Boyolali (ANTARA) - Ketersediaan pangan terutama beras di Kabupaten Boyolali, di Jawa Tengah, pada masa pandemi COVID-19 hingga Januari 2021 masih aman, karena produksinya mengalami surplus.

"Ketersediaan pangan masih aman, karena produksi pangan di Boyolali hingga Desember 2020 mengalami surplus hingga 62.736 ton setara beras," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, Joko Suhartono, di Boyolali, Rabu.

Produksi beras di Boyolali hingga Desember 2020 mencapai 161.386 ton, sedangkan kebutuhan mencapai 98.649 ton, sehingga masih surplus 62.736 ton.

Jumlah penduduk Boyolali sekitar 1 juta jiwa, sehingga kebutuhan pangan rata-rata per bulan hanya sekitar 8.092 ton.

Sementara, total produksi padi di Boyolali rata-rata mencapai sekitar 220.000 ton per tahun dengan luas lahan pertanian sekitar 101.000 hektare, baik cara padi irigasi teknis maupun tadah hujan. Jumlah ini di atas rata-rata kebutuhan pangan di Boyolali.

"Boyolali mengalami surplus pangan setiap tahun untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah Jateng dan nasional," kata Joko.

Menurut Joko ketersediaan pangan di Boyolali tersimpan di lumbung petani, masyarakat desa, Gapoktan, tempat penggilingan padi, pelaku usaha (pengepul, distributor, dan pedagang, gudang cadangan pangan Pemerintah, gudang Bulog, dan gudang pangan milik swasta.

Harga beras di wilayah Boyolali saat ini, berkisar antara Rp10.500 per kilogram-Rp11.000 per kg. Stok beras di pasar pada masa pendemi ini, juga cukup melimpah. Bahkan, petani pada bulan Januari 2021, juga sudah masuk musim tanam utama.

Komoditas tanaman pangan lainnya, yang menjadi andalan di Boyolali, yakni jagung. Produksi jagung hingga Desember 2020 mencapai 133.541 ton, sedangkan kebutuhan masyarakat per tahun rata-rata masih kecil yakni 843 ton.

"Produksi jagung Boyolali surplus mencapai 132.698 ton, dengan harga jagung rata-rata Rp5.000/kg," katanya.

Meski begitu, produksi jagung di Boyolali belum menuju ke industri-industri di daerah. Pihaknya berharap ke depan dapat melakukan itu, atau pengolahan dahulu, sehingga pendapatan petani lebih meningkat.

"Produksi jagung asal Boyolali banyak dikirim ke wilayah Jawa Timur, karena proses produksi industri di Boyolali belum mampu menampung seluruhnya," katanya.
Baca juga: Pandemi, anggota DPR minta anggaran pertanian jangan dipangkas
Baca juga: Pemerintah perlu jamin ketersediaan pangan selama PPKM Jawa-Bali