Humas IDI Makassar ujian tesis saat dalam perawatan COVID-19
4 Februari 2021 21:40 WIB
Humas IDI Makassar dokter Wachyudi Muchsin saat melaksanakan ujian tesisnya di ruang perawatan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar setelah melewati masa kritisnya karena terpapar COVID-19, Kamis (4/2/2021). ANTARA/HO/Wachyudi Muchsin
Makassar (ANTARA) - Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar dr Wachyudi Muchsin berhasil meraih gelar magister setelah menyelesaikan ujian tesis secara virtual meskipun dalam perawatan di ruang isolasi RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar karena terpapar COVID-19.
"Alhamdulillah, saya bisa melalui semua ini dengan baik. Tidak lain karena doa dan semangat dari keluarga dan sahabat semua," ujar dr Wachyudi Muchsin di Makassar, Kamis.
Ia mengatakan lebih dari sepekan menjalani perawatan intensif dengan bantuan ventilator yang terpasang di tubuhnya itu, dirinya bertekad untuk menuntaskan proses akhir dari pendidikannya tersebut.
Dokter Wachyudi menyatakan sepekan lebih dirawat, kondisinya perlahan membaik dan meskipun alat bantu pernafasan masih terpasang di hidungnya, dia tidak ingin menunda proses ujian tesisnya itu.
Baca juga: Sembilan puskesmas di Makassar dijadwalkan lakukan vaksinasi serentak
Baca juga: Kapasitas ruang perawatan COVID-19 RSDK Makassar penuh
"Masih sesak, tapi jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Hasil uji usap (swab) juga sudah negatif, makanya dokter yang merawat memindahkan aku ke ruang perawatan," katanya.
Dokter Yudi dalam proses ujian tesis itu berhasil menyelesaikan yudisium pascasarjananya di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.
Judul Tesis yang diangkatnya adalah "Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Masyarakat Melaksanakan Protokol Kesehatan COVID-19 di Kota Makassar".
Dalam tesisnya itu, dirinya menganalisis faktor predisposisi terhadap pelaksanaan protokol kesehatan COVID-19 di Kota Makassar, dan menganalisis faktor penguat terhadap protokol kesehatan COVID-19.
"Kepatuhan menjadi kunci utama terhadap upaya memberantas dan mencegah terjadinya penularan," katanya.
Dia mengaku sebelum dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, ia telah menjalani perawatan di RS Awal Bros karena sesak yang tak kunjung reda.
Di saat kondisinya semakin menurun, dirinya kemudian dirujuk karena hasil thorax menunjukkan jika virus sudah menyerang kedua paru-parunya dan saturasinya terus menurun.
"Di saat kritis itulah, saya mengingat semua kebaikan yang sudah Allah beri. Di tengah kesulitan pasti ada kemudahan. Saya percaya itu. Spirit pantang menyerah inilah yang saya coba bangun setiap harinya, semangat untuk sembuh dan berjuang melawan COVID-19 membuatku bisa melalui masa sulit itu," ucapnya.*
Baca juga: Dinkes Makassar siapkan 47 puskesmas untuk vaksinasi COVID-19
Baca juga: Anggota DPRD Makassar meninggal setelah terjangkit COVID-19
"Alhamdulillah, saya bisa melalui semua ini dengan baik. Tidak lain karena doa dan semangat dari keluarga dan sahabat semua," ujar dr Wachyudi Muchsin di Makassar, Kamis.
Ia mengatakan lebih dari sepekan menjalani perawatan intensif dengan bantuan ventilator yang terpasang di tubuhnya itu, dirinya bertekad untuk menuntaskan proses akhir dari pendidikannya tersebut.
Dokter Wachyudi menyatakan sepekan lebih dirawat, kondisinya perlahan membaik dan meskipun alat bantu pernafasan masih terpasang di hidungnya, dia tidak ingin menunda proses ujian tesisnya itu.
Baca juga: Sembilan puskesmas di Makassar dijadwalkan lakukan vaksinasi serentak
Baca juga: Kapasitas ruang perawatan COVID-19 RSDK Makassar penuh
"Masih sesak, tapi jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Hasil uji usap (swab) juga sudah negatif, makanya dokter yang merawat memindahkan aku ke ruang perawatan," katanya.
Dokter Yudi dalam proses ujian tesis itu berhasil menyelesaikan yudisium pascasarjananya di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.
Judul Tesis yang diangkatnya adalah "Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Masyarakat Melaksanakan Protokol Kesehatan COVID-19 di Kota Makassar".
Dalam tesisnya itu, dirinya menganalisis faktor predisposisi terhadap pelaksanaan protokol kesehatan COVID-19 di Kota Makassar, dan menganalisis faktor penguat terhadap protokol kesehatan COVID-19.
"Kepatuhan menjadi kunci utama terhadap upaya memberantas dan mencegah terjadinya penularan," katanya.
Dia mengaku sebelum dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, ia telah menjalani perawatan di RS Awal Bros karena sesak yang tak kunjung reda.
Di saat kondisinya semakin menurun, dirinya kemudian dirujuk karena hasil thorax menunjukkan jika virus sudah menyerang kedua paru-parunya dan saturasinya terus menurun.
"Di saat kritis itulah, saya mengingat semua kebaikan yang sudah Allah beri. Di tengah kesulitan pasti ada kemudahan. Saya percaya itu. Spirit pantang menyerah inilah yang saya coba bangun setiap harinya, semangat untuk sembuh dan berjuang melawan COVID-19 membuatku bisa melalui masa sulit itu," ucapnya.*
Baca juga: Dinkes Makassar siapkan 47 puskesmas untuk vaksinasi COVID-19
Baca juga: Anggota DPRD Makassar meninggal setelah terjangkit COVID-19
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: