Kepatuhan pada protokol kesehatan di Sumatera dan Papua paling rendah
18 Januari 2021 16:36 WIB
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Dr Sonny Harry B Harmadi menjelaskan dalam talkshow secara daring Satgas COVID-19 di Jakarta, Senin (18/1/2021). (ANTARA/Virna P Setyorini)
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyebut tingkat kepatuhan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan untuk pencegahan penularan COVID-19 di wilayah Sumatera dan Papua paling rendah saat ini.
"Kita sudah berkali-kali mengingatkan masyarakat bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan punya dampak sangat besar terhadap penurunan kasus. Jadi secara statistik kami sudah tes, jika kepatuhan memakai masker naik maka kasusnya turun, jika angka kepatuhan mencuci tangan naik kasusnya turun, jika kepatuhan menjaga jarak naik kasusnya juga turun," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Dr Sonny Harry B Harmadi dalam talkshow sarung Satgas COVID-19 di Jakarta, Senin.
Menurut dia, masih ada 85 kabupaten/kota yang kepatuhannya kurang dari 60 persen untuk memakai masker di Indonesia, paling banyak terjadi di Sumatera dan Papua. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan memakai masker khususnya di dua wilayah tersebut.
Baca juga: BNPB katakan protokol kesehatan diterapkan di pengungsian
Untuk jaga jarak ternyata tingkat kepatuhan kurang dari 60 persen pada sekitar 87 kabupaten/kota. Juga mayoritas ada di Sumatera dan Papua, ujar Sonny.
Upaya yang dilakukan Satgas Penanganan COVID-19 untuk mengatasinya bersama lebih dari 63.000 duta perubahan perilaku saat ini, menurut dia, mencoba mendorong lebih kuat lagi mengingatkan masyarakat bahwa vaksinasi dan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan tidak bisa dipisahkan.
Walaupun ada vaksinasi, ia menegaskan bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan untuk mencegah meluasnya penularan COVID-19 juga sangat penting.
Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan kekuatan bangsa hadapi pandemi COVID-19
Selain itu sesuai arahan Ketua Satgas Penganganan COVID-19 Doni Monardo, ia mengatakan perlu mendorong pemda untuk mengaktifkan lagi posko-posko komunitas yang bertujuan menguatkan pengawasan di level komunitas untuk tingkat kepatuhan. Karena sebenarnya pemahaman terhadap 3M sudah tinggi, bahkan beberapa survei sudah mendekati 100 persen, tetapi kepatuhannya belum maksimal.
Biasanya pada masyarakat yang ada kecenderungan senang berkumpul dan kekerabatan cukup tinggi cenderung sulit menerapkan protokol kesehatan. Namun demikian itu bukan menjadi alasan karena kesadaran bersama itu sangat penting.
"Kami dorong duta perubahan perilaku kami di Sumatera dan Papua bekerja lebih keras lagi. Kelihatannya pemahaman, edukasinya belum maksimal nih di dua daerah itu, sehingga itu menjadi target kami diberikutnya," ujar Sonny.
Baca juga: Kemenkes: Mematuhi prokes tetap penting meski sudah divaksin
#satgascovid19 #pakaimasker #jagajarak #cucitanganpakaisabun
"Kita sudah berkali-kali mengingatkan masyarakat bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan punya dampak sangat besar terhadap penurunan kasus. Jadi secara statistik kami sudah tes, jika kepatuhan memakai masker naik maka kasusnya turun, jika angka kepatuhan mencuci tangan naik kasusnya turun, jika kepatuhan menjaga jarak naik kasusnya juga turun," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Dr Sonny Harry B Harmadi dalam talkshow sarung Satgas COVID-19 di Jakarta, Senin.
Menurut dia, masih ada 85 kabupaten/kota yang kepatuhannya kurang dari 60 persen untuk memakai masker di Indonesia, paling banyak terjadi di Sumatera dan Papua. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan memakai masker khususnya di dua wilayah tersebut.
Baca juga: BNPB katakan protokol kesehatan diterapkan di pengungsian
Untuk jaga jarak ternyata tingkat kepatuhan kurang dari 60 persen pada sekitar 87 kabupaten/kota. Juga mayoritas ada di Sumatera dan Papua, ujar Sonny.
Upaya yang dilakukan Satgas Penanganan COVID-19 untuk mengatasinya bersama lebih dari 63.000 duta perubahan perilaku saat ini, menurut dia, mencoba mendorong lebih kuat lagi mengingatkan masyarakat bahwa vaksinasi dan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan tidak bisa dipisahkan.
Walaupun ada vaksinasi, ia menegaskan bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan untuk mencegah meluasnya penularan COVID-19 juga sangat penting.
Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan kekuatan bangsa hadapi pandemi COVID-19
Selain itu sesuai arahan Ketua Satgas Penganganan COVID-19 Doni Monardo, ia mengatakan perlu mendorong pemda untuk mengaktifkan lagi posko-posko komunitas yang bertujuan menguatkan pengawasan di level komunitas untuk tingkat kepatuhan. Karena sebenarnya pemahaman terhadap 3M sudah tinggi, bahkan beberapa survei sudah mendekati 100 persen, tetapi kepatuhannya belum maksimal.
Biasanya pada masyarakat yang ada kecenderungan senang berkumpul dan kekerabatan cukup tinggi cenderung sulit menerapkan protokol kesehatan. Namun demikian itu bukan menjadi alasan karena kesadaran bersama itu sangat penting.
"Kami dorong duta perubahan perilaku kami di Sumatera dan Papua bekerja lebih keras lagi. Kelihatannya pemahaman, edukasinya belum maksimal nih di dua daerah itu, sehingga itu menjadi target kami diberikutnya," ujar Sonny.
Baca juga: Kemenkes: Mematuhi prokes tetap penting meski sudah divaksin
#satgascovid19 #pakaimasker #jagajarak #cucitanganpakaisabun
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021
Tags: