Antisipasi saat bencana, DPD usul siapkan program "food rescue"
4 Februari 2021 21:13 WIB
Foto udara areal persawahan di Kabupaten Banjar yang masih terendam air di Kalimantan Selatan, Kamis (28/1/2021). Berdasarkan data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan pada Kamis (28/1/2021) ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/hp. (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Jakarta (ANTARA) - Ketua DPD RI LaNyalla Mahmud Mattalitti mengusulkan kesediaan produk makanan darurat atau "food rescue" untuk mengantisipasi kebutuhan pangan untuk para pengungsi, mengingat kondisi wilayah Indonesia yang rawan terjadi bencana.
Kondisi tersebut berdasarkan keluhan pengungsi di Majene, Sulawesi Barat, yang mulai kehabisan beras setelah terjadinya gempa bumi susulan bermagnitudo 5,2, Rabu (3/2).
"Indonesia rawan akan bencana. Artinya kita pun harus memikirkan untuk membuat produk darurat untuk kebencanaan atau "food rescue". Hal ini sudah dilakukan Jepang. Mereka memiliki 'food rescue' yang tidak perlu dimasak. Hal seperti ini harus dipikirkan mengingat negara kita rawan bencana," kata LaNyalla di Jakarta, Kamis.
Dengan adanya food rescue, penyaluran bantuan pangan pun akan menjadi lebih cepat. Mengenai pengungsi Majene, Mantan Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu mengimbau para dermawan untuk mengulurkan bantuan.
LaNyalla mengatakan permasalahan ini harus segera dipecahkan oleh para pemimpin daerah agar tidak terjadi krisis pangan bagi para pengungsi.
Keluhan ini juga harus menjadi evaluasi bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan dinas sosial di daerah, khususnya untuk menjaga ketersediaan stok makanan di tempat pengungsian.
"Sebagai antisipasi kekurangan beras untuk para pengungsi Majene, solusi sementara adalah mengandalkan para dermawan. Namun tentunya hal itu tidak dapat bertahan lama," kata dia.
Kondisi tersebut berdasarkan keluhan pengungsi di Majene, Sulawesi Barat, yang mulai kehabisan beras setelah terjadinya gempa bumi susulan bermagnitudo 5,2, Rabu (3/2).
"Indonesia rawan akan bencana. Artinya kita pun harus memikirkan untuk membuat produk darurat untuk kebencanaan atau "food rescue". Hal ini sudah dilakukan Jepang. Mereka memiliki 'food rescue' yang tidak perlu dimasak. Hal seperti ini harus dipikirkan mengingat negara kita rawan bencana," kata LaNyalla di Jakarta, Kamis.
Dengan adanya food rescue, penyaluran bantuan pangan pun akan menjadi lebih cepat. Mengenai pengungsi Majene, Mantan Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu mengimbau para dermawan untuk mengulurkan bantuan.
LaNyalla mengatakan permasalahan ini harus segera dipecahkan oleh para pemimpin daerah agar tidak terjadi krisis pangan bagi para pengungsi.
Keluhan ini juga harus menjadi evaluasi bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan dinas sosial di daerah, khususnya untuk menjaga ketersediaan stok makanan di tempat pengungsian.
"Sebagai antisipasi kekurangan beras untuk para pengungsi Majene, solusi sementara adalah mengandalkan para dermawan. Namun tentunya hal itu tidak dapat bertahan lama," kata dia.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021
Tags: