China minta AS undang WHO selidiki asal COVID
10 Februari 2021 19:21 WIB
Peter Ben Embarek, anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal-usul penyakit virus corona (COVID-19) berbicara pada konferensi pers studi bersama WHO-China di sebuah hotel di Wuhan, provinsi Hubei, China. Selasa (9/2/2021). ANTARA FOTO/EUTERS/Aly Song/HP/sa.
Beijing (ANTARA) - Usai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyelesaikan penyelidikan di Kota Wuhan, China, untuk mengetahui asal mula COVID-19, kini giliran China yang meminta Amerika Serikat (AS) mengundang badan kesehatan tersebut melakukan hal yang sama di negara itu.
"Kami berharap bahwa pihak AS, sebagaimana China, dapat menjunjung sikap yang terbuka dan transparan, serta dapat mengundang pakar WHO ke AS untuk melaksanakan penelitian dan inspeksi penelusuran asal muasal," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, Rabu.
Asal muasal pandemi COVID-19, yang pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan pada akhir 2019, telah menjadi bahan politisasi, dengan China mengemukakan ide bahwa virus SARS-Cov-2 berasal dari luar wilayahnya.
Tim WHO menyampaikan penemuan penyelidikan Wuhan dalam konferensi pers pada Selasa (9/2), yang kesimpulannya yakni virus penyebab COVID-19 bukan berasal dari laboratorium di Wuhan, dan bahwa kelelawar masih menjadi kemungkinan asal virus itu.
Pejabat Media di Gedung Putih, Jen Psaki, menyebut bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden tidak terlibat dalam "rencana dan pelaksanaan" dari penyelidikan WHO serta ingin menjalankan kajian independen atas penemuan badan itu dan data yang mendasarinya.
"AS memeriksa data WHO secara independen? Semestinya WHO yang mengkaji data AS," kata Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times--tabloid yang dijalankan oleh Surat Kabar People's Daily dari Partai Komunis China, dalam media sosial Weibo.
"Apakah kita semua salah dengar, atau memang juru bicara ini tak tahu malu?" kata dia menambahkan.
Peter Ben Embarek, ketua tim yang dipimpin WHO yang menghabiskan empat pekan penyelidikan di China, menyebut bahwa investigasi ini tidak banyak mengubah pandangan WHO atas wabah yang terjadi, meskipun virus bisa saja melintasi wilayah sebelum akhirnya tiba di Wuhan.
Dengan menyisihkan kemungkinan kebocoran di laboratorium, Embarek menyebut makanan beku kemungkinan dapat menjadi media penularan virus. Hal ini akan mendukung hipotesis Beijing, yang menyalahkan sejumlah klaster infeksi pada kemasan makanan impor.
Kesimpulan WHO "membantah total teori konspirasi yang dikembangkan oleh sejumlah pihak anti China, seperti mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang menuduh Institut Virologi Wuhan membocorkan virus tersebut," tulis Global Times.
Sebelumnya, Pompeo mengatakan terdapat "sejumlah bukti yang signifikan" bahwa virus COVID-19 muncul dari sebuah laboratorium di China.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ahli: Pasar Wuhan mungkin sebarkan COVID-19, tetapi bukan sumbernya
Baca juga: WHO: Butuh bertahun-tahun untuk ketahui asal usul COVID-19
"Kami berharap bahwa pihak AS, sebagaimana China, dapat menjunjung sikap yang terbuka dan transparan, serta dapat mengundang pakar WHO ke AS untuk melaksanakan penelitian dan inspeksi penelusuran asal muasal," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, Rabu.
Asal muasal pandemi COVID-19, yang pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan pada akhir 2019, telah menjadi bahan politisasi, dengan China mengemukakan ide bahwa virus SARS-Cov-2 berasal dari luar wilayahnya.
Tim WHO menyampaikan penemuan penyelidikan Wuhan dalam konferensi pers pada Selasa (9/2), yang kesimpulannya yakni virus penyebab COVID-19 bukan berasal dari laboratorium di Wuhan, dan bahwa kelelawar masih menjadi kemungkinan asal virus itu.
Pejabat Media di Gedung Putih, Jen Psaki, menyebut bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden tidak terlibat dalam "rencana dan pelaksanaan" dari penyelidikan WHO serta ingin menjalankan kajian independen atas penemuan badan itu dan data yang mendasarinya.
"AS memeriksa data WHO secara independen? Semestinya WHO yang mengkaji data AS," kata Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times--tabloid yang dijalankan oleh Surat Kabar People's Daily dari Partai Komunis China, dalam media sosial Weibo.
"Apakah kita semua salah dengar, atau memang juru bicara ini tak tahu malu?" kata dia menambahkan.
Peter Ben Embarek, ketua tim yang dipimpin WHO yang menghabiskan empat pekan penyelidikan di China, menyebut bahwa investigasi ini tidak banyak mengubah pandangan WHO atas wabah yang terjadi, meskipun virus bisa saja melintasi wilayah sebelum akhirnya tiba di Wuhan.
Dengan menyisihkan kemungkinan kebocoran di laboratorium, Embarek menyebut makanan beku kemungkinan dapat menjadi media penularan virus. Hal ini akan mendukung hipotesis Beijing, yang menyalahkan sejumlah klaster infeksi pada kemasan makanan impor.
Kesimpulan WHO "membantah total teori konspirasi yang dikembangkan oleh sejumlah pihak anti China, seperti mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang menuduh Institut Virologi Wuhan membocorkan virus tersebut," tulis Global Times.
Sebelumnya, Pompeo mengatakan terdapat "sejumlah bukti yang signifikan" bahwa virus COVID-19 muncul dari sebuah laboratorium di China.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ahli: Pasar Wuhan mungkin sebarkan COVID-19, tetapi bukan sumbernya
Baca juga: WHO: Butuh bertahun-tahun untuk ketahui asal usul COVID-19
Penerjemah: Suwanti
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2021
Tags: