London (ANTARA) - Investor sekali lagi menyerbu saham minggu lalu dengan arus masuk dalam tiga bulan terakhir melonjak ke rekor 255 miliar dolar AS, data aliran mingguan BofA (Bank of America) menunjukkan pada Jumat, mendorong para investor untuk waspada tentang koreksi yang membayangi.

Dengan neraca Federal Reserve AS mencapai 42 persen dan defisit anggaran AS membengkak menjadi 33 persen dari produk domestik bruto, BofA mengatakan gelembung kebijakan memicu gelembung harga aset Wall Street.

Saham-saham dunia telah melonjak 77 persen dari posisi terendah Maret tahun lalu, dipimpin oleh Amerika Serikat karena stimulus ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Bank sentral AS tahan suku bunga dekati nol di tengah pilpres

Ekuitas menarik 21,6 miliar dolar AS dalam seminggu hingga Rabu (13/1/2021), terutama didorong oleh emerging markets. Di sektor bisnis, keuangan dan energi naik paling tinggi karena perdagangan reflasi semakin cepat ketika ekspektasi dukungan fiskal lebih lanjut dari pemerintahan AS yang baru di bawah Joe Biden.

“Kebijakan ekstrim tetap menjadi penjelasan terbaik untuk reli ekstrim dari posisi terendah pada tahun 2020,” kata Michael Hartnett, kepala strategi investasi BofA.

“Kami memperkirakan penyesuaian posisi & koreksi puncak di kuartal pertama.”

Baca juga: RI-AS kerja sama pendanaan infrastruktur-perdagangan 750 juta dolar

Pandangan Hartnett mencerminkan peringatan serupa dari beberapa bank Wall Street minggu ini.

"Pasar naik karena kabar baik tetapi memilih untuk mengabaikan data yang lebih lemah dan tingkat infeksi yang meningkat," tim investasi Goldman Sachs menulis dalam sebuah catatan pada Selasa (19/1/2021).

“Aliran dana yang cepat dan aset-aset berisiko yang sangat berkorelasi membuat koreksi dalam waktu dekat semakin mungkin terjadi.”