BKNU Jatim sikapi penggunaan alat tangkap ikan di Kangean
6 Februari 2021 19:57 WIB
Ilustrasi - Nelayan memperbaiki jaring Purse seine (pukat cincin) di desa Dadap, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (16/5). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/aww/pri.
Surabaya (ANTARA) - Pengurus Wilayah Badan Kemaritiman Nahdhatul Ulama (BKNU) Jawa Timur menggelar Ngaji Kemaritiman menyikapi nelayan pendatang yang gunakan alat tangkap jenis purse seine di perairan Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep.
"Ada laporan dari nelayan lokal yang resah bahwa banyak nelayan pendatang yang menggunakan alat tangkap purse seine untuk menangkap ikan di area laut di sekitar pulau-pulau di Kangean," kata Ketua PC BKNU Kangean Mihosen saat Ngaji Kemaritiman yang digelar secara daring oleh BKNU Jatim di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, karena alat tangkap nelayan lokal yang tidak begitu canggih dengan alat tangkap nelayan pendatang tersebut, mereka khawatir akan menurunkan hasil tangkapan ikan.
Apalagi, lanjut dia, pada masa-masa saat ini dengan sering terjadinya angin dan gelombang besar, sehingga sulit mendapatkan hasil tangkapan yang memadai.
Baca juga: KKP musnahkan alat tangkap "trawl" dan rumpon ilegal
Koordinator Program Studi Sumber Daya Alam, Fakultas Ilmu dan Teknologi Pertanian UTM Dr. Apri Arisandi, S.Pi, M.Si, menyayangkan atas maraknya kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan, alat, atau cara yang merusak sumberdaya ikan maupun lingkungannya, seperti menggunakan bahan peledak, bahan beracun, setrum, dan alat penangkapan ikan lainnya yang tidak ramah lingkungan.
"Sehingga hal ini akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan dan biota laut lainnya, yang jangka panjang akan berdampak pada perubahan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Menurut dia, Kangean merupakan lumbung ikan dari Provinsi Jawa Timur yang selama ini menjadi handalan produksi perikanan tangkap dari berbagai jenis ikan pelagis dan demersal.
Selain itu, potensi laut Kangean sangat besar terutama untuk produk non ikan seperti rumput laut. Terumbu karang di Kangean juga diindikasikan cukup banyak jenisnya walaupun sekarang kondisinya kebanyakan rusak.
Baca juga: KKP perlu arah jelas sikapi polemik terkait cantrang
Dosen dari Teknik Kelautan ITS Surabaya dan juga Wakil Sekretaris PW BKNU Jawa Timur Murdjito, MSc.Eng mengatakan hasil Ngaji Kemaritiman PCBKNU Kangean menghasilkan rumusan untuk ditindak lanjuti para pemangku kepentingan bahwa perlu standarisasi alat tangkap ikan yang disesuaikan dengan lokasi, seperti mengatur ukuran mesh size (mata jaring).
"Agar selektif terhadap spesies ikan, perlunya sosialisasi kepada nelayan dan pengawasan yang ketat, agar nelayan melakukan penangkapan yang lebih ramah lingkungan seperti ukuran ikan layak tangkap dan agar alat tangkap yang digunakan selektif terhadap spesies ikan yang ditangkap," katanya.
Selain itu juga disarankan adanya pengaturan wilayah penangkapan (zonasi) tidak bisa hanya berdasarkan ukuran kapal tapi lebih pada karakteristik wilayah masing-masing dan jenis ikan yang ditangkap serta jalur penangkapan.
Baca juga: DFW soroti ketidakpastian penerapan aturan alat tangkap perikanan
Baca juga: KKP latih nelayan buat alat tangkap jaring insang
"Ada laporan dari nelayan lokal yang resah bahwa banyak nelayan pendatang yang menggunakan alat tangkap purse seine untuk menangkap ikan di area laut di sekitar pulau-pulau di Kangean," kata Ketua PC BKNU Kangean Mihosen saat Ngaji Kemaritiman yang digelar secara daring oleh BKNU Jatim di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, karena alat tangkap nelayan lokal yang tidak begitu canggih dengan alat tangkap nelayan pendatang tersebut, mereka khawatir akan menurunkan hasil tangkapan ikan.
Apalagi, lanjut dia, pada masa-masa saat ini dengan sering terjadinya angin dan gelombang besar, sehingga sulit mendapatkan hasil tangkapan yang memadai.
Baca juga: KKP musnahkan alat tangkap "trawl" dan rumpon ilegal
Koordinator Program Studi Sumber Daya Alam, Fakultas Ilmu dan Teknologi Pertanian UTM Dr. Apri Arisandi, S.Pi, M.Si, menyayangkan atas maraknya kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan, alat, atau cara yang merusak sumberdaya ikan maupun lingkungannya, seperti menggunakan bahan peledak, bahan beracun, setrum, dan alat penangkapan ikan lainnya yang tidak ramah lingkungan.
"Sehingga hal ini akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan dan biota laut lainnya, yang jangka panjang akan berdampak pada perubahan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Menurut dia, Kangean merupakan lumbung ikan dari Provinsi Jawa Timur yang selama ini menjadi handalan produksi perikanan tangkap dari berbagai jenis ikan pelagis dan demersal.
Selain itu, potensi laut Kangean sangat besar terutama untuk produk non ikan seperti rumput laut. Terumbu karang di Kangean juga diindikasikan cukup banyak jenisnya walaupun sekarang kondisinya kebanyakan rusak.
Baca juga: KKP perlu arah jelas sikapi polemik terkait cantrang
Dosen dari Teknik Kelautan ITS Surabaya dan juga Wakil Sekretaris PW BKNU Jawa Timur Murdjito, MSc.Eng mengatakan hasil Ngaji Kemaritiman PCBKNU Kangean menghasilkan rumusan untuk ditindak lanjuti para pemangku kepentingan bahwa perlu standarisasi alat tangkap ikan yang disesuaikan dengan lokasi, seperti mengatur ukuran mesh size (mata jaring).
"Agar selektif terhadap spesies ikan, perlunya sosialisasi kepada nelayan dan pengawasan yang ketat, agar nelayan melakukan penangkapan yang lebih ramah lingkungan seperti ukuran ikan layak tangkap dan agar alat tangkap yang digunakan selektif terhadap spesies ikan yang ditangkap," katanya.
Selain itu juga disarankan adanya pengaturan wilayah penangkapan (zonasi) tidak bisa hanya berdasarkan ukuran kapal tapi lebih pada karakteristik wilayah masing-masing dan jenis ikan yang ditangkap serta jalur penangkapan.
Baca juga: DFW soroti ketidakpastian penerapan aturan alat tangkap perikanan
Baca juga: KKP latih nelayan buat alat tangkap jaring insang
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: