Jakarta (ANTARA) - 2020 menjadi tahun "anomali," yang jauh berbeda dari sebelumnya. Jika tahun sebelumnya konsep bekerja harus secara fisik di kantor, pada 2020 perusahaan diharuskan untuk melakukan migrasi secara virtual, yang diprediksi masih terus akan terjadi pada 2021.

Tren kantor tanpa fisik ini, menurut Country Manager Indonesia, Aruba, a Hewlett Packard Enterprise Robert Suryakusuma, mendorong perubahan pasar, terutama tumbuhnya toko online.

"Bekerja atau berjualan sekarang tidak perlu ada tokonya. Cukup punya akun di media sosial atau platform e-commerce, sudah punya toko online dan dapat berjualan. Ini menjadi market tren pada 2021," ujar Robert dalam konferensi pers online, Kamis.

Hal ini mengantarkan pada tren pertama, hybrid workforce, yang berarti pada 2021 karyawan masih diprediksi masih akan melakukan pola kerja secara jarak jauh atau work from home (WFH).

Baca juga: Cloudera: Data jadi penggerak utama teknologi 2021

Dengan demikian, tim TI didorong lebih jauh untuk melakukan transformasi digital dan akselerasi transisi seiring dengan para karyawan telah beradaptasi dengan "new normal."

Adanya perluasan jaringan oleh para karyawan, selanjutnya membuat perusahaan untuk lebih memperhatikan keamanan. "Karena keuangan jantung dari networking," kata Robert.

Tren kedua adalah keamanan yang harus dilihat secara dinamis, mulai dari endpoint, edge, hingga cloud. Dengan tumbuhnya tren bekerja jarak jauh, tim TI harus memperhatikan pendekatan keamanan yang terhubung.

Ketika perangkat terhubung, jaringan otomatisasi menjadi tren. Otomatisasi jaringan semakin matang karena kebutuhan dan pengalaman pengguna. Kematangan solusi dengan menyediakan Machine Learning diprediksi meningkat signifikan pada 2021.

Pandemi meningkatkan minat dalam otomatisasi jaringan, disebutkan bahwa 35 persen pembuat keputusan TI di antara para pemimpin berencana untuk meningkatkan investasi pada jaringan berbasis AI.

Pandemi telah mempercepat desentralisasi jaringan bisnis, mengubah alur dan proses kerja. Sebanyak 70 persen pembuat keputusan TI di kawasan Asia Pasifik disebut telah secara aktif menggunakan teknologi Edge -- data diproses sebelum masuk ke data center -- pada 2020, dan enam persen berencana untuk melakukannya tahun ini.

Teknologi Edge ini akan menjadi fokus utama dalam keadaan normal berikutnya saat organisasi merancang infrastruktur mereka untuk mendukung karyawan bekerja jarak jauh, dan menavigasi lanskap bisnis yang dinamis untuk kelangsungan bisnis.

Baca juga: Menristek: 10 tren baru teknologi selama normal baru

Baca juga: Ajang Huawei Connect 2019 fokuskan tren kecerdasan buatan

Baca juga: Tren penggunaan teknologi robot pada industri di Indonesia naik