Jakarta (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (KAI) membangun alat sensor untuk mendeteksi kerusakan rel secara real time atau setiap saat sebagai wujud dari program langkah solutif pada 2021.

Tahun ini, KAI juga membuka hak penamaan (naming right) stasiun KA sebagai langkah kolaboratif.

“Dalam rangka meningkatkan keselamatan perjalanan kereta api, KAI akan mengembangkan alat berbasis sensor inersial untuk mendeteksi kerusakan rel secara real time. Akan dilakukan pemasangan sensor pada kereta untuk mendeteksi getaran dari kondisi jalur yang dilalui sehingga potensi-potensi kerusakan jalur KA dapat diketahui lebih awal,” kata Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Baca juga: 2021, KAI kembangkan kecerdasan buatan untuk perawatan kereta

Pengembangan alat sendor tersebut merupakan upaya untuk menerapkan sistem manajemen pengamanan sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 dan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019.

Selain itu, KAI akan mengimplementasikan fatigue risk management system. Sistem ini ditujukan untuk mengukur, mengurangi, dan mengelola risiko kelelahan yang dirasakan oleh petugas. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan petugas dan perjalanan kereta api.

Program solutif juga akan KAI terapkan di bidang pengembangan SDM. Tahun ini KAI membangun integrated talent management system (ITMS) untuk memetakan dan mengelola calon pemimpin KAI di masa depan yang berkarakter, berkompeten, dan berdaya saing di lingkungan BUMN.

Untuk menghadapi tren masa depan dan pengembangan bisnis, KAI mengembangkan kapabilitas baru bagi para pegawainya di bidang digital, properti, pendanaan proyek, manajemen dan logistik.

“Dalam hal pengembangan bisnis perusahaan, KAI akan mengembangkan kawasan-kawasan stasiun, menyusun kajian potensi angkutan penumpang di kawasan perkotaan, serta menyusun kajian potensi angkutan barang di kawasan pelabuhan dan industri,” kata Didiek.

Sementara langkah selanjutnya yang KAI lakukan agar dapat bangkit dan terus tumbuh pada 2021 adalah kolaboratif, yakni membangun kerja sama yang sinergis. Langkah kolaboratif ini menunjukkan bahwa KAI terbuka untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak guna menghasilkan nilai tambah.

Langkah kolaboratif akan KAI lakukan di antaranya pada angkutan barang. KAI akan melakukan optimalisasi angkutan dan menjalin kerja sama-kerja sama baru dengan para pelaku usaha untuk meningkatkan volume angkutan barang.

Dari sisi pengusahaan aset, KAI akan menawarkan hak penamaan (naming right) stasiun untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin mem-branding stasiun yang KAI kelola dengan brand atau produknya. Saat ini kerja sama seperti itu sudah diterapkan pada Stasiun BNI City di Jakarta.

“Selain itu, KAI akan melakukan pemasaran space di stasiun, periklanan di KAI Access, dan pengikatan kerja sama fiber optik dan pipa gas di jalur KA,” kata Didiek.

Sedangkan langkah kolaboratif untuk pengamanan aset berupa tanah dan bangunan, tetap KAI lakukan pada tahun ini. Langkah itu berupa pendekatan secara persuasif kepada para penghuni agar mau melakukan kontrak sewa, penertiban bekerja sama dengan aparat penegak hukum seperti kejaksaan untuk supervisi dan pendampingan, dan penyertifikatan bekerja sama dengan Kementerian ATR/BPM RI dan kantor BPN.

Diharapkan pada 2021 KAI dapat memberikan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor transportasi dan logistik dengan semangat adaptif, solutif, dan kolaboratif untuk Indonesia.

"KAI harus survive di tengah pandemi. Agar perusahaan bisa sustainable, kami tetap melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan pendapatan dari berbagai lini bisnis yang KAI kelola. Bangkitnya KAI juga akan turut membantu pemulihan ekonomi nasional,” kata Didiek.

Baca juga: KAI akan pakai GeNose untuk deteksi COVID-19
Baca juga: KAI terapkan jalur tunggal di lintas Linggapura-Bumiayu, ini sebabnya