LPS: Harus ada terobosan dorong peningkatan kredit ke sektor riil
28 Januari 2021 15:40 WIB
Ilustrasi - Pekerja menjemur olahan ikan kering di desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (26/1/2021). Olahan ikan kering salah satu sektor riil yang butuh dorongan penyaluran kredit yang berbunga ringan. ANTARA FOTO.Dedhez Anggara/foc.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Didik Madiyono menilai harus ada terobosan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit ke sektor riil di tengah likuiditas perbankan yang berlimpah saat pandemi.
"KSSK sedang memikirkan bagaimana mendorong pertumbuhan kredit kepada sektor riil. Likuditas berputar putar dan belum menyentuh ke sektor riil. Harus ada breakthrough untuk meningkatkan kredit dari bank, dari sisi operasional," ujar Didik saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Didik menuturkan, saat ini secara umum semua indikator perbankan menunjukkan perbaikan meski ada dampak pada tingkat pengembalian aset atau Return on Assets (RoA) dan profitabilitas akibat restrukturisasi kredit. Marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) perbankan juga masih cukup tinggi, walau sebelumnya 5 persen kini menjadi 4 persen-an.
Baca juga: LPS tahan tingkat bunga penjaminan beri ruang penyesuaian bagi bank
"Kalau kondisi ini terkontraksi dan berlanjut terus, tentu saja tekanan terhadap rentabilitas bank karena tambahan biaya akan semakin besar," kata Didik.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, kredit perbankan dalam beberapa bulan terakhir trennya masih menurun dan pada akhir Desember 2020 masih negatif.
"Kita belum melihat adanya gejala pembalikan dari arah perkembangan pertumbuhan kredit ini, jadi kelihatannya masih negatif kalau tidak lakukan kebijakan agresif untuk memberi stimulus," ujar Purbaya.
Baca juga: LPS catat simpanan masyarakat tumbuh 10,91 persen
Purbaya menuturkan, perkembangan penyaluran kredit dari perbankan akan terus dipantau. Hal tersebut juga menjadi perhatian dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan di mana LPS juga menjadi bagian di dalamnya.
"Kami di KSSK juga sudah memikirkan bagaimana caranya uang-uang di perbankan bisa masuk ke sektor ril, mungkin Januari belum kelihatan. Sekarang uang di bulan desember sudah 3 persen, sebelumnya selalu negatif. Kalau benchmarknya begitu, harusnya kredit perbankan akan bertambah. Kita harapkan Februari based money bisa bertambah sehingga bank menyalurkan kredit," kata Purbaya.
Fungsi intermediasi dari sektor keuangan memang masih lemah yang tercermin dari pertumbuhan kredit yang masih terkontraksi, yaitu sebesar 2,41 persen (yoy) pada Desember 2020 di tengah likuiditas yang masih tinggi sejalan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tetap tinggi yaitu sebesar 11,11 persen (yoy).
"KSSK sedang memikirkan bagaimana mendorong pertumbuhan kredit kepada sektor riil. Likuditas berputar putar dan belum menyentuh ke sektor riil. Harus ada breakthrough untuk meningkatkan kredit dari bank, dari sisi operasional," ujar Didik saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Didik menuturkan, saat ini secara umum semua indikator perbankan menunjukkan perbaikan meski ada dampak pada tingkat pengembalian aset atau Return on Assets (RoA) dan profitabilitas akibat restrukturisasi kredit. Marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) perbankan juga masih cukup tinggi, walau sebelumnya 5 persen kini menjadi 4 persen-an.
Baca juga: LPS tahan tingkat bunga penjaminan beri ruang penyesuaian bagi bank
"Kalau kondisi ini terkontraksi dan berlanjut terus, tentu saja tekanan terhadap rentabilitas bank karena tambahan biaya akan semakin besar," kata Didik.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, kredit perbankan dalam beberapa bulan terakhir trennya masih menurun dan pada akhir Desember 2020 masih negatif.
"Kita belum melihat adanya gejala pembalikan dari arah perkembangan pertumbuhan kredit ini, jadi kelihatannya masih negatif kalau tidak lakukan kebijakan agresif untuk memberi stimulus," ujar Purbaya.
Baca juga: LPS catat simpanan masyarakat tumbuh 10,91 persen
Purbaya menuturkan, perkembangan penyaluran kredit dari perbankan akan terus dipantau. Hal tersebut juga menjadi perhatian dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan di mana LPS juga menjadi bagian di dalamnya.
"Kami di KSSK juga sudah memikirkan bagaimana caranya uang-uang di perbankan bisa masuk ke sektor ril, mungkin Januari belum kelihatan. Sekarang uang di bulan desember sudah 3 persen, sebelumnya selalu negatif. Kalau benchmarknya begitu, harusnya kredit perbankan akan bertambah. Kita harapkan Februari based money bisa bertambah sehingga bank menyalurkan kredit," kata Purbaya.
Fungsi intermediasi dari sektor keuangan memang masih lemah yang tercermin dari pertumbuhan kredit yang masih terkontraksi, yaitu sebesar 2,41 persen (yoy) pada Desember 2020 di tengah likuiditas yang masih tinggi sejalan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tetap tinggi yaitu sebesar 11,11 persen (yoy).
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: