Palu (ANTARA) - Save the Children (STC) Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Sosial RI memberikan dukungan psikososial bagi penyintas gempa termasuk kaum rentan anak di daerah terdampak gempa di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.

"Iya, kegiatan-kegiatan kemanusiaan untuk percepatan pemulihan, salah satunya berupa dukugan psikososial," ucap Media and brand manager Save the Children Indonesia Dewi Sri Sumanah, dalam keterangan tertulisnya, Senin.

Dewi menjelaskan lewat kerjasama tersebut kegiatan yang dilakukan ialah pelatihan tentang intervensi dukungan psikososial kepada beberapa tim lapangan yang akan membantu para penyintas.

Materi pelatihan, kata dia, diberikan oleh tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos kepada Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), TAGANA, penyuluh sosial, pekerja sosial masyarakat, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Barat.

Baca juga: Gubernur Sulbar minta ASN yang mengungsi ke luar kota segera kembali

Baca juga: Ribuan pengungsi Mamuju belum mau pulang


"Termasuk kepada tim LDP Kemensos sendiri, serta tim respons Save the Children dan mitra lokal INANTA," ujar Dewi.

"Pelatihan itu telah dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatullah Mamuju pada Ahad, 24 Januari 2021. Dalam pelatihan ini, tim respons Save the Children juga berkesempatan memberi materi tentang Child Safeguarding atau Perlindungan Anak, kepada para peserta," tambahnya.

Dewi juga menguraikan bahwa dalam tahap awal respons setelah gempa mengguncang Mamuju dan Majene, Save the Children bersama mitra lokal INANTA telah mendistribusikan 148 shelters kit, 373 jerigen air, dan 539 ember kepada 302 keluarga di tujuh posko pengungsian di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro.

"Total sudah ada 638 orang yang menerima manfaat dan 109 di antaranya adalah anak-anak usia balita hingga 17 tahun," sebutnya.

Saat ini, kata Dewi, tim respons Save the Children dan INANTA juga sedang melakukan asesmen dan persiapan untuk distribusi bantuan berikutnya, serta menyusun strategi untuk melakukan kegiatan pendampingan bagi para penyintas gempa di tengah situasi pandemi dan risiko gempa susulan.*

Baca juga: Dokter: Banyak masyarakat di lokasi bencana abai protokol kesehatan

Baca juga: Upaya mengembalikan keceriaan anak penyintas gempa Mamuju