Banjarmasin (ANTARA) - Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr H Budi Suryadi mengatakan Kota Banjarmasin yang berjuluk "Kota Seribu Sungai" kini telah kehilangan banyak sungainya sehingga menyebabkan banjir saat ini ketika hujan terus terjadi.

"Banyak sungai-sungai kecil yang sudah mati atau tidak berfungsi karena tertutup oleh perkampungan atau mengalami pendangkalan," kata dia di Banjarmasin, Rabu.

Dugaan buruknya saluran air atau drainase juga disoroti Budi. Mengingat air yang menggenang hampir di setiap sudut kota tak kunjung surut meski dalam lima hari terakhir tak lagi turun hujan.

Baca juga: KLHK: Banjir Kalsel akibat anomali cuaca, bukan luas hutan

"Ini ada apa. Bagaimana bisa air tak surut walau hujan sudah tidak lagi turun. Apalagi air menggenang di jalan protokol yang menjadi akses utama masyarakat," kata Guru Besar Bidang Sosial dan Politik ULM itu.

Menurut Budi, banjir tahun ini di Kota Banjarmasin sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan juga diperparah keterlambatan mengantisipasi dan penanggulangannya.

"Apakah kita hanya mengandalkan cuaca berdoa hujan tidak turun sembari berharap air semakin surut dengan sendirinya. Harusnya ada upaya konkret misalnya menyedot air yang menggenang ataupun mengecek seluruh saluran air guna dipastikan kelancarannya," tuturnya.
Seorang pengendara mendorong motornya yang mogok di tengah banjir menggenangi jalan protokol di Kota Banjarmasin. (ANTARA/Firman)


Di sisi lain, Budi melihat kebijakan selama ini lebih cenderung memihak pembangunan fisik, sehingga ruang air untuk rawa-rawa semakin berkurang dan itu tidak diiringi dengan sistem drainase yang baik dan penataan sungai yang kini tidak selebar dulu yang berfungsi normal.

Kalau pun ada kebijakan rumah panggung atau bangunan panggung, kata dia, baru beberapa tahun saja ketika bangunan fisik tanpa panggung sudah berdiri yang otomatis menghilangkan ruang air, sehingga air meluber kemana-mana ketika hujan dengan intensitas tinggi.

Berdasarkan pantauan pada Rabu, air masih menggenang dengan ketinggian bervariasi di jalan nasional Jalan Ahmad Yani dari kilometer 4 di Kota Banjarmasin sampai kilometer 9 di Kabupaten Banjar. Arus lalu lintas pun menjadi terganggu karena ada perlambatan kendaraan. Tak sedikit motor yang mogok karena nekat menerobos banjir.

Sejumlah ruas jalan lainnya di pusat kota Banjarmasin juga tergenang seperti Jalan Pramuka yang kondisinya cukup parah. Bahkan banyak perumahan penduduk juga terdampak banjir terparah dalam sejarah bencana air pasang tersebut hingga Pemerintah Kota Banjarmasin menetapkan status tanggap darurat banjir.

Baca juga: Hingga hari ketujuh banjir Banjarmasin total 100 ribu warga terdampak
Baca juga: Tim SAR TNI Angkatan Laut jangkau daerah terisolir banjir di Kalsel
Baca juga: Basarnas fokus menyisir tiga wilayah paling terdampak banjir di Kalsel