Surabaya (ANTARA) - DPC PDI Perjuangan Surabaya berharap Tahun Baru Imlek 2572 pada 12 Februari 2021 menjadi momentum untuk terus merawat komitmen kebhinnekaan dan keindonesiaan.

"Ujung dari semua itu adalah kerja bersama menghadapi semua tantangan bangsa, termasuk yang paling krusial adalah pandemi Covid-19," kata Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya, Adi Sutarwijono, di Surabaya, Jumat.

Komitmen keindonesiaan itu pula, kata dia, yang juga melandasi berbagai gerak dan pemikiran para kader PDI Perjuangan.

Baca juga: Perayaan Imlek berlangsung aman dan tertib prokes di Aceh

Ia menjelaskan, Presiden Soekarno pada tahun ajaran 1946/1947, menjadikan tiga hari besar masyarakat Tionghoa, termasuk Imlek, sebagai hari libur resmi. Namun, pada era Orde Baru, seluruh ekspresi kebudayaan masyarakat Tionghoa dilarang.

Kemudian pada 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6/2000 yang mencabut Inpres No 14/1967 yang dibuat Soeharto tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat China, sehingga masyarakat Tionghoa kembali dapat merayakan Imlek di ruang publik.

Baca juga: Rayakan Imlek, Gus Mis sebut Indonesia penuh kemajemukan

"Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai presiden ke-5 RI kemudian menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional pada 2003. Dalam berbagai kesempatan, Ibu Megawati tidak pernah lelah berpesan untuk menjadikan Indonesia sebagai taman sari kehidupan kebangsaan yang indah, dengan persaudaraan seluruh anak bangsa," ujar dia.

Sutarwijono mengajak seluruh warga Tionghoa yang merayakan Tahun Baru Imlek untuk terus memperkuat kerja-kerja gotong royong dalam membawa Surabaya dan Indonesia semakin baik, dari hari ke hari.

"Selamat Tahun Baru Imlek. Gong Xi Fat Cai. Semoga kesehatan, umur panjang, kedamaian, dan kemakmuran selalu menyertai perjalanan kita di Tahun Kerbau Logam ini, terutama agar kita bisa melewati pandemi Covid-19 secara baik. Semoga pandemi segera berlalu," ujarnya.

Baca juga: Warga Tionghoa kumpul keluarga melalui virtual saat Imlek