WHO: Butuh bertahun-tahun untuk ketahui asal usul COVID-19
5 Februari 2021 20:55 WIB
Peter Daszak dan Thea Fischer, anggota satuan tugas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyelidiki asal mula virus corona (COVID-19), berada di dalam mobil saat tiba di Institut Ilmu Pengetahuan Virus di Wuhan, provinsi Hubei, China, Rabu (3/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter/HP/djo
Wuhan (ANTARA) - Seorang anggota tim peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berkunjung ke Wuhan mengatakan, ia terkejut dengan kerumitan untuk mengetahui asal usul pandemi COVID-19, sehingga dibutuhkan penelitian selama bertahun-tahun.
Dominic Dwyer, seorang ahli mikrobiologi dan ahli penyakit menular, mengatakan tim WHO yang berkunjung ke Wuhan telah menerima akses yang diminta dari otoritas China ketika mencoba memahami hari-hari awal wabah virus corona baru yang pertama kali diidentifikasi di kota itu.
"Semua orang tahu bagaimana wabah benar-benar meledak dari pasar Huanan di Wuhan, tetapi kuncinya adalah apa yang terjadi sekitar waktu itu dan sebelumnya," kata Dwyer, Jumat.
Asal usul virus corona telah menjadi sangat dipolitisasi menyusul tuduhan bahwa China tidak transparan dalam penanganan awal wabah tersebut. Namun, Beijing telah mendorong gagasan bahwa virus itu bisa berasal dari tempat lain.
Dwyer, seorang spesialis HIV/AIDS Australia yang sebelumnya bekerja dengan WHO selama wabah SARS dan flu burung, mengatakan "teka-teki" dari COVID-19 adalah bahwa pembawa asimtomatik awal mungkin tidak tahu bahwa mereka mengidapnya.
"Sangat naif untuk berpikir bahwa kita akan mendapatkan virus zero," kata Dwyer, merujuk pada pengidap pertama virus tersebut.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa kasus-kasus awal teridentifikasi pada November, "tetapi hanya sedikit sebelumnya itulah bagian yang sangat menarik sekaligus bagian yang rumit dan sulit".
Dalam hal ini, Dwyer sependapat dengan rekan setimnya Peter Daszak, seorang ahli zoologi dan ahli penyakit hewan, dalam penekanannya pada kesulitan memahami penyakit tersebut.
"Bahkan SARS, bahkan Ebola, kami punya beberapa ide bagus, tapi tidak ada yang tahu. HIV pun kami tidak tahu keadaan pastinya," kata Daszak kepada Reuters.
Para penyelidik WHO telah mengunjungi rumah sakit, fasilitas penelitian, dan pasar makanan laut tempat wabah pertama diidentifikasi, meskipun kontak mereka di Wuhan terbatas pada kunjungan yang diselenggarakan oleh pemerintah China, sebagai tuan rumah mereka.
Dwyer mengatakan tim telah menyelesaikan kunjungan lapangannya dan bersiap untuk mempresentasikan temuannya sejelas mungkin, mengingat besarnya minat, sebelum visa 28 hari tim berakhir menjelang akhir minggu depan.
Dia mengatakan bahwa lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk menyelidiki bagaimana virus dapat ditularkan oleh hewan, termasuk kelelawar, serta menjadi antibodi terhadap virus corona pada orang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tersebut.
Jangka pendeknya, kata Dwyer, adalah "meninjau apa yang kita ketahui sekarang dan mengumpulkan semua data itu dan akan ada serangkaian proyek jangka panjang, dan ini bisa memakan waktu beberapa tahun."
Sumber: Reuters
Baca juga: WHO: Gua kelelawar di China perlu diteliti untuk cari asal-usul COVID
Baca juga: Tim investigasi WHO di China kunjungi fasilitas kesehatan hewan Wuhan
Baca juga: Tim WHO kunjungi RS pertama yang merawat pasien COVID-19 di Wuhan
Dominic Dwyer, seorang ahli mikrobiologi dan ahli penyakit menular, mengatakan tim WHO yang berkunjung ke Wuhan telah menerima akses yang diminta dari otoritas China ketika mencoba memahami hari-hari awal wabah virus corona baru yang pertama kali diidentifikasi di kota itu.
"Semua orang tahu bagaimana wabah benar-benar meledak dari pasar Huanan di Wuhan, tetapi kuncinya adalah apa yang terjadi sekitar waktu itu dan sebelumnya," kata Dwyer, Jumat.
Asal usul virus corona telah menjadi sangat dipolitisasi menyusul tuduhan bahwa China tidak transparan dalam penanganan awal wabah tersebut. Namun, Beijing telah mendorong gagasan bahwa virus itu bisa berasal dari tempat lain.
Dwyer, seorang spesialis HIV/AIDS Australia yang sebelumnya bekerja dengan WHO selama wabah SARS dan flu burung, mengatakan "teka-teki" dari COVID-19 adalah bahwa pembawa asimtomatik awal mungkin tidak tahu bahwa mereka mengidapnya.
"Sangat naif untuk berpikir bahwa kita akan mendapatkan virus zero," kata Dwyer, merujuk pada pengidap pertama virus tersebut.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa kasus-kasus awal teridentifikasi pada November, "tetapi hanya sedikit sebelumnya itulah bagian yang sangat menarik sekaligus bagian yang rumit dan sulit".
Dalam hal ini, Dwyer sependapat dengan rekan setimnya Peter Daszak, seorang ahli zoologi dan ahli penyakit hewan, dalam penekanannya pada kesulitan memahami penyakit tersebut.
"Bahkan SARS, bahkan Ebola, kami punya beberapa ide bagus, tapi tidak ada yang tahu. HIV pun kami tidak tahu keadaan pastinya," kata Daszak kepada Reuters.
Para penyelidik WHO telah mengunjungi rumah sakit, fasilitas penelitian, dan pasar makanan laut tempat wabah pertama diidentifikasi, meskipun kontak mereka di Wuhan terbatas pada kunjungan yang diselenggarakan oleh pemerintah China, sebagai tuan rumah mereka.
Dwyer mengatakan tim telah menyelesaikan kunjungan lapangannya dan bersiap untuk mempresentasikan temuannya sejelas mungkin, mengingat besarnya minat, sebelum visa 28 hari tim berakhir menjelang akhir minggu depan.
Dia mengatakan bahwa lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk menyelidiki bagaimana virus dapat ditularkan oleh hewan, termasuk kelelawar, serta menjadi antibodi terhadap virus corona pada orang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tersebut.
Jangka pendeknya, kata Dwyer, adalah "meninjau apa yang kita ketahui sekarang dan mengumpulkan semua data itu dan akan ada serangkaian proyek jangka panjang, dan ini bisa memakan waktu beberapa tahun."
Sumber: Reuters
Baca juga: WHO: Gua kelelawar di China perlu diteliti untuk cari asal-usul COVID
Baca juga: Tim investigasi WHO di China kunjungi fasilitas kesehatan hewan Wuhan
Baca juga: Tim WHO kunjungi RS pertama yang merawat pasien COVID-19 di Wuhan
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021
Tags: