Azerbaijan beri izin uji klinis vaksin kombinasi AstraZeneca-Sputnik V
10 Februari 2021 12:08 WIB
Seorang perempuan Azerbaijan bermasker sebagai langkah preventif mencegah infeksi COVID-19 saat berdiri di jalanan. Azerbaijan melakukan karantina wilayah ketat dari Desember 2020 hingga Januari 2021. ANTARA/TASS via REUTERS/Valery Sharifulin.
Jakarta (ANTARA) - Otoritas kesehatan Azerbaijan, pada 8 Februari, mengeluarkan izin pelaksanaan uji klinis yang pertama bagi kombinasi vaksin COVID-19 Sputnik V dari Rusia dan AstraZeneca dari Inggris, demikian menurut Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF).
"RDIF, Pusat Riset Gamaleya (pengembang Sputnik V), AstraZeneca, dan R-Pharm sebelumnya menandatangani nota kesepakatan kerja sama pengembangan vaksin, yang diumumkan pada Desember 2020 dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin," kata RDIF dalam sebuah keterangan, Selasa (9/2) malam.
Perusahaan asal Rusia, R-Pharm, mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Azerbaijan dalam beberapa tahun belakangan. R-Pharm juga mendirikan pabrik produksi di negara itu pada 2019, dan pada 2020 mendaftarkan dua obat untuk pasien COVID-19, yakni Artlegia dan Coronavir.
Baca juga: Azerbaijan perpanjang karantina wilayah hingga 31 Agustus
Baca juga: Azerbaijan, Belarusia ikut laporkan kasus pertama COVID-19
Uji klinis tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan memicu respons imun (imunogenisitas) vaksin kombinasi Sputnik V dan AstraZeneca, dan akan berlangsung selama enam bulan di beberapa negara dengan masing-masing 100 relawan.
"Kemitraan untuk uji klinis kombinasi vaksin AZD1222 (milik AstraZeneca, red) dengan vektor adenovirus Ad26 dari vaksin Sputnik V menjadi contoh yang pertama dan sangat penting bagi kerja sama semacam ini di dunia," kata Kirill Dmitriev, Pimpinan Eksekutif RDIF.
Kirill menyatakan bahwa pihaknya juga siap untuk menjalin kerja sama dengan produsen vaksin lainnya demi meningkatkan jumlah vaksin yang efektif dan terjangkau.
Baik vaksin Sputnik V maupun vaksin milik AstraZeneca, masing-masing, telah melalui uji klinis tahap terakhir dan mendapat izin penggunaan darurat di sejumlah negara.
Sumber: Reuters
Baca juga: Azerbaijan siap suntikkan 4 juta dosis vaksin Sinovac mulai Senin
Baca juga: Azerbaijan buka lagi restoran, tapi pembatasan COVID diperpanjang
"RDIF, Pusat Riset Gamaleya (pengembang Sputnik V), AstraZeneca, dan R-Pharm sebelumnya menandatangani nota kesepakatan kerja sama pengembangan vaksin, yang diumumkan pada Desember 2020 dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin," kata RDIF dalam sebuah keterangan, Selasa (9/2) malam.
Perusahaan asal Rusia, R-Pharm, mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Azerbaijan dalam beberapa tahun belakangan. R-Pharm juga mendirikan pabrik produksi di negara itu pada 2019, dan pada 2020 mendaftarkan dua obat untuk pasien COVID-19, yakni Artlegia dan Coronavir.
Baca juga: Azerbaijan perpanjang karantina wilayah hingga 31 Agustus
Baca juga: Azerbaijan, Belarusia ikut laporkan kasus pertama COVID-19
Uji klinis tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan memicu respons imun (imunogenisitas) vaksin kombinasi Sputnik V dan AstraZeneca, dan akan berlangsung selama enam bulan di beberapa negara dengan masing-masing 100 relawan.
"Kemitraan untuk uji klinis kombinasi vaksin AZD1222 (milik AstraZeneca, red) dengan vektor adenovirus Ad26 dari vaksin Sputnik V menjadi contoh yang pertama dan sangat penting bagi kerja sama semacam ini di dunia," kata Kirill Dmitriev, Pimpinan Eksekutif RDIF.
Kirill menyatakan bahwa pihaknya juga siap untuk menjalin kerja sama dengan produsen vaksin lainnya demi meningkatkan jumlah vaksin yang efektif dan terjangkau.
Baik vaksin Sputnik V maupun vaksin milik AstraZeneca, masing-masing, telah melalui uji klinis tahap terakhir dan mendapat izin penggunaan darurat di sejumlah negara.
Sumber: Reuters
Baca juga: Azerbaijan siap suntikkan 4 juta dosis vaksin Sinovac mulai Senin
Baca juga: Azerbaijan buka lagi restoran, tapi pembatasan COVID diperpanjang
Pewarta: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: