Republik Ceko konfimasi temuan varian baru COVID Inggris
19 Januari 2021 14:38 WIB
Seorang pria memakai masker pelindung berjalan melewati toko suvenir yang tutup di tengah pembatasan penyakit virus korona (COVID-19) di Praha, Republik Ceko, Senin (28/12/2020). REUTERS/David W Cerny/nz/cfo (REUTERS/DAVID W CERNY)
Praha (ANTARA) - Republik Ceko mengkonfirmasi temuan varian baru COVID-19 Inggris yang sangat menular, demikian Institut Kesehatan Masyarakat Nasional pada Senin (18/1).
Juru bicara mengatakan mutasi telah terbukti pada sebagian sampel yang telah diurutkan, sementara pengurutan lainnya masih dilakukan.
Negara berpenduduk 10.7 juta jiwa itu menghadapi salah satu wabah terparah secara global, dengan total 14.449 kematian dan 150 lebih kematian hampir setiap harinya pada Januari ini.
Varian COVID-19 yang muncul di Inggris itu diyakIni oleh para ilmuwan lebih menular, sehingga semakin membebani sistem kesehatan meski dianggap tidak menyebabkan penyakit parah.
Menteri Kesehatan Jan Blatny saat konferensi pers mengatakan bahwa sekitar 10 persen dari kasus saat ini diduga berasal dari varian baru, yang berpotensi membuat sistem kesehatan kewalahan.
"Penyebarannya yang lebih cepat menandakan bahwa (varian) itu cepat atau lambat akan merajalela, sehingga kami mempunyai waktu beberapa bulan untuk terpaksa bereaksi,' kata Blatny kepada awak media.
"(Respons kami) yakni mempertahankan aturan (kesehatan), vaksinasi dan berupaya menyuntikkan vaksin secepat mungkin, terutama yang menjadi bagian dari populasi yang paling rentan," lanjut Blatny.
Menurutnya, pemerintah akan terus menerapkan penguncian COVID-19, termasuk menutup hampir seluruh sekolah dan sebagian besar pertokoan, meski ada tanda-tanda bahwa jumlah kasus akan berkurang. Hal itu bertujuan untuk mengurangi beban rumah sakit secara drastis.
Sejumlah rumah sakit di beberapa wilayah dalam beberapa pekan terakhir mengaku telah mencapai batas kemampuannya, apalagi karena kekurangan tempat tidur ICU dan staf, yang terinfeksi dan menjalani akrantina.
Blatny menuturkan dalam jangka panjang sistem kesehatan bisa menanggani sekitar 2.000 pasien COVID-19 sambil juga menjalani perawatan lainnya secara normal, berdasarkan data yang terlihat pada awal Oktober.
Menurut data Kementerian Kesehatan, terdapat 6.330 pasien rawat inap hingga Minggu, dari puncaknya bulan ini sebanyak 7.460 pasien.
Sumber: Reuters
Baca juga: Varian baru virus corona landa resor mewah St Moritz di Swiss
Baca juga: Maroko laporkan kasus pertama varian baru virus corona
Juru bicara mengatakan mutasi telah terbukti pada sebagian sampel yang telah diurutkan, sementara pengurutan lainnya masih dilakukan.
Negara berpenduduk 10.7 juta jiwa itu menghadapi salah satu wabah terparah secara global, dengan total 14.449 kematian dan 150 lebih kematian hampir setiap harinya pada Januari ini.
Varian COVID-19 yang muncul di Inggris itu diyakIni oleh para ilmuwan lebih menular, sehingga semakin membebani sistem kesehatan meski dianggap tidak menyebabkan penyakit parah.
Menteri Kesehatan Jan Blatny saat konferensi pers mengatakan bahwa sekitar 10 persen dari kasus saat ini diduga berasal dari varian baru, yang berpotensi membuat sistem kesehatan kewalahan.
"Penyebarannya yang lebih cepat menandakan bahwa (varian) itu cepat atau lambat akan merajalela, sehingga kami mempunyai waktu beberapa bulan untuk terpaksa bereaksi,' kata Blatny kepada awak media.
"(Respons kami) yakni mempertahankan aturan (kesehatan), vaksinasi dan berupaya menyuntikkan vaksin secepat mungkin, terutama yang menjadi bagian dari populasi yang paling rentan," lanjut Blatny.
Menurutnya, pemerintah akan terus menerapkan penguncian COVID-19, termasuk menutup hampir seluruh sekolah dan sebagian besar pertokoan, meski ada tanda-tanda bahwa jumlah kasus akan berkurang. Hal itu bertujuan untuk mengurangi beban rumah sakit secara drastis.
Sejumlah rumah sakit di beberapa wilayah dalam beberapa pekan terakhir mengaku telah mencapai batas kemampuannya, apalagi karena kekurangan tempat tidur ICU dan staf, yang terinfeksi dan menjalani akrantina.
Blatny menuturkan dalam jangka panjang sistem kesehatan bisa menanggani sekitar 2.000 pasien COVID-19 sambil juga menjalani perawatan lainnya secara normal, berdasarkan data yang terlihat pada awal Oktober.
Menurut data Kementerian Kesehatan, terdapat 6.330 pasien rawat inap hingga Minggu, dari puncaknya bulan ini sebanyak 7.460 pasien.
Sumber: Reuters
Baca juga: Varian baru virus corona landa resor mewah St Moritz di Swiss
Baca juga: Maroko laporkan kasus pertama varian baru virus corona
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: