Perdana Menteri Boris Johnson mengutip kemungkinan varian baru virus corona sebagai salah satu risiko terbesar untuk peluncuran vaksin dan berharap ekonomi dapat mulai dibuka kembali setelah penguncian pada musim semi.
Pemerintah mengatakan vaksin Pfizer/BioNTech serta Oxford/AstraZeneca yang saat ini diluncurkan tampaknya bekerja dengan baik terhadap varian yang saat ini dominan di Inggris.
"Tetapi kami harus siap menghadapi semua kemungkinan dan meningkatkan kapasitas manufaktur Inggris Raya untuk mengembangkan vaksin guna memerangi varian baru penyakit tersebut, dengan memanfaatkan keahlian genomik terkemuka dunia," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock dalam pernyataan, Jumat.
Pemerintah mengatakan hampir semua vaksin yang dikembangkan melalui kemitraan tersebut merupakan varian dari suntikan CureVac yang ada, yang saat ini sedang menjalani uji klinis tahap akhir.
Untuk CureVac, aliansi itu menandai langkah lain untuk mengejar ketertinggalan dari pengembang vaksin mRNA terkemuka BioNTech dan Moderna dan untuk mendapatkan kembali posisi terdepan untuk vaksin generasi baru, yang mencegah lebih dari satu varian dalam satu pengobatan.
Pada Rabu (3/2), CureVac mengumumkan kemitraan dengan GlaxoSmithKline Inggris untuk pengembangan vaksin tersebut.
CureVac mengatakan memilih Inggris karena peran utamanya dalam menganalisis susunan genetik virus saat patogen berkembang, dan pemimpin negara itu mulai meluncurkan generasi pertama vaksin.
"Pemerintah Inggris dan Satgas Vaksinnya telah berada di garis depan dalam pengawasan, pengembangan vaksin, dan pengiriman vaksin untuk penyebaran selama pandemi ini," kata Kepala Pejabat Bisnis dan Kepala Pejabat Komersial CureVac Dr. Antony Blanc.
Sumber: Reuters
Baca juga: Inggris: Ada 4.000 varian virus penyebab COVID-19 di seluruh dunia
Baca juga: Orang tanpa riwayat bepergian terkena corona Afsel di Inggris
Baca juga: Inggris tambah pesanan vaksin COVID Valneva jadi 100 juta dosis