Anggota organisasi neo fasis AS ditangkap karena kerusuhan di Capitol
21 Januari 2021 22:10 WIB
Pendukung Presiden AS Donald Trump memanjat tembok Gedung Capitol saat protes terhadap sertifikasi hasil pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 oleh Kongres AS di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Jim Urquhart/rwa.)
Washington (ANTARA) - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) pada Rabu (20/1) menangkap seorang anggota Proud Boys dari Florida karena ia diduga ikut menerobos masuk dan merusak Gedung Kongres, Capitol, dua minggu lalu, kata Departemen Kehakiman AS.
Proud Boys merupakan organisasi politik neo fasis yang hanya menerima anggota laki-laki. Pengikutnya saat ini tersebar di AS dan Kanada.
Joseph Randall Biggs, 37, menerima sejumlah tuntutan dari kejaksaan, di antaranya mengganggu kegiatan resmi di Kongres, menerobos masuk tanpa izin, dan menghalangi anggota Kongres mengesahkan hasil pemilihan presiden pada 3 November 2020. Walaupun demikian, Biggs bebas dari tahanan setelah membayar jaminan sebesar 25.000 dolar AS (sekitar Rp349,5 juta), Rabu siang.
Eks presiden AS, Donald Trump, dua minggu lalu mendorong massa pendukungnya untuk menolak hasil pemilihan presiden dengan berunjuk rasa di Washington. Namun, unjuk rasa pada 6 Januari 2021 itu berujung rusuh karena massa menerobos masuk ke Capitol dan merusak dan menjarah isi bangunan. Setidaknya lima orang tewas akibat kerusuhan itu dan satu di antaranya merupakan anggota kepolisian yang bertugas di Capitol.
Di tengah upaya Trump dan massa pendukungnya membatalkan hasil pilpres, pelantikan presiden AS yang baru, Joe Biden dan wakilnya, Kamala Harris, tetap berlangsung, Rabu. Biden dalam pidato pertamanya setelah dilantik mengajak masyarakat AS menghentikan “perang yang tidak beradab”.
Kasus hukum terhadap para perusuh di Capitol terus berjalan dan sejumlah orang yang terhubung dengan Proud Boys telah dituntut oleh kejaksaan.
Setidaknya, lebih dari 100 orang telah ditangkap aparat. Namun, kejaksaan memperkirakan jumlahnya akan terus bertambah karena FBI masih mendalami lebih dari 200.000 foto dan rekaman video kerusuhan di Capitol.
Berbagai laporan yang diterima kepolisian menunjukkan beberapa perusuh memiliki keterkaitan dengan kelompok-kelompok sayap kanan ekstrem — atau yang biasa dikenal dengan gerakan Supremasi Kulit Putih (White Supremacy). Tidak hanya itu mereka juga terhubung dengan pengikut teori konspirasi QAnon. Pengikut teori itu percaya Trump diam-diam berupaya memberantas komplotan predator seksual yang terdiri atas beberapa petinggi Partai Demokrat dan pejabat di pemerintahan.
Kejaksaan pada Selasa (19/1) menuntut tiga anggota grup sayap kanan ekstrem lainnya, Oath Keepers, karena mereka diyakini telah menerobos masuk ke dalam Capitol. Terdakwa juga diyakini mengirim pesan singkat yang berisi niatan menjebak para anggota Kongres ke terowongan di bawah Capitol dan meracuni mereka dengan gas.
Sejauh ini, penegak hukum belum membacakan dakwaan terkait dugaan konspirasi terhadap Proud Boys. Namun, FBI dalam laporannya terhadap Biggs mengatakan “beberapa orang” yang terhubung dengan kelompok itu terekam dalam foto memakai “anting”.
Penyelidik mengatakan Biggs cukup aktif mengajak anggota Proud Boys pergi ke Washington. Ia juga berkomunikasi langsung dengan pimpinan Proud Boys, Enrique Tarrio.
Tarrio sempat ditangkap oleh kepolisian sebelum adanya kerusuhan dan pengadilan juga melarang ketua Proud Boys itu masuk ke Washington karena alasan keamanan.
FBI mengatakan Biggs dan anggota Proud Boys lain, Dominic Pezzola, terlihat masuk ke dalam Capitol sebagaimana diperlihatkan dalam rekaman video. Pezzola masuk dengan memecahkan kaca jendela. Biggs kemudian berbicara depan kamera: “ini keren”.
