New York (ANTARA) - Saham-saham Asia akan menguat pada Kamis, setelah Wall Street ditutup pada rekor tertinggi di tengah harapan bahwa Presiden AS Joe Biden yang baru dilantik akan menerapkan stimulus ekonomi lebih lanjut untuk mengimbangi kerusakan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19.

"Saham-saham Asia siap mengikuti rekan-rekan mereka di AS lebih tinggi di tengah optimisme bahwa pengeluaran federal AS akan menghidupkan kembali pertumbuhan dan pendapatan perusahaan," kata Ryan Felsman, ekonom senior di CommSec di Sydney. "Itu semua menunjuk pada hari yang positif di Asia."

Pemerintahan Biden diperkirakan akan mendorong rencana stimulus fiskal AS hampir dua triliun dolar AS.

Baca juga: Saham Asia capai rekor tertinggi setelah Yellen serukan paket besar

Felsman mengatakan saham-saham teknologi di Asia juga mungkin naik sebagai tanggapan atas berita positif dari Netflix Inc, yang sahamnya melonjak 16,85 persen setelah perusahaan mengatakan tidak perlu lagi meminjam miliaran dolar untuk membiayai acara TV dan filmnya.

Indeks MSCI ukuran saham di seluruh dunia naik 0,07 persen. ASX 200 Australia meningkat lebih dari 0,80 persen pada awal perdagangan Kamis. Indeks berjangka Hang Seng Hong Kong naik 0,23 persen, dan indeks Nikkei 225 dibuka menguat 0,85 persen.

Seiring dengan Netflix, grup FAANG lainnya, yang dijadwalkan untuk melaporkan hasil keuangannya dalam beberapa minggu mendatang, melonjak. Induk perusahaan Google Alphabet Inc terangkat 5,36 persen.

Baca juga: Mata uang Asia menguat ketika dorongan stimulus AS menekan dolar

Dolar jatuh terhadap sebagian besar mata uang pada Rabu (20/1/2021), karena sentimen risiko investor meningkat.

Harga minyak naik di tengah harapan bahwa Biden memberikan stimulus ekonomi, sebuah langkah yang akan meningkatkan permintaan minyak.

Surat utang negara AS tidak banyak bergerak pada Rabu (20/1/2021) saat pasar lebih melihat ke pelantikan Presiden AS Joe Biden.