Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan komitmen dari Malaysia untuk melawan diskriminasi komoditas sawit di pasar global.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam konferensi pers bersama, usai pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat.

“Indonesia akan terus berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap sawit,” ujar Presiden.

Baca juga: Istana pastikan penerapan protokol kesehatan menyambut PM Malaysia

Baca juga: Presiden Jokowi jamu PM Malaysia Muhyiddin dengan santap siang rendang

Baca juga: Presiden Jokowi terima kunjungan resmi PM Malaysia Muhyiddin Yassin


Presiden Jokowi menuturkan perjuangan melawan diskriminasi sawitdi pasar global akan lebih optimal jika Malaysia turut mendukung langkah yang sama.

“Perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama, dan Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini,” ujarnya.

Sebelumnya, Indonesia memprotes Uni Eropa mengenai rencana aturan Arahan Energi Terbarukan II atau Renewable Energy Directives II (RED II) yang dinilai mendiskriminasikan kelapa sawit. Indonesia menyatakan siap menggugat Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk memprotes langkah diskriminasi ini.

Uni Eropa merupakan salah satu pangsa pasar terbesar ekspor sawit Indonesia, yakni 12 persen.Pasar terbesar minyak sawit Indonesia lainnya adalah China sebesar 18 persen, India 18 persen, dan Pakistan 8 persen.

Dalam RED II, Uni Eropa menetapkan kelapa sawit sebagai tanaman berisiko tinggi (high risk) terhadap deforestasi. Untuk itu, Uni Eropa akan membatasi dan secara bertahap bakal menghapuskan penggunaan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) untuk biodiesel.

Baca juga: Stafsus Presiden : Ekonomi Indonesia menuju pulih

Baca juga: Perdana Menteri Malaysia bakal kunjungi Indonesia