Mentok, Babel (ANTARA) - Komunitas Recycling Generation Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memperingati Hari Lahan Basah Internasional dengan melakukan kampanye menggerakkan pemuda ikut melestarikan lahan basah.

"Gerakan peduli ini sebagai langkah awal kami untuk berperan aktif dalam pelestarian lingkungan, khususnya menjaga kawasan lahan basah yang memiliki peran penting dalam kehidupan ekosistem sekitar," kata pendiri Komunitas Recycling Generation (KRG) Babel Orie Fachrido Hermawan di Mentok, Selasa.

Ia menjelaskan degradasi dan kerusakan lingkungan turut meningkatkan kerawanan ekosistem terhadap bencana yang mulai dirasakan masyarakat, sehingga perlu gerakan bersama untuk mengampanyekan kepada generasi muda agar semakin peduli terhadap kawasan lahan basah.

"Untuk peringatan Hari Lahan Basah Internasional, hari ini kami lakukan kampanye dan gerakan bersama para pemuda di Desa Penyampak yang selama ini sudah ada kerja sama dalam pengembangan ekowisata bersama KRG Babel," katanya.

Baca juga: SBI kembangkan Stasiun Riset Bekantan dan ekosistem lahan basah

Baca juga: KLHK: Surabaya berpeluang dapat akreditasi kota lahan basah dunia


Lahan basah meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi ini, namun merupakan sistem yang sangat penting bagi alam seperti pembuluh darah bagi seluruh bentang alam.

Pada kekayaan alam yang sangat besar dan penting untuk kehidupan manusia, lahan basah berfungsi sebagai sumber dan pemurni air, pelindung pantai dan penyimpan karbon terbesar di planet ini.

"Kami berikan edukasi akan pentingnya menjaga lahan basah karena kawasan itu juga penting untuk kebutuhan pendukung pertanian dan perikanan," kata Orie.

Sebagai pembuka gerakan, pihaknya memberikan edukasi secara nyata untuk para peserta yang mengikuti aksi di Sungai Pengalen Penyampak hingga bimbingan guna menumbuhkan rasa peduli generasi muda sejak usia dini terhadap lingkungan di sekitar.

Dengan adanya momentum Hari Lahan Basah se-Dunia diharapkan menjadi pengingat agar masyarakat bersama-sama menjaga lahan basah, baik yang ada di tengah hutan, hulu sungai, maupun di tengah perkotaan.

"Seluruhnya perlu dirawat, dijaga dan dikelola dengan baik secara terintegrasi supaya terhindar dari permasalahan krisis air," katanya.

Menurut dia, peningkatan bencana yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir banyak dipengaruhi dengan semakin parahnya perubahan iklim yang memberikan kontribusi terhadap cuaca lebih ekstrim.

"Agar ekosistem semakin kuat dan mengurangi risiko bencana, lahan basah perlu terus dijaga," kata dia.

Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Penyampak, Ova Saputra mendukung gerakan bersama para anggota dan pengurus KRG Babel yang selama ini mendampingi generasi muda di desa itu mengelola ekowisata Sungai Pengalen.

"Gerakan ini memberikan edukasi terkait cara dan kerja nyata untuk semakin peduli terhadap lingkungan, kami berharap kerja sama memberikan dampak positif demi kemajuan desa sekaligus meningkatkan kualitas generasi muda memanfaatkan potensi ekowisata Sungai Pengalen secara berkelanjutan," katanya.*

Baca juga: BRG: Sekat kanal berbasis karet alam efektif jaga gambut tetap basah

Baca juga: Kerusakan habitat ancam populasi burung air