Mukomuko (ANTARA) - Jumlah balita yang mengalami gizi kurang di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tahun 2020 sebanyak 321 orang, bertambah dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 238 orang.

“Jumlah balita yang mengalami gizi kurang tahun ini bertambah seiring dengan kegiatan pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang tidak terlalu banyak melakukan kegiatan tatap muka saat pandemi COVID-19,” kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Oyon Kanedi di Mukomuko, Selasa.

Ia mengatakan, karena aktivitas posyandu pada tahun 2020 tidak terlalu banyak melakukan pelayanan kesehatan secara tatap muka sehingga balita yang ada di daerah ini tidak terpantau dengan baik.

Menurutnya, seharusnya balita rutin dipantau kesehatannya oleh tenaga kesehatan yang ada di posyandu daerah ini guna mencegah balita mengalami gizi kurang, bahkan gizi buruk.

Baca juga: Mencegah bayi stunting dari calon ibu

Baca juga: Pemprov Sulsel alokasikan anggaran Rp8 miliar tangani "stunting"


Kendati demikian, ia mengatakan tenaga kesehatan di posyandu di daerah ini tetap memberikan makanan tambahan berupa roti kepada balita terutama balita yang mengalami gizi kurang.

Bahkan tenaga kesehatan mendatangi setiap rumah balita yang mengalami gizi kurang untuk memantau kondisi kesehatannya sekaligus memberikan makanan tambahan seperti roti.

“Walaupun tenaga kesehatan tidak memberikan pelayanan tatap muka di posyandu, tetapi tenaga kesehatan datang ke rumah balita yang mengalami gizi buruk untuk memberikan roti,” ujarnya.

Sedangkan ciri balita yang mengalami gizi kurang karena usia dengan berat badan tidak seimbang dan pada saat penimbangan berat badan balita ini berada digaris kuning hingga akhirnya sampai pada garis merah.

Ia memastikan penyebab balita mengalami gizi kurang tidak hanya karena kurangnya pertemuan tatap muka di posyandu, tetapi salah satunya faktor ekonomi keluarga yang tidak sanggup menyuplai makanan bergizi untuk anak-anaknya. Kadang-kadang makan nasi pakai garam, jarang minum susu.

“Balita dari keluarga yang tergolong ekonomi mampu jarang kita temui mengalami gizi kurang,” ujarnya.*

Baca juga: Fraksi PKB MPR bantu bayi Sonia penderita gizi buruk

Baca juga: Dinkes Mataram pantau empat penderita gizi buruk