Gubernur Sulbar minta ASN yang mengungsi ke luar kota segera kembali
25 Januari 2021 16:27 WIB
Juru Bicara Satgas Bencana Gempa Bumi Sulbar M Natsir (kiri) didampingi Kepala Diskominfo Sulbar Safaruddin (kanan) saat memberikan keterangan kepada wartawan di Mamuju, Senin (25/1/2021). (ANTARA/Amirullah)
Mamuju (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengungsi ke luar Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,2 untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
"Gubernur menyampaikan agar para ASN yang mengungsi ke luar kota untuk kembali ke rumahnya masing-masing," kata Juru Bicara Satgas Bencana Gempa Bumi Sulbar M Natsir, kepada wartawan di Mamuju, Senin.
Walaupun tidak ada sanksi, namun, menurut M Natsir, Gubernur meminta para ASN dapat segera kembali dari pengungsian, untuk kepentingan pendataan rumah rusak akibat gempa
"Jadi, kami meminta agar para ASN yang mengungsi ke luar kota, baik yang dari Mamuju maupun ASN dari Majene untuk kembali ke rumahnya," tuturnya.
Baca juga: Bantu bencana Sulbar-Kalsel, ACT Maluku gandeng komunitas motor
Baca juga: Unismuh Makassar siap terjunkan 200 relawan psikososial ke Sulbar
Hal itu juga terkait pendataan agar tidak ada yang komplain. "Nanti pemerintah yang disalahkan dan dianggap tidak adil dan mengatakan rumahnya tidak didata," kata Natsir.
Bukan hanya para ASN, Gubernur juga kata Natsir meminta warga yang masih mengungsi di sejumlah titik di Kabupaten Mamuju dan Majene agar dapat kembali ke rumahnya masing-masing.
"Kami juga mengimbau para pengungsi agar kembali karena kondisi sudah aman untuk melihat apa yang perlu diperbaiki dan juga memperhatikan mungkin ada dokumen-dokumen kependudukan yang hilang atau rusak," ujarnya.
Hal Itu perlu segera dilaporkan karena merupakan salah satu persyaratan dari penyaluran bantuan perbaikan rumah, bahkan pada aspek santunan kematian yang dialami masyarakat. "Apalagi sekarang sistemnya by name by address atau kesesuaian data dan alamat," ujar Natsir.
Ia mengungkapkan pemberian santunan perbaikan rumah terdampak gempa itu dibagi dalam tiga kluster, yakni rusak berat dengan nilai bantuan Rp50 juta, rusak sedang Rp25 juta serta rusak ringan Rp10 juta.
Sementara, santunan kepada ahli waris kepada korban meninggal dunia Rp15 juta.
"Untuk bantuan biaya perbaikan rumah saat ini masih dalam proses pendataan dan batas terakhir besok (26/1). Setelah itu, akan dilakukan verifikasi oleh tim pendataan," ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kemungkinan perpanjangan proses pendataan tetap ada, jika masih banyak masyarakat terdampak gempa yang belum terdata.
"Nanti kita lihat perkembangan apakah kemampuan para tenaga pendata bisa menjangkau seluruh wilayah yang memang cukup luas dan kesulitan mungkin karena sekarang kita berada pada kondisi curah hujan yang sangat ekstrem, isolasi dan aspek jalan yang rusak juga masih banyak warga yang mengungsi," ucapnya.
Kesepakatannya, terakhir besok (Selasa, 26/1). "Tapi nanti kita lihat kemungkinan hasil laporan tim pendata apakah nanti perlu dilakukan perpanjangan sehingga mereka bisa menjangkau secara keseluruhan," kata Natsir.*
Baca juga: RS TNI-AD tampung 100 korban gempa Sulbar
Baca juga: Ribuan pengungsi Mamuju belum mau pulang
"Gubernur menyampaikan agar para ASN yang mengungsi ke luar kota untuk kembali ke rumahnya masing-masing," kata Juru Bicara Satgas Bencana Gempa Bumi Sulbar M Natsir, kepada wartawan di Mamuju, Senin.
Walaupun tidak ada sanksi, namun, menurut M Natsir, Gubernur meminta para ASN dapat segera kembali dari pengungsian, untuk kepentingan pendataan rumah rusak akibat gempa
"Jadi, kami meminta agar para ASN yang mengungsi ke luar kota, baik yang dari Mamuju maupun ASN dari Majene untuk kembali ke rumahnya," tuturnya.
Baca juga: Bantu bencana Sulbar-Kalsel, ACT Maluku gandeng komunitas motor
Baca juga: Unismuh Makassar siap terjunkan 200 relawan psikososial ke Sulbar
Hal itu juga terkait pendataan agar tidak ada yang komplain. "Nanti pemerintah yang disalahkan dan dianggap tidak adil dan mengatakan rumahnya tidak didata," kata Natsir.
Bukan hanya para ASN, Gubernur juga kata Natsir meminta warga yang masih mengungsi di sejumlah titik di Kabupaten Mamuju dan Majene agar dapat kembali ke rumahnya masing-masing.
"Kami juga mengimbau para pengungsi agar kembali karena kondisi sudah aman untuk melihat apa yang perlu diperbaiki dan juga memperhatikan mungkin ada dokumen-dokumen kependudukan yang hilang atau rusak," ujarnya.
Hal Itu perlu segera dilaporkan karena merupakan salah satu persyaratan dari penyaluran bantuan perbaikan rumah, bahkan pada aspek santunan kematian yang dialami masyarakat. "Apalagi sekarang sistemnya by name by address atau kesesuaian data dan alamat," ujar Natsir.
Ia mengungkapkan pemberian santunan perbaikan rumah terdampak gempa itu dibagi dalam tiga kluster, yakni rusak berat dengan nilai bantuan Rp50 juta, rusak sedang Rp25 juta serta rusak ringan Rp10 juta.
Sementara, santunan kepada ahli waris kepada korban meninggal dunia Rp15 juta.
"Untuk bantuan biaya perbaikan rumah saat ini masih dalam proses pendataan dan batas terakhir besok (26/1). Setelah itu, akan dilakukan verifikasi oleh tim pendataan," ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kemungkinan perpanjangan proses pendataan tetap ada, jika masih banyak masyarakat terdampak gempa yang belum terdata.
"Nanti kita lihat perkembangan apakah kemampuan para tenaga pendata bisa menjangkau seluruh wilayah yang memang cukup luas dan kesulitan mungkin karena sekarang kita berada pada kondisi curah hujan yang sangat ekstrem, isolasi dan aspek jalan yang rusak juga masih banyak warga yang mengungsi," ucapnya.
Kesepakatannya, terakhir besok (Selasa, 26/1). "Tapi nanti kita lihat kemungkinan hasil laporan tim pendata apakah nanti perlu dilakukan perpanjangan sehingga mereka bisa menjangkau secara keseluruhan," kata Natsir.*
Baca juga: RS TNI-AD tampung 100 korban gempa Sulbar
Baca juga: Ribuan pengungsi Mamuju belum mau pulang
Pewarta: Amirullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: