Korban diterkam buaya di Pasaman Barat ditemukan meninggal dunia
19 Januari 2021 11:49 WIB
Tim gabungan BPBD, Basarnas, Polri dan TNI saat mengevakuasi jenazah yang diterkam buaya Rusdi (40) di Sungai Batang Sikabau, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat. ANTARA/Handout/aa.
Simpang Empat, Sumbar (ANTARA) - Rusdi (40), warga Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat yang diterkam buaya di Sungai Batang Sikabau ditemukan meninggal dunia dengan sejumlah luka ditubuhnya, Selasa pagi.
"Benar, korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sekitar pukul 09.20 WIB," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat Decky H Sahputra di Simpang Empat, Selasa.
Baca juga: Seorang bocah di Kotim diselamatkan saat kakinya sudah diterkam buaya
Ia mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan evakuasi jenazah korban untuk dibawa ke daratan.
Sementara itu Koordinator Basarnas Pos Pasaman Zulfahmi membenarkan korban ditemukan meninggal dunia mengapung di pinggir sungai.
"Ada sejumlah bekas luka di tubuh korban. Tidak ada bagian tubuh korban yang hilang dan dalam kondisi utuh," katanya.
Baca juga: Warga berhasil tangkap buaya pemangsa manusia di Mamuju Tengah
Menurutnya korban ditemukan oleh tim gabungan bersama masyarakat sekitar tiga kilometer arah hilir sungai dari lokasi awal hilangnya korban dalam keadaan masih pakai baju.
"Saat ini korban dievakuasi untuk proses lebih lanjut," katanya.
Ia menjelaskan sejak mendapat informasi ada warga hilang diterkam buaya pada Minggu (171) pihaknya bersama tim BPBD, TNI, Polri dan masyarakat langsung melakukan pencarian korban.
Baca juga: Ibu rumah tangga di Mamuju Tengah diterkam buaya di Sungai Barakkang
"Pencarian terkendala air keruh sehingga tidak bisa melakukan penyelaman. Namun hari ini korban ditemukan mengapung di pinggir sungai," katanya.
Korban memang diduga diterkam buaya saat mengambil wudhu bersama anaknya yang berumur empat tahun pada Minggu (17/1) sekitar pukul 13.30 WIB.
Saat kejadian itu anaknya langsung melaporkan peristiwa itu ke istri korban. Namun karena dianggap anak-anak dianggap seloroh saja dan ibunya terus bekerja di ladang.
"Namun setelah sekian lama korban tidak muncul baru informasi dari anak itu dipercaya dan dilaporkan ke masyarakat lain," katanya.
"Benar, korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sekitar pukul 09.20 WIB," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat Decky H Sahputra di Simpang Empat, Selasa.
Baca juga: Seorang bocah di Kotim diselamatkan saat kakinya sudah diterkam buaya
Ia mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan evakuasi jenazah korban untuk dibawa ke daratan.
Sementara itu Koordinator Basarnas Pos Pasaman Zulfahmi membenarkan korban ditemukan meninggal dunia mengapung di pinggir sungai.
"Ada sejumlah bekas luka di tubuh korban. Tidak ada bagian tubuh korban yang hilang dan dalam kondisi utuh," katanya.
Baca juga: Warga berhasil tangkap buaya pemangsa manusia di Mamuju Tengah
Menurutnya korban ditemukan oleh tim gabungan bersama masyarakat sekitar tiga kilometer arah hilir sungai dari lokasi awal hilangnya korban dalam keadaan masih pakai baju.
"Saat ini korban dievakuasi untuk proses lebih lanjut," katanya.
Ia menjelaskan sejak mendapat informasi ada warga hilang diterkam buaya pada Minggu (171) pihaknya bersama tim BPBD, TNI, Polri dan masyarakat langsung melakukan pencarian korban.
Baca juga: Ibu rumah tangga di Mamuju Tengah diterkam buaya di Sungai Barakkang
"Pencarian terkendala air keruh sehingga tidak bisa melakukan penyelaman. Namun hari ini korban ditemukan mengapung di pinggir sungai," katanya.
Korban memang diduga diterkam buaya saat mengambil wudhu bersama anaknya yang berumur empat tahun pada Minggu (17/1) sekitar pukul 13.30 WIB.
Saat kejadian itu anaknya langsung melaporkan peristiwa itu ke istri korban. Namun karena dianggap anak-anak dianggap seloroh saja dan ibunya terus bekerja di ladang.
"Namun setelah sekian lama korban tidak muncul baru informasi dari anak itu dipercaya dan dilaporkan ke masyarakat lain," katanya.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: