Jakarta (ANTARA) - Tinggal selangkah lagi, Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo akan dilantik Presiden Joko Widodo jadi nakhoda Bhayangkara usai Komisi III DPR RI dan rapat paripurna DPR RI menyetujui namanya sebagai Kapolri.

Langkah Komjen Listyo Sigit menjalani fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan di Senayan pun berjalan mulus. Beragam pujian bahkan mengalir deras kepadanya.

Komjen Listyo Sigit diajukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke DPR sebagai calon tunggal Kapolri. Bisa dikatakan tidak ada komentar miring terhadapnya di parlemen.

Bahkan sebaliknya, komentar positif terus bermunculan. Tidak hanya dari kalangan Bhayangkara, namun elemen masyarakat luas seperti tokoh agama, tokoh nasional, pejabat publik, politisi, kalangan akademisi, dan bahkan masyarakat akar rumput.

Rekam jejaknya yang panjang dan saat ini menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri dinilai sebagai sosok tepat untuk menjabat Kapolri.

Kehadiran Komjen Pol. Listyo Sigit sebagai calon tunggal Kapolri pun tidak mencuatkan perdebatan di publik. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa pilihan Presiden Jokowi terhadap Komjen Listyo Sigit sebagai calon tunggal Kapolri dinilai tepat oleh masyarakat.

Pertama, Komjen Sigit dinilai dekat dengan semua kalangan dan memiliki pergaulan yang sangat luas. Tentu dengan rekam jejak seperti ini, sangat tepat memimpin Bhayangkara. Korp cokelat ini akan dinilai lebih mengayomi masyarakat dengan kehadiran sosok Komjen Sigit.

Baca juga: Kapolri baru dan simbol perlawanan pada politik identitas

Baca juga: Komjen Listyo Sigit sampaikan rencana usai disetujui jadi Kapolri


Kedua, Komjen Sigit dinilai amanah dan berintegritas. Hal itu, misalnya, terlihat sejak menjabat sebagai Kapolres Pati, Wakapolrestabes Semarang, Kapolresta Solo, Kasubdit II Dittipdum Bareskrim Polri, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara, Ajudan Presiden RI Joko Widodo, Kapolda Banten, Kadiv Propam Polri, hingga Kepala Bareskrim Polri.

Hampir semua tugas yang bebankan kepadanya dikerjakan dengan sigap, tuntas dan penuh amanah. Selain itu, Komjen Sigit selama ini dikenal sebagai sosok yang bersih. Belum ada isu miring kasus hukum ataupun korupsi yang menerpa dirinya.

Ketiga, dinilai sosok yang profesional, mampu menciptakan harmoni di tengah masyarakat, serta bersinergi dan berkolaborasi dengan semua kelompok. Dan tentu saja membuat soliditas korp Bhayangkara makin kompak.

Selain itu kedekatan Komjen Sigit dengan para ulama juga punya nilai plus tersendiri. Artinya, kehadiran Komjen Sigit Prabowo di pucuk pimpinan Polri sesuai dengan situasi kebangsaan pada saat ini, dimana isu-isu SARA dan radikalisme masih menjadi pekerjaan besar bagi aparat penegak hukum di Indonesia.

Keempat, Komjen Sigit dinilai sebagai sosok yang visioner. Hal ini terlihat dari pemaparan visi dan misinya di hadapan parlemen. Ia membuat makalah berjudul "Transformasi Menuju Polri yang Presisi". Kata presisi yang digunakan Komjen Listyo Sigit dalam judul makalahnya tersebut merupakan akronim dari prediktif, responsibilitas, transparasi berkeadilan.

Tak hanya itu, Komjen Sigit juga secara blak-blakan melakukan otokritik terhadap institusinya sendiri yang menurutnya masih banyak yang perlu dibenahi di internal kepolisian, khususnya terkait perilaku para anggotanya.

Baca juga: Paripurna DPR RI resmi setujui Komjen Pol Listyo Sigit jadi Kapolri

Baca juga: Delapan komitmen calon Kapolri Komjen Listyo diapresiasi


Ia mencontohkan, misalnya, pelayanan kepolisian yang berbelit-belit, arogansi dalam ucapan, pungli, kekerasan dalam penyelesaian masalah, hingga penanganan kasus yang tebang pilih. Perilaku yang demikian sedikit banyak telah memengaruhi persepsi publik terhadap korp Bhayangkara selama ini. Bukan persepsi positif yang muncul melainkan persepsi negatif.

Karena itu, guna memperbaiki citra sekaligus melakukan transformasi di tubuh Polri, ia punya 8 komitmen, yakni 1) menjadikan Polri sebagai institusi yang prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan (PRESISI); 2) menjamin keamanan untuk mendukung program pembangunan nasional; 3) menjaga soliditas internal; 4) meningkatkan sinergisitas dan soliditas TNI Polri, serta bekerjasama dengan APH dan kementerian/lembaga untuk mendukung dan mengawal program pemerintah.

Beikrutnya; 5) mendukung terciptanya ekosistem inovasi dan kreatifitas yang mendorong kemajuan Indonesia; 6) menampilkan kepemimpinan yang melayani dan menjadi teladan; 7) mengedepankan pencegahan permasalahan, pelaksanaan keadilan restoratif dan problem solving, dan; 8) setia kepada NKRI dan senantiasa merawat kebhinnekaan.

Pelayanan Publik dan Polri 4.0.
Kelima, punya komitmen sebagai pemimpin yang melayani. Komitmen tersebut, misalnya, termaktup dalam makalah setelah 130 halaman yang disampaikan di parlemen. Berdasarkan kajian Litbang KOMPAS, setidaknya terdapat 158 diksi pelayanan dan 20 kali diksi pelayanan publik.

Komitmen ini sangat penting karena di tengah kemajuan teknologi yang makin canggih, Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo yang kelahiran Ambon juga punya gagasan mempersiapkan Polri 4.0 guna menciptakan pelayanan publik yang adaptif, cepat dan efektif-efisien guna menjawab perkembangan big data dan internet of things.

Tentu dengan usia Komjen Sigit yang masih tergolong muda (angkatan 1991 di Akademi Kepolisian) maka sprit optimisme akan masa depan korp Bhayangkara yang makin kompetitif dan terdepan bukan isapan jempol. Sekitar 400.000 lebih anggota Polri butuh role model dari kemimpinannya. Komitmen Komjen Sigit menjadikan Polri yang PRESISI dan melayani ditunggu publik.

Akhirnya, saya ucapkan selamat untuk Komjen Sigit ! Selamat bekerja mengharumkan nama korp Bhayangkara.

*) Penulis adalah pengamat intelijen dan keamanan