Anggota DPR: Sentuhan teknologi tingkatkan regenerasi petani
1 Februari 2021 08:30 WIB
Petani muda yang tergabung dalam Komunitas Tani Sempur Subur Sejahtera menanam bibit sayur pakcoy di kawasan Puncak Sempur, Desa Cintalaksana, Loji, Karawang, Jawa Barat, Senin (20/7/2020). ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/hp.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Hermanto menilai perlu dilakukan sentuhan teknologi canggih dan termutakhir dalam sektor pertanian untuk menarik minat kalangan milenial, sehingga meningkatkan regenerasi petani di Nusantara.
"Perlu dilakukan upaya menarik minat kaum milenial agar tertarik terjun ke pertanian," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Hermanto mengingatkan bahwa tenaga kerja sektor pertanian kecenderungannya terus berkurang.
Kepada para milenial, katanya, perlu diyakinkan bahwa sektor pertanian menjanjikan masa depan yang cerah.
Baca juga: Pemkab Purbalingga intensifkan program regenerasi petani
Ia menyebutkan bahwa pembangunan pertanian tidak bisa dihentikan karena manusia perlu makan.
Hermanto juga mengatakan peningkatan produktivitas pertanian saat ini tidak bisa dilakukan dengan cara tradisional.
"Perlu ada sentuhan berbagai teknologi. Agar bisa menggunakan teknologi tersebut maka kapasitas petani dan penyuluh secara periodik perlu ditingkatkan," ucapnya.
Sebelumnya, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Asna Mustofa mengingatkan regenerasi petani sangat penting dilakukan guna mendukung program pertanian berkelanjutan.
"Regenerasi petani memang diperlukan guna mendukung program pertanian berkelanjutan dan mendukung program ketahanan pangan," katanya.
Asna yang merupakan dosen Fakultas Pertanian Unsoed tersebut mengatakan perlu dibuat berbagai program yang inovatif guna menarik minat petani muda atau milenial.
Selain itu, kata dia, teknologi pertanian juga dapat mendukung peningkatan produksi dan efisiensi.
"Teknologi tidak harus canggih, tetapi yang sepadan. Dalam arti teknologi yang sesuai kebutuhan. Teknologi yang terlalu tinggi akan butuh biaya yang tinggi, sehingga harus disesuaikan juga dengan lahan yang akan digarap," katanya.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang atau sekitar 8 persen dari total jumlah petani di Indonesia.
Melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2019, jumlah petani muda tercatat terjadi penurunan 415.789 orang dari periode 2017 ke 2018.
Berdasarkan pernyataan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia dapat mengalami krisis petani karena petani yang tersisa umurnya sudah mendekati usia 56 tahun sehingga hasil pertanian menjadi kurang produktif.
Baca juga: Akademisi: Kembangkan teknologi pertanian, dongkrak regenerasi petani
Baca juga: Jabar siapkan lahan pertanian untuk 5.000 petani milenial
"Perlu dilakukan upaya menarik minat kaum milenial agar tertarik terjun ke pertanian," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Hermanto mengingatkan bahwa tenaga kerja sektor pertanian kecenderungannya terus berkurang.
Kepada para milenial, katanya, perlu diyakinkan bahwa sektor pertanian menjanjikan masa depan yang cerah.
Baca juga: Pemkab Purbalingga intensifkan program regenerasi petani
Ia menyebutkan bahwa pembangunan pertanian tidak bisa dihentikan karena manusia perlu makan.
Hermanto juga mengatakan peningkatan produktivitas pertanian saat ini tidak bisa dilakukan dengan cara tradisional.
"Perlu ada sentuhan berbagai teknologi. Agar bisa menggunakan teknologi tersebut maka kapasitas petani dan penyuluh secara periodik perlu ditingkatkan," ucapnya.
Sebelumnya, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Asna Mustofa mengingatkan regenerasi petani sangat penting dilakukan guna mendukung program pertanian berkelanjutan.
"Regenerasi petani memang diperlukan guna mendukung program pertanian berkelanjutan dan mendukung program ketahanan pangan," katanya.
Asna yang merupakan dosen Fakultas Pertanian Unsoed tersebut mengatakan perlu dibuat berbagai program yang inovatif guna menarik minat petani muda atau milenial.
Selain itu, kata dia, teknologi pertanian juga dapat mendukung peningkatan produksi dan efisiensi.
"Teknologi tidak harus canggih, tetapi yang sepadan. Dalam arti teknologi yang sesuai kebutuhan. Teknologi yang terlalu tinggi akan butuh biaya yang tinggi, sehingga harus disesuaikan juga dengan lahan yang akan digarap," katanya.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang atau sekitar 8 persen dari total jumlah petani di Indonesia.
Melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2019, jumlah petani muda tercatat terjadi penurunan 415.789 orang dari periode 2017 ke 2018.
Berdasarkan pernyataan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia dapat mengalami krisis petani karena petani yang tersisa umurnya sudah mendekati usia 56 tahun sehingga hasil pertanian menjadi kurang produktif.
Baca juga: Akademisi: Kembangkan teknologi pertanian, dongkrak regenerasi petani
Baca juga: Jabar siapkan lahan pertanian untuk 5.000 petani milenial
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: