1.500 nakes lansia di Surabaya jalani vaksinasi COVID-19
8 Februari 2021 19:52 WIB
Salah satu nakes lansia Prof Dr dr Bambang Priambodo SpB SpOT(K) yang merupakan dokter spesialis orthopedi berusia 72 tahun menjalani vaksinasi COVID-19 di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya, Senin (8/2/2021). (FOTO ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya)
Surabaya (ANTARA) - Sebanyak 1.500 tenaga kesehatan (nakes) yang sudah lanjut usia (lansia) mulai menjalani vaksinasi COVID-19 di sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin.
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara mengatakan vaksinasi kepada nakes lansia ini dilakukan setelah Menteri Kesehatan RI Budi Gunagi Sadikin mengumumkan dan memperbolehkan penggunaan vaksin COVID-19 bagi nakes lansia.
"Awalnya kan vaksin Sinovac gelombang pertama itu untuk nakes usia 18-59 tahun. Nah, baru kemarin diumumkan bahwa vaksin itu juga bisa dipakai untuk nakes lansia, sehingga mulai hari ini kami langsung melakukannya," kata Febri.
Baca juga: Menkes sebut vaksinasi COVID-19 untuk nakes lansia dimulai Senin
Menurut dia, beberapa rumah sakit yang melakukan vaksin kepada nakes lansia itu, yakni Rumah Sakit Premier Surabaya, Rumah Sakit Husada Utama, Rumah Sakit Ibu dan Anak Putri Surabaya dan rumah sakit lainnya.
Febri mengatakan nakes lansia itu usianya mulai dari 60 tahun ke atas, sehingga tidak heran jika penerima vaksin kali ini banyak yang sudah profesor. Ia memastikan bahwa proses penyuntikan vaksin kepada nakes lansia itu tidak jauh beda dengan penyuntikan vaksin para nakes sebelumnya.
"Prosesnya sama saja, harus melalui beberapa tahapan, seperti verifikasi, skrining, penyuntikan vaksin dan pemantauan," katanya.
Ia juga memastikan bahwa jumlah nakes lansia di Surabaya sekitar 1.500 orang. Mereka akan menerima vaksin di rumah sakit tempat kerjanya atau tempat praktiknya.
"Karena memang kemarin masih ada stok vaksin yang diterima pemkot, akhirnya kita langsung gelar hari ini juga. Sedangkan untuk penyuntikan kedua, sesuai ketentuan akan dilakukan empat pekan setelahnya, jadi berbeda dengan yang nakes sebelumnya yang hanya dua pekan," ujarnya.
Salah satu nakes lansia yang menerima vaksin kali ini adalah Prof Dr dr Bambang Priambodo SpB SpOT(K). Dokter spesialis orthopedi yang usianya sudah 72 tahun itu divaksin di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya.
Ia mengaku tidak ada persiapan khusus pada saat akan divaksin. Bahkan, ia juga mengaku tidak merasakan apa-apa pada saat disuntik vaksin.
Baca juga: Kemenkes-KPC PEN-UNICEF latih kemampuan komunikasi vaksinator-nakes
Baca juga: 8.150 tenaga kesehatan di Kota Malang telah jalani vaksinasi COVID-19
"Saya sudah ingin (divaksin) dari lama dan saya ditelepon RS, saya semangat untuk vaksin," kata Prof Bambang Priambodo seusai disuntik vaksin.
Menurutnya, nakes lansia itu memang seharusnya diutamakan, sebab mereka juga berisiko tertular karena masih melakukan praktik. Dengan divaksin, para lansia itu lebih terproteksi. "Yang tua harusnya didahulukan, supaya lebih aman. Nakes diutamakan, tua juga diutamakan," ujarnya.
Ia juga memastikan bahwa vaksin ini bukan segala-galanya. Makanya, ia mengimbau meskipun sudah divaksin, tetap harus menjaga diri dan tetap menjaga protokol kesehatan.
"Karena memang vaksin bukan segala-galanya. Meskipun divaksin, harus tetap menjaga diri, prokes harus diutamakan," katanya.
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara mengatakan vaksinasi kepada nakes lansia ini dilakukan setelah Menteri Kesehatan RI Budi Gunagi Sadikin mengumumkan dan memperbolehkan penggunaan vaksin COVID-19 bagi nakes lansia.
"Awalnya kan vaksin Sinovac gelombang pertama itu untuk nakes usia 18-59 tahun. Nah, baru kemarin diumumkan bahwa vaksin itu juga bisa dipakai untuk nakes lansia, sehingga mulai hari ini kami langsung melakukannya," kata Febri.
Baca juga: Menkes sebut vaksinasi COVID-19 untuk nakes lansia dimulai Senin
Menurut dia, beberapa rumah sakit yang melakukan vaksin kepada nakes lansia itu, yakni Rumah Sakit Premier Surabaya, Rumah Sakit Husada Utama, Rumah Sakit Ibu dan Anak Putri Surabaya dan rumah sakit lainnya.
Febri mengatakan nakes lansia itu usianya mulai dari 60 tahun ke atas, sehingga tidak heran jika penerima vaksin kali ini banyak yang sudah profesor. Ia memastikan bahwa proses penyuntikan vaksin kepada nakes lansia itu tidak jauh beda dengan penyuntikan vaksin para nakes sebelumnya.
"Prosesnya sama saja, harus melalui beberapa tahapan, seperti verifikasi, skrining, penyuntikan vaksin dan pemantauan," katanya.
Ia juga memastikan bahwa jumlah nakes lansia di Surabaya sekitar 1.500 orang. Mereka akan menerima vaksin di rumah sakit tempat kerjanya atau tempat praktiknya.
"Karena memang kemarin masih ada stok vaksin yang diterima pemkot, akhirnya kita langsung gelar hari ini juga. Sedangkan untuk penyuntikan kedua, sesuai ketentuan akan dilakukan empat pekan setelahnya, jadi berbeda dengan yang nakes sebelumnya yang hanya dua pekan," ujarnya.
Salah satu nakes lansia yang menerima vaksin kali ini adalah Prof Dr dr Bambang Priambodo SpB SpOT(K). Dokter spesialis orthopedi yang usianya sudah 72 tahun itu divaksin di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya.
Ia mengaku tidak ada persiapan khusus pada saat akan divaksin. Bahkan, ia juga mengaku tidak merasakan apa-apa pada saat disuntik vaksin.
Baca juga: Kemenkes-KPC PEN-UNICEF latih kemampuan komunikasi vaksinator-nakes
Baca juga: 8.150 tenaga kesehatan di Kota Malang telah jalani vaksinasi COVID-19
"Saya sudah ingin (divaksin) dari lama dan saya ditelepon RS, saya semangat untuk vaksin," kata Prof Bambang Priambodo seusai disuntik vaksin.
Menurutnya, nakes lansia itu memang seharusnya diutamakan, sebab mereka juga berisiko tertular karena masih melakukan praktik. Dengan divaksin, para lansia itu lebih terproteksi. "Yang tua harusnya didahulukan, supaya lebih aman. Nakes diutamakan, tua juga diutamakan," ujarnya.
Ia juga memastikan bahwa vaksin ini bukan segala-galanya. Makanya, ia mengimbau meskipun sudah divaksin, tetap harus menjaga diri dan tetap menjaga protokol kesehatan.
"Karena memang vaksin bukan segala-galanya. Meskipun divaksin, harus tetap menjaga diri, prokes harus diutamakan," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: