Anti Hoax
Cek fakta: Virus dapat hidup lagi dalam vaksin Sinovac?
26 Januari 2021 22:56 WIB
Pastor Paroki Santo Stefanus Sempan Timika Pastor Maksimilianus Dora (kiri) menerima suntikan vaksin COVID-19 Sinovac di Kabupaten Mimika, Papua, Jumat (22/1/2021). ANTARA FOTO/Sevianto Pakiding/wsj.
Jakarta (ANTARA/JACX) - Dalam vaksin Sinovac yang disuntikkan ke seseorang, virus dapat kembali hidup dan justru akan menjadikan orang itu terkena COVID-19, demikian unggahan seorang warganet di Twitter.
Unggahan pada Jumat (22/1) itu muncul sebagai balasan atas unggahan warganet lain yang juga berprofesi sebagai dokter.
Dokter itu mengaku merasakan gejala seperti COVID-19 selang dua hari setelah mendapatkan suntikan vaksin. Namun, beragam balasan langsung muncul dari warganet lain.
"Virus itu bisa jadi mahluk hidup dan benda mati berbentuk kristal yg sewaktu-waktu bisa hidup lagi," demikian narasi balasan yang disampaikan warganet di Twitter.
Namun, benarkah virus dalam vaksin yang diproduksi dengan metode inaktif seperti Sinovac dapat kembali hidup?
Penjelasan
Merujuk pada situs Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi(GAVI), terdapat empat tipe vaksin COVID-19 dari aspek pengembangannya, yaitu vaksin dari sumber virus (inaktif/dimatikan dan dilemahkan), vaksin asam nukleat (termasuk RNA atau DNA), berbasis protein (subunit dan partikel mirip virus), dan viral vektor (replikasi dan nonreplikasi).
Pada halaman penjelasan tentang tipe vaksin berasal dari sumber virus, vaksin dari virus inaktif atau mati berisi virus yang materi genetiknya sudah dihancurkan dengan panas, kimiawi, atau radiasi sehingga virus itu tidak dapat menginfeksi sel dan mereplikasi diri. Namun, virus inaktif itu masih dapat memicu sebuah respon kekebalan tubuh.
Berbeda dengan virus yang dilemahkan (live attenuated), vaksin dari virus inaktif lebih aman dan stabil. Tipe vaksin dari virus inaktif itu hanya dapat menstimulasi respon yang dimediasi oleh antibodi.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) Gao Fu, dalam berita ANTARA, menyatakan China memilih metode pengembangan vaksin dengan tipe inaktif karena telah memulai penelitian sejak Januari.
Gao Fu menyatakan vaksin inaktif dikembangkan dengan cara membunuh partikel virus agar terbentuk sistem kekebalan tubuh tanpa ada respons yang serius. Sedangkan mRNA memicu tubuh membentuk protein yang cukup sehingga tercipta sistem kekebalan yang mampu menyerang virus.
Dengan demikian, virus inaktif di vaksin Sinovac tidak dapat hidup kembali atau bahkan mereplikasi diri. Unggahan dalam Twitter itu pun merupakan kabar informasi yang menyesatkan.
Klaim: Virus dapat hidup lagi dalam vaksin Sinovac
Rating: Salah/Disinformasi
Cek fakta: Dexamethasone obat COVID-19 yang lebih murah dibanding vaksin?
Cek fakta: Hoaks, kelapa hijau penawar hingga penerima vaksin COVID-19 meninggal
Baca juga: China beberkan metode inaktif untuk vaksin COVID-19
Unggahan pada Jumat (22/1) itu muncul sebagai balasan atas unggahan warganet lain yang juga berprofesi sebagai dokter.
Dokter itu mengaku merasakan gejala seperti COVID-19 selang dua hari setelah mendapatkan suntikan vaksin. Namun, beragam balasan langsung muncul dari warganet lain.
"Virus itu bisa jadi mahluk hidup dan benda mati berbentuk kristal yg sewaktu-waktu bisa hidup lagi," demikian narasi balasan yang disampaikan warganet di Twitter.
Namun, benarkah virus dalam vaksin yang diproduksi dengan metode inaktif seperti Sinovac dapat kembali hidup?
Penjelasan
Merujuk pada situs Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi(GAVI), terdapat empat tipe vaksin COVID-19 dari aspek pengembangannya, yaitu vaksin dari sumber virus (inaktif/dimatikan dan dilemahkan), vaksin asam nukleat (termasuk RNA atau DNA), berbasis protein (subunit dan partikel mirip virus), dan viral vektor (replikasi dan nonreplikasi).
Pada halaman penjelasan tentang tipe vaksin berasal dari sumber virus, vaksin dari virus inaktif atau mati berisi virus yang materi genetiknya sudah dihancurkan dengan panas, kimiawi, atau radiasi sehingga virus itu tidak dapat menginfeksi sel dan mereplikasi diri. Namun, virus inaktif itu masih dapat memicu sebuah respon kekebalan tubuh.
Berbeda dengan virus yang dilemahkan (live attenuated), vaksin dari virus inaktif lebih aman dan stabil. Tipe vaksin dari virus inaktif itu hanya dapat menstimulasi respon yang dimediasi oleh antibodi.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) Gao Fu, dalam berita ANTARA, menyatakan China memilih metode pengembangan vaksin dengan tipe inaktif karena telah memulai penelitian sejak Januari.
Gao Fu menyatakan vaksin inaktif dikembangkan dengan cara membunuh partikel virus agar terbentuk sistem kekebalan tubuh tanpa ada respons yang serius. Sedangkan mRNA memicu tubuh membentuk protein yang cukup sehingga tercipta sistem kekebalan yang mampu menyerang virus.
Dengan demikian, virus inaktif di vaksin Sinovac tidak dapat hidup kembali atau bahkan mereplikasi diri. Unggahan dalam Twitter itu pun merupakan kabar informasi yang menyesatkan.
Klaim: Virus dapat hidup lagi dalam vaksin Sinovac
Rating: Salah/Disinformasi
Cek fakta: Dexamethasone obat COVID-19 yang lebih murah dibanding vaksin?
Cek fakta: Hoaks, kelapa hijau penawar hingga penerima vaksin COVID-19 meninggal
Baca juga: China beberkan metode inaktif untuk vaksin COVID-19
Pewarta: Tim JACX
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: