Fokus pencarian hari keenam pada korban dan CVR Sriwijaya SJ 182
14 Januari 2021 09:55 WIB
Dirops Basarnas Brigjen TNI Rasman M.S memberikan keterangan pers informasi terkini operasi pencarian dan penyelamatan kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Posko SAR Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/1/2021). ANTARA/Laily Rahmawaty/am.
Jakarta (ANTARA) - Fokus pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hari keenam di Kepulauan Seribu pada korban dan perekam suara di kokpit (cockpit voice recorder/CVR).
"Fokus pencarian tidak ada diprioritaskan kepada satu objek, jadi korban dan CVR kita utamakan, termasuk serpihan pesawat," kata Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (MAR) Rasman M.S di Posko SAR Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis.
Menurut Rasman, untuk pencarian itu, Tim SAR yang terlibat dibagi ada yang khusus mencari serpihan, korban dan juga CVR.
Pelibatan Tim SAR sama seperti hari-hari sebelumnya, yakni sebanyak 4.132 orang, terdiri atas Basarnas 795 orang dan potensi SAR 3.337 orang.
Begitu pula dengan alat utama (alut) yang dikerahkan yakni kapal 54 unit, perahu karet berkemudi (RIB) 18 unit, pesawat udara 13 unit, 30 unit ambulans, termasuk 18 peralatan lainnya dalam skala kecil, seperti "sea rider", jetski dan perahu karet.
"Oleh karena itu, kita bagi di dalam tim ini ada yang khusus mencari serpihan, korban dan juga CVR. Itu mekanisme di dalam pengaturan itu sehingga bisa kita maksimalkan pencarian dan pertolongan," kata Rasman.
Menurut Rasman, Tim SAR berlomba dengan waktu untuk menemukan korban maupun serpihan pesawat karena pada hari keenam kondisi jenazah apabila sudah terendam air laut terlalu lama, sulit untuk dikenali DNA-nya.
"Ya kemarin, jazad sudah mulai tak utuh, tapi itu nanti tugasnya DVI (disaster victim investigation) untuk melakukan identifikasi, yang jelas semakin lama korban di dalam air DNA-nya semakin kabur, makanya kita berkejaran dengan waktu," kata Rasman.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 mil laut (nautical mile/nm) di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB karena karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifes, pesawat yang diproduksi pada 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri enam kru aktif dan enam kru ekstra.
"Fokus pencarian tidak ada diprioritaskan kepada satu objek, jadi korban dan CVR kita utamakan, termasuk serpihan pesawat," kata Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (MAR) Rasman M.S di Posko SAR Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis.
Menurut Rasman, untuk pencarian itu, Tim SAR yang terlibat dibagi ada yang khusus mencari serpihan, korban dan juga CVR.
Pelibatan Tim SAR sama seperti hari-hari sebelumnya, yakni sebanyak 4.132 orang, terdiri atas Basarnas 795 orang dan potensi SAR 3.337 orang.
Begitu pula dengan alat utama (alut) yang dikerahkan yakni kapal 54 unit, perahu karet berkemudi (RIB) 18 unit, pesawat udara 13 unit, 30 unit ambulans, termasuk 18 peralatan lainnya dalam skala kecil, seperti "sea rider", jetski dan perahu karet.
"Oleh karena itu, kita bagi di dalam tim ini ada yang khusus mencari serpihan, korban dan juga CVR. Itu mekanisme di dalam pengaturan itu sehingga bisa kita maksimalkan pencarian dan pertolongan," kata Rasman.
Menurut Rasman, Tim SAR berlomba dengan waktu untuk menemukan korban maupun serpihan pesawat karena pada hari keenam kondisi jenazah apabila sudah terendam air laut terlalu lama, sulit untuk dikenali DNA-nya.
"Ya kemarin, jazad sudah mulai tak utuh, tapi itu nanti tugasnya DVI (disaster victim investigation) untuk melakukan identifikasi, yang jelas semakin lama korban di dalam air DNA-nya semakin kabur, makanya kita berkejaran dengan waktu," kata Rasman.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 mil laut (nautical mile/nm) di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB karena karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifes, pesawat yang diproduksi pada 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: