Artikel
Ikhtiar menghadapi bencana
Oleh Desi Purnamawati
25 Januari 2021 13:37 WIB
Banjir bandang hajar Kulawi. Tampak pepohonan dan batu-batuan berserakan di lokasi permukiman penduduk di Desa Bolapapu. (Foto Antara/Anas Masa) (Antara/Anas Masa)
Jakarta (ANTARA) - Wilayah Indonesia hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan, namun memiliki karakteristik yang berbeda tergantung letak geografisnya.
Setiap peralihan dan memasuki musim-musim tersebut terutama saat puncaknya, kerap terjadi anomali cuaca bahkan tidak jarang terjadi cuaca ekstrem.
Dampaknya bisa berupa hujan lebat, angin kencang, banjir, tanah longsor hingga gelombang tinggi yang tidak jarang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Padahal jauh-jauh hari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan dini adanya La Nina yang dapat mempengaruhi cuaca di Indonesia.
La Nina adalah fenomena global berupa anomali suhu muka air laut di wilayah Samudra Pasifik yang mengakibatkan suhu muka air lat relatif lebih dingin dibandingkan suhu muka laut di perairan Indonesia.
Sejak Oktober 2020, BMKG sudah memantau adanya La Nina dengan level moderate bersamaan dengan musim hujan, dampaknya bisa meningkatkan curah hujan hingga 40 persen.
Bisa dibayangkan, daerah-daerah yang jika turun hujan sebentar saja dengan intensitas sedang bisa tergenang, apalagi jika ditambah dengan dampak La Nina.
Apalagi jika lingkungan sudah rusak dan daya tampung serta daya dukungnya tidak mampu lagi menahan beban air yang berlebih.
BMKG juga sudah memprediksikan bahwa puncak musim hujan terjadi pada Januari-Februari, terbukti saat ini sebagian besar wilayah Indonesia, tercatat 94 persen dari 342 Zona Musim memasuki puncak musim hujan, maka air semakin tumpah ruah.
Akibatnya sejak awal 2021, banjir dan tanah longsor terjadi di sejumlah daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 185 bencana terjadi sepanjang 1 hingga 21 Januari 2021 yang didominasi bencana hidrometeorologi.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, dari total bencana tersebut, sebanyak 127 merupakan kejadian banjir, 30 kejadian tanah longsor dan 21 kejadian puting beliung. Kejadian bencana lain yang tercatat yaitu gelombang pasang lima kejadian dan gempa bumi dua kejadian.
Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini cuaca Jabodetabek
Baca juga: Skenario cuaca terburuk berlangsung, waspada bencana hidrometeorologi
Skenario cuaca
Peringatan dini yang dikeluarkan BMKG sebagai salah satu ikhtiar untuk mengatasi dampak bencana terutama korban jiwa, telah disosialisasikan ke seluruh daerah dan pihak terkait, tinggal bagaimana menyikapinya dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi dampaknya.
Dalam mengeluarkan peringatan dini, BMKG membuat empat skenario prediksi cuaca dengan memasukkan faktor dinamika atmosfer baik yang bersifat lokal, regional maupun global.
Skenario pertama jika cuaca berlangsung normal tanpa dipengaruhi fenomena iklim, skenario kedua jika dipengaruhi fenomena iklim, dan ketiga jika dipengaruhi beberapa fenomena iklim dan skenario keempat jika dipengaruhi seluruh fenomena iklim secara bersamaan.
Saat ini, menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, yang sedang terjadi adalah skenario keempat atau skenario terburuk dimana La Nina sedang berlangsung, juga adanya angin Monsun Asia yang mengakibatkan peningkatan pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia.
Serta munculnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yaitu gelombang atmosfer yang membawa kumpulan awan hujan yang bergerak dari Samudra Hindia di zona tropis dari sebelah timur Afrika atau sebelah barat Indonesia memasuki wilayah Indonesia menuju wilayah Pasifik.
Selain itu juga adanya fenomena gelombang atmosfer yang terjadi di ekuator yaitu gelombang Rossby Ekuator dan Kelvin yang meningkatkan potesi hujan. Juga menghangatkan muka air laut di perairan Indonesia sehingga menambah penguapan.
Saat ini juga terpantau adanya bibit siklon dan fenomena siklonik dibeberapa titik yang dapat berdampak secara tidak langsung dapat meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin.
Dari skenario tersebut diprediksikan pada Januari-Maret 2021 akan berdampak peningkatan curah hujan bulanan mencapai 300-500 mm setara dengan peningkatan curah hujan 40-80 persen dari normalnya.
Skenario terburuk yang sedang terjadi saat ini atau lebih dikenal dengan cuaca ekstrem, sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik, serta hujan lebat disertai kilat atau petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.
Baca juga: BMKG: Waspada cuaca ekstrem dan potensi banjir di sejumlah wilayah
Baca juga: BMKG: Curah hujan ekstrem dan lingkungan penyebab banjir Kalsel
Ikhtiar bersama
Selain mengeluarkan peringatan dini jauh-jauh hari, BMKG juga kerap memperbarui prakiraan cuaca, iklim hingga peringatan dini banjir serta kejadian gempa bumi yang saat ini aktivitasnya meningkat, informasi tersebut dapat dipantau melalui berbagai kanal media.
Informasi dari BMKG dapat dipantau melalui kanal-kanal yang tersedia seperti call center 196, website www.bmkg.go.id, sosial media infoBMKG di Instagram dan Youtube serta pada aplikasi telepon pintar infoBMKG.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan selain mengeluarkan peringatan dini juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk penangan dampaknya.
Tidak cukup hanya kepada pihak terkait, masyarakat juga harus lebih siap dalam menghadapi situasi terburuk dampak cuaca ekstrem, salah satunya dengan memonitor terus informasi dari BMKG.
Serta meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda-tanda alam, juga agar lebih mengenal lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tinggalnya.
Masyarakat juga melakukan persiapan keluarga dalam menghadapi sejumlah potensi bahaya tersebut. Diskusikan di antara keluarga dengan terlebih dahulu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di sekitar.
Selanjutnya, anggota keluarga dapat mendiskusikan upaya konkret yang dapat dilakukan di sekitar tempat tinggal. Setiap keluarga memiliki tingkat risiko yang berbeda, seperti parameter anggota keluarga, topografi di sekitar rumah, kekuatan bangunan, atau pun tata ruang rumah.
Untuk saat ini yang perlu dilakukan adalah menyelamatkan diri dengan memperhatikan kapan dan dimana cuaca ekstrem terjadi.*
Baca juga: BMKG: Sulawesi Selatan berpotensi hujan lebat dan angin kencang
Baca juga: Waspadai puncak musim hujan Januari-Februari 2021
Setiap peralihan dan memasuki musim-musim tersebut terutama saat puncaknya, kerap terjadi anomali cuaca bahkan tidak jarang terjadi cuaca ekstrem.
Dampaknya bisa berupa hujan lebat, angin kencang, banjir, tanah longsor hingga gelombang tinggi yang tidak jarang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Padahal jauh-jauh hari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan dini adanya La Nina yang dapat mempengaruhi cuaca di Indonesia.
La Nina adalah fenomena global berupa anomali suhu muka air laut di wilayah Samudra Pasifik yang mengakibatkan suhu muka air lat relatif lebih dingin dibandingkan suhu muka laut di perairan Indonesia.
Sejak Oktober 2020, BMKG sudah memantau adanya La Nina dengan level moderate bersamaan dengan musim hujan, dampaknya bisa meningkatkan curah hujan hingga 40 persen.
Bisa dibayangkan, daerah-daerah yang jika turun hujan sebentar saja dengan intensitas sedang bisa tergenang, apalagi jika ditambah dengan dampak La Nina.
Apalagi jika lingkungan sudah rusak dan daya tampung serta daya dukungnya tidak mampu lagi menahan beban air yang berlebih.
BMKG juga sudah memprediksikan bahwa puncak musim hujan terjadi pada Januari-Februari, terbukti saat ini sebagian besar wilayah Indonesia, tercatat 94 persen dari 342 Zona Musim memasuki puncak musim hujan, maka air semakin tumpah ruah.
Akibatnya sejak awal 2021, banjir dan tanah longsor terjadi di sejumlah daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 185 bencana terjadi sepanjang 1 hingga 21 Januari 2021 yang didominasi bencana hidrometeorologi.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, dari total bencana tersebut, sebanyak 127 merupakan kejadian banjir, 30 kejadian tanah longsor dan 21 kejadian puting beliung. Kejadian bencana lain yang tercatat yaitu gelombang pasang lima kejadian dan gempa bumi dua kejadian.
Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini cuaca Jabodetabek
Baca juga: Skenario cuaca terburuk berlangsung, waspada bencana hidrometeorologi
Skenario cuaca
Peringatan dini yang dikeluarkan BMKG sebagai salah satu ikhtiar untuk mengatasi dampak bencana terutama korban jiwa, telah disosialisasikan ke seluruh daerah dan pihak terkait, tinggal bagaimana menyikapinya dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi dampaknya.
Dalam mengeluarkan peringatan dini, BMKG membuat empat skenario prediksi cuaca dengan memasukkan faktor dinamika atmosfer baik yang bersifat lokal, regional maupun global.
Skenario pertama jika cuaca berlangsung normal tanpa dipengaruhi fenomena iklim, skenario kedua jika dipengaruhi fenomena iklim, dan ketiga jika dipengaruhi beberapa fenomena iklim dan skenario keempat jika dipengaruhi seluruh fenomena iklim secara bersamaan.
Saat ini, menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, yang sedang terjadi adalah skenario keempat atau skenario terburuk dimana La Nina sedang berlangsung, juga adanya angin Monsun Asia yang mengakibatkan peningkatan pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia.
Serta munculnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yaitu gelombang atmosfer yang membawa kumpulan awan hujan yang bergerak dari Samudra Hindia di zona tropis dari sebelah timur Afrika atau sebelah barat Indonesia memasuki wilayah Indonesia menuju wilayah Pasifik.
Selain itu juga adanya fenomena gelombang atmosfer yang terjadi di ekuator yaitu gelombang Rossby Ekuator dan Kelvin yang meningkatkan potesi hujan. Juga menghangatkan muka air laut di perairan Indonesia sehingga menambah penguapan.
Saat ini juga terpantau adanya bibit siklon dan fenomena siklonik dibeberapa titik yang dapat berdampak secara tidak langsung dapat meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin.
Dari skenario tersebut diprediksikan pada Januari-Maret 2021 akan berdampak peningkatan curah hujan bulanan mencapai 300-500 mm setara dengan peningkatan curah hujan 40-80 persen dari normalnya.
Skenario terburuk yang sedang terjadi saat ini atau lebih dikenal dengan cuaca ekstrem, sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik, serta hujan lebat disertai kilat atau petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.
Baca juga: BMKG: Waspada cuaca ekstrem dan potensi banjir di sejumlah wilayah
Baca juga: BMKG: Curah hujan ekstrem dan lingkungan penyebab banjir Kalsel
Ikhtiar bersama
Selain mengeluarkan peringatan dini jauh-jauh hari, BMKG juga kerap memperbarui prakiraan cuaca, iklim hingga peringatan dini banjir serta kejadian gempa bumi yang saat ini aktivitasnya meningkat, informasi tersebut dapat dipantau melalui berbagai kanal media.
Informasi dari BMKG dapat dipantau melalui kanal-kanal yang tersedia seperti call center 196, website www.bmkg.go.id, sosial media infoBMKG di Instagram dan Youtube serta pada aplikasi telepon pintar infoBMKG.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan selain mengeluarkan peringatan dini juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk penangan dampaknya.
Tidak cukup hanya kepada pihak terkait, masyarakat juga harus lebih siap dalam menghadapi situasi terburuk dampak cuaca ekstrem, salah satunya dengan memonitor terus informasi dari BMKG.
Serta meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda-tanda alam, juga agar lebih mengenal lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tinggalnya.
Masyarakat juga melakukan persiapan keluarga dalam menghadapi sejumlah potensi bahaya tersebut. Diskusikan di antara keluarga dengan terlebih dahulu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di sekitar.
Selanjutnya, anggota keluarga dapat mendiskusikan upaya konkret yang dapat dilakukan di sekitar tempat tinggal. Setiap keluarga memiliki tingkat risiko yang berbeda, seperti parameter anggota keluarga, topografi di sekitar rumah, kekuatan bangunan, atau pun tata ruang rumah.
Untuk saat ini yang perlu dilakukan adalah menyelamatkan diri dengan memperhatikan kapan dan dimana cuaca ekstrem terjadi.*
Baca juga: BMKG: Sulawesi Selatan berpotensi hujan lebat dan angin kencang
Baca juga: Waspadai puncak musim hujan Januari-Februari 2021
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: