juga turun 44,8 persen menjadi sekitar 183 ribu unit tahun 2020 dibanding 2019, dengan pangsa pasar 31,6 persen.
Namun ia optimistis tahun 2021 kinerja pasar dan industri otomotif di Indonesia akan tumbuh lebih baik dibanding 2020 seiring dengan perbaikan ekonomi, vaksinasi COVID-19, dan berbagai kebijakan pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat.
"In line dengan ekonomi Indonesia, tahun ini total pasar otomotif diperkirakan mencapai sekitar 750.000 unit atau naik sekitar 30 persen dibanding 2020," kata Henry.
Menanggapi pertanyaan dengan kebijakan baru pemerintah menurunkan PPnBM otomotif akan memdongkrak pasar lebih besar lagi, ia mengatakan akan mempelajari aturan dan menghitung lagi.
Baca juga: Menperin: Relaksasi PPnBM dongkrak produksi mobil menuju 1 juta unit
"Yang pasti kebijakan itu positif bagi pasar dan produksi lokal, khususnya produk yang sesuai kriteria dari aturan itu," kata Henry.
Ia tidak menampik selama ini pasar dan permintaan mobil, khususnya Toyota, didominasi kendaraan dengan silinder di bawah 1.500 cc
Di segmen tersebut Toyota Indonesia memasarkan dan produksi mobil terlaris Toyota Avanza, kemudian ada Toyota Rush, disamping Vios yang semuanya diproduksi di dalam negeri. Selain itu juga ada mobil yang masuk kategori LCGC (Low Cost and Green Car) seperti Toyota Agya dan Calya.
"Memang kendaraan 1.500 cc Toyota memberi kontribusi penjualan di atas 50 persen, namun untuk LCGC sudah nol persen PPnBMnya," kata Henry yang menargetkan tahun 2021 Toyota bisa memimpin pasar otomotif di Indonesia dengan pangsa 31-32;persen.
Baca juga: Kemarin, Relaksasi PPnBM otomotif, SMI Co-Chair koalisi menkeu dunia
Baca juga: Pemerintah ubah skema PPnBM untuk dorong ekspor otomotif
Baca juga: Kenaikan PPnBM untuk kepentingan lebih besar
"Kami akan cek aturan detailnya dan menunggu juknisnya agar bisa tahu pasti dampaknya," kata Wapresdir TAM Henry Tanoto kepada Antara di Jakarta Jumat.
Kemarin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyetujui usulan Kementerian Perindustrian terkait relaksasi PPnBM kendaraan bermotor secara bertahap selama 2021, terutama untuk kendaraan di bawah 1.500 cc untuk kategori sedan dan 4×2.
Henry mengatakan kebijakan relaksasi atau penurunan PPnBM kendaraan bermotor itu pasti akan mempengaruhi permintaan pasar dan penjualan serta produksi mobil di dalam negeri yang tahun lalu anjlok akibat terimbas pandemi COVID-19.
Baca juga: Menko Airlangga setujui usulan relaksasi PPnBM kendaraan bermotor
"Tahun lalu pasar (mobil) ditutup dengan angka sekitar 580 ribu unit turun 44,55 persen dibanding 2019," ujarnya.
Penurunan pasar secara nasional itu, diakui Henry, juga berpengaruh pada penjualan Toyota di Indonesia yang juga turun 44,8 persen menjadi sekitar 183 ribu unit tahun 2020 dibanding 2019, dengan pangsa pasar 31,6 persen.
Namun ia optimistis tahun 2021 kinerja pasar dan industri otomotif di Indonesia akan tumbuh lebih baik dibanding 2020 seiring dengan perbaikan ekonomi, vaksinasi COVID-19, dan berbagai kebijakan pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat.
"In line dengan ekonomi Indonesia, tahun ini total pasar otomotif diperkirakan mencapai sekitar 750.000 unit atau naik sekitar 30 persen dibanding 2020," kata Henry.
Menanggapi pertanyaan dengan kebijakan baru pemerintah menurunkan PPnBM otomotif akan memdongkrak pasar lebih besar lagi, ia mengatakan akan mempelajari aturan dan menghitung lagi.
Baca juga: Menperin: Relaksasi PPnBM dongkrak produksi mobil menuju 1 juta unit
"Yang pasti kebijakan itu positif bagi pasar dan produksi lokal, khususnya produk yang sesuai kriteria dari aturan itu," kata Henry.
Ia tidak menampik selama ini pasar dan permintaan mobil, khususnya Toyota, didominasi kendaraan dengan silinder di bawah 1.500 cc
Di segmen tersebut Toyota Indonesia memasarkan dan produksi mobil terlaris Toyota Avanza, kemudian ada Toyota Rush, disamping Vios yang semuanya diproduksi di dalam negeri. Selain itu juga ada mobil yang masuk kategori LCGC (Low Cost and Green Car) seperti Toyota Agya dan Calya.
"Memang kendaraan 1.500 cc Toyota memberi kontribusi penjualan di atas 50 persen, namun untuk LCGC sudah nol persen PPnBMnya," kata Henry yang menargetkan tahun 2021 Toyota bisa memimpin pasar otomotif di Indonesia dengan pangsa 31-32;persen.
Baca juga: Kemarin, Relaksasi PPnBM otomotif, SMI Co-Chair koalisi menkeu dunia
Baca juga: Pemerintah ubah skema PPnBM untuk dorong ekspor otomotif
Baca juga: Kenaikan PPnBM untuk kepentingan lebih besar
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: