Jakarta (ANTARA) - Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menurunkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini yang sebelumnya akan mencapai 5 persen menjadi 4,3 persen.

Satria menyebutkan pertumbuhan 4,3 persen tersebut akan dicapai dengan masing-masing perkiraan per kuartal adalah terkontraksi 0,85 persen pada kuartal I, 7,82 persen kuartal II, 5,93 persen kuartal III, dan 4,57 persen kuartal IV.

“Sebagian besar karena basis basis rendah mengingat pertumbuhan riil negatif di tiga kuartal terakhir pada 2020,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Kemenkeu: Pertumbuhan ekonomi RI di atas rata-rata global

Satria menjelaskan proyeksi pertumbuhan 4,3 persen didasarkan pada beberapa asumsi meliputi pertama adalah meratakan kasus COVID-19 dan tidak ada lockdown yang diberlakukan setelah kuartal I.

Asumsi kedua adalah program vaksinasi berjalan sesuai target pemerintah dengan 46 persen dari total masyarakat Indonesia telah menerima vaksin pada akhir 2021.

Asumsi ketiga adalah kegiatan ekonomi telah membaik meskipun belum kembali normal atau mencapai kapasitas penuh.

Baca juga: Menko Airlangga proyeksikan ekonomi tumbuh hingga 2,1 persen kuartal I

Menurutnya, belanja pemerintah yang sebagian besar berupa dana untuk bantuan sosial akan terus mendukung konsumsi rumah tangga.

Meski demikian, Satria memperkirakan investasi masih akan berada di bawah tekanan meskipun anggaran infrastruktur meningkat pada 2021 dan adanya pelaksanaan Omnibus Law serta Sovereign Wealth Fund (SWF).

“Mengingat pertumbuhan bangunan dan konstruksi yang lemah baru-baru ini, kami lebih berhati-hati pada investasi,“ ujarnya.

Lebih lanjut, Satria juga menuturkan bahwa bank sentral masih memiliki ruang untuk memotong secara oportunistik suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen dari 3,75 persen pada tahun ini.

“Pandangan kami di sini adalah bank sentral pada 2021 masih memiliki ruang untuk memotong secara oportunistik suku bunganya,” ujarnya.