Pezzola, ditangkap pada 15 Januari, juga dituntut dengan dakwaan yang sama.
Jaksa juga masih mencari beberapa orang yang diyakini menyerang polisi dan wartawan.
Salah satu perusuh, Patrick Edward McCaughey III, mengikuti sidang di pengadilan federal New York, Rabu, salah satunya karena menyerang polisi. Rekaman sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan McCaughey menyerang seorang polisi Daniel Hodges. Pelaku juga meminta Hodges tidak melawan atau mencoba menghentikan para perusuh.
“Kamu lihat saya. Pulanglah. Ajak temanmu dan pulang,” kata dia sebagaimana dikutip dari laporan FBI.
Jaksa yang mengurusi kasus itu, Benjamin Gianforti menyebut isi rekaman itu “mengerikan”.
Pengacara yang mendampingi McCaughey mengatakan kliennya bukan seorang yang mengerikan sebagaimana dituduh oleh jaksa. Ia meminta ke hakim agar kliennya diperbolehkan pulang dan berkumpul dengan keluarganya.
Namun, hakim memutuskan agar McCaughey dipenjara karena perilakunya yang sangat meresahkan.
Dalam persidangan Rabu, terdakwa lainnya, Samuel Fisher, juga hadir di persidangan. FBI menyebut Fisher mengunggah foto dirinya membawa senjata api dan ia juga menerobos masuk ke Capitol.
Fisher berulang kali bercerita ke temannya, via Facebook, ia ada di Capitol. Meskipun ada korban jiwa dan banyak yang kena gas air mata, Fisher menyebut insiden itu “menyenangkan”.
“Melihat polisi berlari ... hal terkeren yang pernah saya lihat di sepanjang hidup saya,” kata dia sebagaimana dikutip dari unggahannya di media sosial.
Hakim pun memutuskan Fisher dipenjara karena ia memiliki banyak senjata api dan amunisi.
“Buat saya itu ancaman yang serius,” kata hakim.
Sumber: Reuters
Baca juga: 12 anggota Garda Nasional dibebastugaskan jaga pelantikan presiden AS
Baca juga: Perusuh di Capitol diblokir dari aplikasi kencan online
Baca juga: FBI periksa puluhan demonstran Capitol setelah seorang polisi tewas
Proud Boys merupakan organisasi politik neo fasis yang hanya menerima anggota laki-laki. Pengikutnya saat ini tersebar di AS dan Kanada.
Joseph Randall Biggs, 37, menerima sejumlah tuntutan dari kejaksaan, di antaranya mengganggu kegiatan resmi di Kongres, menerobos masuk tanpa izin, dan menghalangi anggota Kongres mengesahkan hasil pemilihan presiden pada 3 November 2020. Walaupun demikian, Biggs bebas dari tahanan setelah membayar jaminan sebesar 25.000 dolar AS (sekitar Rp349,5 juta), Rabu siang.
Eks presiden AS, Donald Trump, dua minggu lalu mendorong massa pendukungnya untuk menolak hasil pemilihan presiden dengan berunjuk rasa di Washington. Namun, unjuk rasa pada 6 Januari 2021 itu berujung rusuh karena massa menerobos masuk ke Capitol dan merusak dan menjarah isi bangunan. Setidaknya lima orang tewas akibat kerusuhan itu dan satu di antaranya merupakan anggota kepolisian yang bertugas di Capitol.
Di tengah upaya Trump dan massa pendukungnya membatalkan hasil pilpres, pelantikan presiden AS yang baru, Joe Biden dan wakilnya, Kamala Harris, tetap berlangsung, Rabu. Biden dalam pidato pertamanya setelah dilantik mengajak masyarakat AS menghentikan “perang yang tidak beradab”.
Kasus hukum terhadap para perusuh di Capitol terus berjalan dan sejumlah orang yang terhubung dengan Proud Boys telah dituntut oleh kejaksaan.
Setidaknya, lebih dari 100 orang telah ditangkap aparat. Namun, kejaksaan memperkirakan jumlahnya akan terus bertambah karena FBI masih mendalami lebih dari 200.000 foto dan rekaman video kerusuhan di Capitol.
Berbagai laporan yang diterima kepolisian menunjukkan beberapa perusuh memiliki keterkaitan dengan kelompok-kelompok sayap kanan ekstrem — atau yang biasa dikenal dengan gerakan Supremasi Kulit Putih (White Supremacy). Tidak hanya itu mereka juga terhubung dengan pengikut teori konspirasi QAnon. Pengikut teori itu percaya Trump diam-diam berupaya memberantas komplotan predator seksual yang terdiri atas beberapa petinggi Partai Demokrat dan pejabat di pemerintahan.
Kejaksaan pada Selasa (19/1) menuntut tiga anggota grup sayap kanan ekstrem lainnya, Oath Keepers, karena mereka diyakini telah menerobos masuk ke dalam Capitol. Terdakwa juga diyakini mengirim pesan singkat yang berisi niatan menjebak para anggota Kongres ke terowongan di bawah Capitol dan meracuni mereka dengan gas.
Sejauh ini, penegak hukum belum membacakan dakwaan terkait dugaan konspirasi terhadap Proud Boys. Namun, FBI dalam laporannya terhadap Biggs mengatakan “beberapa orang” yang terhubung dengan kelompok itu terekam dalam foto memakai “anting”.
Penyelidik mengatakan Biggs cukup aktif mengajak anggota Proud Boys pergi ke Washington. Ia juga berkomunikasi langsung dengan pimpinan Proud Boys, Enrique Tarrio.
Tarrio sempat ditangkap oleh kepolisian sebelum adanya kerusuhan dan pengadilan juga melarang ketua Proud Boys itu masuk ke Washington karena alasan keamanan.
FBI mengatakan Biggs dan anggota Proud Boys lain, Dominic Pezzola, terlihat masuk ke dalam Capitol sebagaimana diperlihatkan dalam rekaman video. Pezzola masuk dengan memecahkan kaca jendela. Biggs kemudian berbicara depan kamera: “ini keren”.
Pezzola, ditangkap pada 15 Januari, juga dituntut dengan dakwaan yang sama.
Jaksa juga masih mencari beberapa orang yang diyakini menyerang polisi dan wartawan.
Salah satu perusuh, Patrick Edward McCaughey III, mengikuti sidang di pengadilan federal New York, Rabu, salah satunya karena menyerang polisi. Rekaman sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan McCaughey menyerang seorang polisi Daniel Hodges. Pelaku juga meminta Hodges tidak melawan atau mencoba menghentikan para perusuh.
“Kamu lihat saya. Pulanglah. Ajak temanmu dan pulang,” kata dia sebagaimana dikutip dari laporan FBI.
Jaksa yang mengurusi kasus itu, Benjamin Gianforti menyebut isi rekaman itu “mengerikan”.
Pengacara yang mendampingi McCaughey mengatakan kliennya bukan seorang yang mengerikan sebagaimana dituduh oleh jaksa. Ia meminta ke hakim agar kliennya diperbolehkan pulang dan berkumpul dengan keluarganya.
Namun, hakim memutuskan agar McCaughey dipenjara karena perilakunya yang sangat meresahkan.
Dalam persidangan Rabu, terdakwa lainnya, Samuel Fisher, juga hadir di persidangan. FBI menyebut Fisher mengunggah foto dirinya membawa senjata api dan ia juga menerobos masuk ke Capitol.
Fisher berulang kali bercerita ke temannya, via Facebook, ia ada di Capitol. Meskipun ada korban jiwa dan banyak yang kena gas air mata, Fisher menyebut insiden itu “menyenangkan”.
“Melihat polisi berlari ... hal terkeren yang pernah saya lihat di sepanjang hidup saya,” kata dia sebagaimana dikutip dari unggahannya di media sosial.
Hakim pun memutuskan Fisher dipenjara karena ia memiliki banyak senjata api dan amunisi.
“Buat saya itu ancaman yang serius,” kata hakim.
Sumber: Reuters
Baca juga: 12 anggota Garda Nasional dibebastugaskan jaga pelantikan presiden AS
Baca juga: Perusuh di Capitol diblokir dari aplikasi kencan online
Baca juga: FBI periksa puluhan demonstran Capitol setelah seorang polisi tewas
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021
Tags: