PT BAI terpaksa tunda produksi alumina akibat pandemi
18 Januari 2021 13:26 WIB
Lokasi pembangunan pabrik pengolahan bahan baku bauksit (smelter) di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Nikolas Panama)
Tanjungpinang (ANTARA) -
PT Bintan Alumina Indonesia (PT BAI) terpaksa menunda produksi alumina di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau akibat berbagai kebijakan penanganan COVID-19.
Direktur Utama PT BAI Santoni, di Tanjungpinang, Senin, mengatakan, kebijakan menutup akses warga asing masuk ke Indonesia untuk mencegah penularan COVID-19 menyebabkan kegiatan di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang menjadi terhambat.
"Perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan PT BAI menggunakan tenaga ahli dari China dalam membangun 'smelter' (pabrik pengolahan bahan tambang) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Ini yang menyebabkan produksi alumina tidak dapat dilaksanakan sesuai target," ujarnya.
Santoni menambahkan, PT BAI awalnya menargetkan operasional produksi dan kegiatan ekspor alumina mulai dilaksanakan Maret 2021. Namun akibat kendala tersebut, perusahaan itu terpaksa menunda produksi alumina dari bahan baku mineral bauksit hingga April 2021.
"Kami terus kebut pekerjaan ini. Paling cepat April 2021 sudah produksi dan ekspor," ucapnya.
Ia mengemukakan perusahaan dengan status Penanaman Modal Asing itu telah menanamkan modalnya hingga sekarang Rp13 triliun atau tiga kali dari nilai APBD Kepri. Perusahaan itu membutuhkan tenaga kerja asal China untuk membangun "smelter", PLTU dan fasilitas lainnya.
Sementara jumlah tenaga kerja asal berbagai daerah di Galang Batang mencapai 3 ribu orang, 900 orang di antaranya asal Bintan.
"Tenaga kerja asal China itu kembali ke negara asalnya setelah menyelesaikan pekerjaan di Galang Batang," tuturnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Bintan Indra Hidayat mengatakan sebanyak 796 orang Tenaga Kerja Asing yang bekerja di sejumlah perusahaan yang bekerja sama dengan PT BAI di KEK Galang Batang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau telah kembali ke China, negara asalnya.
TKA tersebut kembali ke China pada Januari-Oktober 2020 sebanyak 194 orang, dan November 2020- 6 Januari 2021 mencapai 602 orang.
"Jumlah TKA yang bekerja di-KEK Galang Batam pada Agustus 2020-6Januari 2020 mencapai 1782 orang, namun yang sudah kembali ke China sebanyak 796 orang sehingga yang masih tersisa 986 orang," ujarnya.
Indra menjelaskan seluruh TKA hanya mendapatkan ijin untuk bekerja di-KEK Galang Batang yang dikelola PT BAI selama enam bulan. Namun berdasarkan data kepulangan TKA ke China, para TKA tersebut bekerja di Galang Batang tidak mencapai enam bulan sudah kembali ke China.
TKA asal China itu memiliki keahlian tertentu dalam mendukung kegiatan perusahaan menjelang operasional produksi. Setelah kegiatan operasional dilaksanakan, jumlah TKA yang bekerja tidak sebanyak seperti yang terjadi sekarang.
"Mereka itu tidak langsung bekerja dengan PT BAI, melainkan perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan PT BAI," katanya.
PT Bintan Alumina Indonesia (PT BAI) terpaksa menunda produksi alumina di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau akibat berbagai kebijakan penanganan COVID-19.
Direktur Utama PT BAI Santoni, di Tanjungpinang, Senin, mengatakan, kebijakan menutup akses warga asing masuk ke Indonesia untuk mencegah penularan COVID-19 menyebabkan kegiatan di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang menjadi terhambat.
"Perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan PT BAI menggunakan tenaga ahli dari China dalam membangun 'smelter' (pabrik pengolahan bahan tambang) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Ini yang menyebabkan produksi alumina tidak dapat dilaksanakan sesuai target," ujarnya.
Santoni menambahkan, PT BAI awalnya menargetkan operasional produksi dan kegiatan ekspor alumina mulai dilaksanakan Maret 2021. Namun akibat kendala tersebut, perusahaan itu terpaksa menunda produksi alumina dari bahan baku mineral bauksit hingga April 2021.
"Kami terus kebut pekerjaan ini. Paling cepat April 2021 sudah produksi dan ekspor," ucapnya.
Ia mengemukakan perusahaan dengan status Penanaman Modal Asing itu telah menanamkan modalnya hingga sekarang Rp13 triliun atau tiga kali dari nilai APBD Kepri. Perusahaan itu membutuhkan tenaga kerja asal China untuk membangun "smelter", PLTU dan fasilitas lainnya.
Sementara jumlah tenaga kerja asal berbagai daerah di Galang Batang mencapai 3 ribu orang, 900 orang di antaranya asal Bintan.
"Tenaga kerja asal China itu kembali ke negara asalnya setelah menyelesaikan pekerjaan di Galang Batang," tuturnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Bintan Indra Hidayat mengatakan sebanyak 796 orang Tenaga Kerja Asing yang bekerja di sejumlah perusahaan yang bekerja sama dengan PT BAI di KEK Galang Batang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau telah kembali ke China, negara asalnya.
TKA tersebut kembali ke China pada Januari-Oktober 2020 sebanyak 194 orang, dan November 2020- 6 Januari 2021 mencapai 602 orang.
"Jumlah TKA yang bekerja di-KEK Galang Batam pada Agustus 2020-6Januari 2020 mencapai 1782 orang, namun yang sudah kembali ke China sebanyak 796 orang sehingga yang masih tersisa 986 orang," ujarnya.
Indra menjelaskan seluruh TKA hanya mendapatkan ijin untuk bekerja di-KEK Galang Batang yang dikelola PT BAI selama enam bulan. Namun berdasarkan data kepulangan TKA ke China, para TKA tersebut bekerja di Galang Batang tidak mencapai enam bulan sudah kembali ke China.
TKA asal China itu memiliki keahlian tertentu dalam mendukung kegiatan perusahaan menjelang operasional produksi. Setelah kegiatan operasional dilaksanakan, jumlah TKA yang bekerja tidak sebanyak seperti yang terjadi sekarang.
"Mereka itu tidak langsung bekerja dengan PT BAI, melainkan perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan PT BAI," katanya.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: