Tips Didiet Maulana agar produk kreatif tembus pasar internasional
7 Februari 2021 23:14 WIB
Perancang busana tanah air Didiet Maulana dalam webinar Industri Kreatif bertajuk "Industri Kreatif di Masa Pandemi: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang,” di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Minggu (7/2/2021). (Antara/HO-PWI)
Jakarta (ANTARA) -
Perancang busana tanah air Didiet Maulana membagi tips agar produk kreatif yang dihasilkan para perajin dapat menembus pasar internasional, di tengah keterbatasan akibat pandemi COVID-19.
Didiet mengatakan produk kreatif yang akan dijual di pasar internasional perlu mendapat perhatian lebih dari sisi produksi agar dapat diterima secara kualitas dan nilai di pasar lokal terlebih dahulu.
“Ukurannya harus betul, adanya konsistensi produk, faktor keamanan, kemasan juga memegang peranan penting,” ujar Didiet dalam webinar Industri Kreatif bertajuk "Industri Kreatif di Masa Pandemi: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang," bertempat di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Minggu.
Founder IKAT Indonesia tersebut juga menekankan industri kreatif harus menggunakan bahan-bahan yang bisa diterima dunia internasional.
Misalnya pada produk pakaian, tidak menggunakan bahan zat pewarna yang bisa merusak kulit. Setidaknya harus mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan untuk masuk ke dunia internasional juga ada serfitikasinya.
"Saran saya, marilah kita berkonsentrasi peluang dan potensi di Indonensia. Kita memiliki 200 juta penduduk, kita ambil dua persen atau 0,05 persen saja menjadi market menjanjikan," kata Didiet.
Sementara itu Program Director Katapel.id Robby Wahyudi menyebut dari hasil survei 2020, 98 persen pelaku industri kreatif terdampak COVID-19, 67 persen penurunan penjualan, 58 persen pembatalan proyek, namun 8 persen malah menunjukkan penambahan omset.
Robby menilai kualitas dari pelaku industri kreatif di Tanah Air sebetulnya sudah sangat baik. Namun harus dipertajam dari sisi “creativepreneur,” untuk mengembangkan banyak talenta yang dimiliki oleh pelaku-pelaku kreatif Indonesia.
"Pun juga di sisi lain, banyak pelaku kreatif sudah di taraf internasinal perlu mendapat dukungan teman-teman pers dan media. Semoga dari dukungan media, pelaku kreatif bisa naik level di tingkat dunia," kata.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar web seminar industri kreatif bertajuk "Industri Kreatif di Masa Pandemi: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang" di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Minggu menyambut Hari Pers Nasional 2021.
Narasumber yang hadir dalam acara tersebut diantaranya Founder IKAT Indonesia Didiet Maulana, Ketua Ikatan Penerbit Indinesia (IKAPI) Hikmat Kurnia, Program Director Katapel.id Robby Wahyudi dan mewakili PWI Eduard Depari.
Perancang busana tanah air Didiet Maulana membagi tips agar produk kreatif yang dihasilkan para perajin dapat menembus pasar internasional, di tengah keterbatasan akibat pandemi COVID-19.
Didiet mengatakan produk kreatif yang akan dijual di pasar internasional perlu mendapat perhatian lebih dari sisi produksi agar dapat diterima secara kualitas dan nilai di pasar lokal terlebih dahulu.
“Ukurannya harus betul, adanya konsistensi produk, faktor keamanan, kemasan juga memegang peranan penting,” ujar Didiet dalam webinar Industri Kreatif bertajuk "Industri Kreatif di Masa Pandemi: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang," bertempat di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Minggu.
Founder IKAT Indonesia tersebut juga menekankan industri kreatif harus menggunakan bahan-bahan yang bisa diterima dunia internasional.
Misalnya pada produk pakaian, tidak menggunakan bahan zat pewarna yang bisa merusak kulit. Setidaknya harus mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan untuk masuk ke dunia internasional juga ada serfitikasinya.
"Saran saya, marilah kita berkonsentrasi peluang dan potensi di Indonensia. Kita memiliki 200 juta penduduk, kita ambil dua persen atau 0,05 persen saja menjadi market menjanjikan," kata Didiet.
Sementara itu Program Director Katapel.id Robby Wahyudi menyebut dari hasil survei 2020, 98 persen pelaku industri kreatif terdampak COVID-19, 67 persen penurunan penjualan, 58 persen pembatalan proyek, namun 8 persen malah menunjukkan penambahan omset.
Robby menilai kualitas dari pelaku industri kreatif di Tanah Air sebetulnya sudah sangat baik. Namun harus dipertajam dari sisi “creativepreneur,” untuk mengembangkan banyak talenta yang dimiliki oleh pelaku-pelaku kreatif Indonesia.
"Pun juga di sisi lain, banyak pelaku kreatif sudah di taraf internasinal perlu mendapat dukungan teman-teman pers dan media. Semoga dari dukungan media, pelaku kreatif bisa naik level di tingkat dunia," kata.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar web seminar industri kreatif bertajuk "Industri Kreatif di Masa Pandemi: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang" di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Minggu menyambut Hari Pers Nasional 2021.
Narasumber yang hadir dalam acara tersebut diantaranya Founder IKAT Indonesia Didiet Maulana, Ketua Ikatan Penerbit Indinesia (IKAPI) Hikmat Kurnia, Program Director Katapel.id Robby Wahyudi dan mewakili PWI Eduard Depari.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: