"Di antaranya tersebar di Kecamatan Kaliwungu terdapat lima desa, Kecamatan Jati ada tiga desa dan Kecamatan Mejobo ada delapan desa," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsaiagaan BPBD Kudus Wiyoto di Kudus, Rabu.
Baca juga: Efek La Nina signifikan saat Indonesia masuki puncak musim hujan
Banjir yang terjadi di masing-masing desa disebabkan beberapa faktor. Di antaranya ada yang disebabkan adanya luapan air dari Sungai Piji, Sungai Dawe, Sungai Jratun, dan Sungai Bakinah.
Untuk saat ini, lanjut dia, sudah mulai surut, terutama di Kecamatan Mejobo surutnya lebih cepat karena hanya limpasan dari sungai setempat, meskipun akses jalan perkampungan masih ada genangan. Sedangkan di Kecamatan Jati dan Kaliwungu surutnya belum signifikan karena beberapa desa yang terdampak memang berada di daerah dataran rendah dan tergolong di daerah cekungan.
Baca juga: Pemkab Kudus siapkan tempat pengungsian bagi korban banjir
Untuk mengurangi dampak banjir di Kecamatan Jati, sudah dilakukan upaya peninggian tanggul di Kencing serta menyiapkan alat transportasi darurat untuk membantu warga. Selama debit air Sungai Wulan masih tinggi, maka upaya membuang air genangan harus mengandalkan pompa penyedot banjir.
"Kami masih tetap siaga, termasuk personel yang ditugaskan di titik lokasi terjadinya banjir untuk melakukan monitoring mengingat intensitas hujannya belum mereda," ujarnya.
Kepala Desa Setrokalangan Didik Handono mengungkapkan bahwa warganya sudah ada yang mengungsi totalnya sekitar 500-an keluarga. Mayoritas mengungsi ke tempat sanak saudara dan tetangga yang rumahnya tidak tergenang banjir.
Adapun ketinggian genangan banjir yang masuk rumah, kata dia, antara 10 cm hingga 130 cm sehingga ada yang terpaksa mengungsi.
Baca juga: Banjir kembali melanda Kabupaten Kudus
Baca juga: 77 rumah rusak diterjang banjir Sungai Bedadung, Jember-Jatim