Dinkes Baubau-Sultra sebut ditemukan 35 kasus kusta selama 2020
28 Januari 2021 17:07 WIB
Ilustrasi - Mad Napi (61) salah seorang mantan penderita penyakit Kusta bermain bersama cucunya Zaki (8 bulan) di perkampungan penderita Kusta, Sitanala, Neglasari, Tangerang, Banten. FOTO ANTARA/Lucky.R/ss/pd.
Kendari (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyatakan adanya penambahan kasus penyakit kusta/lepra di mana sepanjang tahun 2020 ditemukan sedikitnya 35 kasus baru, dan semuanya merupakan warga Baubau.
"Kami terus meningkatkan penemuan kasus, jika ditemukan kasus maka akan diperiksa kontaknya, untuk setiap satu kasus maka yang diperiksa 20-50 orang kontak terdekatnya, baik itu di dalam rumah, tetangga, maupun di lingkungan sosialnya," kata Wakil Supervisor Kusta Dinas Kesehatan Baubau, Nurjanah melalui pernyataan yang diterima di Kendari, Kamis.
Nurjanah menyebutkan penderita kusta di Baubau tidak didominasi oleh jenis kelamin dan usia tertentu, namun tersebar, laki perempuan, orang tua dan anak-anak.
Ia menjelaskan angka penderita kusta di Kota Baubau pun dari tahun ke tahun mengalami kecenderungan yang berfluktuasi karena terkadang kasus barunya sedikit, tapi tidak jarang ditemukan kasus yang jumlahnya cukup signifikan.
"Semuanya berasal dari Kota Baubau. Apakah mungkin dia pernah dapat dari luar daerah saya kurang tau, tapi masa inkubasi dari kusta ini sangat lama, tahunan. Butuh waktu 5-8 tahunan sejak pertama kali terpapar sampai penyakit itu muncul dan bergejala," katanya.
Disebutkannya bahwa penyakit kusta atau lepra dikenal sebagai penyakit menular, namun sangat sulit untuk menularkan.
Ia menjelaskan dari 100 orang yang tertular, 95 persen akan sembuh sendiri, tiga persennya tiak membutuhkan pengobatan dan sisanya sekitar dua persennya saja yang membutuhkan pengobatan.
Hal ini tergantung pada anti bodi tiap inidvidu, jika bagus dan kuat kita tidak akan terserang oleh penyakit ini.
Sementara untuk pengobatan, tergantung jenis kustanya. Jika kusta PB, dengan ciri jumlah bercak mati rasa di bawah lima, penderita hanya menjalani pengobatan selama 5-8 bulan dengan 6 blister obat.
Kusta jenis PB (Pausi Basiler) yakni kuman sedikit atau kusta kering.
Namun, kata dia, untuk jenis MB dengan ciri lebih dari lima bercak yang mati rasa, membutuhkan 12 blister obat (12-18 bulan pengobatan).
Kusta jenis MB (Multi Basiler) yakni kuman banyak dikenal dengan kusta basah
Diharapkan tidak ada lagi stigma dan pengucilan bagi penderita lepra di masyarakat.
"Kita masih tetap bisa bergaul dengan penderita, yang terpenting menjaga daya tahan tubuh, higienis dan menjaga sanitasi," demikian Nurjanah.
Baca juga: Kemenkes gandeng organisasi masyarakat hilangkan diskriminasi kusta
Baca juga: 8 provinsi Indonesia belum eliminasi kusta
Baca juga: Tim medis ACT Lombok kunjungi Rika si gadis penderita kusta
Baca juga: Kemenkes: kusta masih ditemukan di Indonesia Timur
"Kami terus meningkatkan penemuan kasus, jika ditemukan kasus maka akan diperiksa kontaknya, untuk setiap satu kasus maka yang diperiksa 20-50 orang kontak terdekatnya, baik itu di dalam rumah, tetangga, maupun di lingkungan sosialnya," kata Wakil Supervisor Kusta Dinas Kesehatan Baubau, Nurjanah melalui pernyataan yang diterima di Kendari, Kamis.
Nurjanah menyebutkan penderita kusta di Baubau tidak didominasi oleh jenis kelamin dan usia tertentu, namun tersebar, laki perempuan, orang tua dan anak-anak.
Ia menjelaskan angka penderita kusta di Kota Baubau pun dari tahun ke tahun mengalami kecenderungan yang berfluktuasi karena terkadang kasus barunya sedikit, tapi tidak jarang ditemukan kasus yang jumlahnya cukup signifikan.
"Semuanya berasal dari Kota Baubau. Apakah mungkin dia pernah dapat dari luar daerah saya kurang tau, tapi masa inkubasi dari kusta ini sangat lama, tahunan. Butuh waktu 5-8 tahunan sejak pertama kali terpapar sampai penyakit itu muncul dan bergejala," katanya.
Disebutkannya bahwa penyakit kusta atau lepra dikenal sebagai penyakit menular, namun sangat sulit untuk menularkan.
Ia menjelaskan dari 100 orang yang tertular, 95 persen akan sembuh sendiri, tiga persennya tiak membutuhkan pengobatan dan sisanya sekitar dua persennya saja yang membutuhkan pengobatan.
Hal ini tergantung pada anti bodi tiap inidvidu, jika bagus dan kuat kita tidak akan terserang oleh penyakit ini.
Sementara untuk pengobatan, tergantung jenis kustanya. Jika kusta PB, dengan ciri jumlah bercak mati rasa di bawah lima, penderita hanya menjalani pengobatan selama 5-8 bulan dengan 6 blister obat.
Kusta jenis PB (Pausi Basiler) yakni kuman sedikit atau kusta kering.
Namun, kata dia, untuk jenis MB dengan ciri lebih dari lima bercak yang mati rasa, membutuhkan 12 blister obat (12-18 bulan pengobatan).
Kusta jenis MB (Multi Basiler) yakni kuman banyak dikenal dengan kusta basah
Diharapkan tidak ada lagi stigma dan pengucilan bagi penderita lepra di masyarakat.
"Kita masih tetap bisa bergaul dengan penderita, yang terpenting menjaga daya tahan tubuh, higienis dan menjaga sanitasi," demikian Nurjanah.
Baca juga: Kemenkes gandeng organisasi masyarakat hilangkan diskriminasi kusta
Baca juga: 8 provinsi Indonesia belum eliminasi kusta
Baca juga: Tim medis ACT Lombok kunjungi Rika si gadis penderita kusta
Baca juga: Kemenkes: kusta masih ditemukan di Indonesia Timur
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: