Jakarta (ANTARA) - Petenis peringkat dua dunia Rafael Nadal pada Minggu malam mengatakan sakit punggung yang ia alami jelang Australian Open berpotensi membuatnya tidak bisa mengejar gelar Grand Slam ke-21.

Akibat sakit itu, petenis Spanyol tersebut tak bisa membela negaranya di turnamen Piala ATP pekan lalu dan hanya tampil dalam satu pertandingan eksibisi sejak ATP Finals di London pada November lalu.

"Jelas ini (sakit punggung) tidak bagus. Memang benar selama 15 hari terakhir saya telah mengalami sakit. Pada awalnya, otot sedikit lelah tapi saya juga merasa sedikit lebih kaku dari biasanya," tutur Nadal dikutip dari laporan Reuters, Senin.

Baca juga: Nadal mundur dari ATP Cup karena masalah punggung saat lawan Australia
Baca juga: Nadal siap hibur penggemar tenis yang menderita karena pandemi


Selama menjalani fase latihan, Nadal tetap rutin menjalani perawatan medis minggu ini agar tetap fit bermain di Melbourne. Dia dijadwalkan bertemu Laslo Djere dari Serbia dalam pertandingan pembukanya pada Selasa.

Saat ia menganggap cederanya tidak serius, yang terjadi justru sebaliknya.

"Ototnya masih kencang sehingga sulit bermain dan bergerak secara bebas. Kami melakukan segalanya. Ahli fisikku dan dokterku ada di sini, semua orang membantuku dengan segala cara. Saya berharap bisa siap, itu saja. Saya tahu terkadang banyak hal berubah dengan cepat," ungkapnya.

Australian Open adalah kesempatan pertama Nadal untuk menjadi pemimpin sepanjang masa dalam gelar Grand Slam di antara petenis putra. Dengan kemenangannya di French Open tahun lalu, rekornya menyamai Roger Federer di puncak daftar dengan 20 gelar.

Federer, yang baru menjalani operasi lutut, tidak akan bermain di Australian Open dan memilih melakukan debut musim depan di Doha.

Nadal meraih satu kemenangan di Melbourne pada 2009 saat ia mengalahkan Federer dalam lima set. Dia telah memenangkan French Open 13 kali, US Open empat kali, dan Wimbledon dua kali.

Baca juga: Nol kasus COVID di Victoria, kecemasan jelang Australian Open mereda
Baca juga: Nadal dan Serena dukung penerapan protokol ketat di Australia