Jakarta (ANTARA) - Sebanyak empat korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ-182 teridentifikasi dengan pencocokan sidik jari karena penggunaan sampel DNA memerlukan waktu yang lama, yakni sekitar 1-2 minggu.

"Penggunaan DNA nanti merupakan jalan terakhir yang digunakan oleh tim DVI untuk mengidentifikasi korban," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Rusdi Hartono, di RS Kepolisian Indonesia dr Soekanto, Jakarta, Selasa.

Secara terpisah, Kepala Pusat Inafis Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Hudi Suryanto, menuturkan mengidentifikasi jenazah disebut paling cepat dengan sidik jari sehingga apabila dimungkinkan, metode itu yang lebih dulu digunakan.

Baca juga: Gubernur: Sriwijaya secepatnya sampaikan data korban asal Kalbar

Jika hasil tes DNA keluar nanti dengan hasil yang sama dengan pencocokan sidik jari, kata dia, maka semakin menguatkan identifikasi jenazah yang dilakukan.

Sementara dalam pencocokan sidik jari jenazah dan data KTP elektronik, dia mengatakan mereka juga mrekonsiliasi dengan mencocokan properti yang dibawa korban maupun data ante mortem lain.

Baca juga: Sampel DNA dari keluarga penumpang Sriwijaya Air belum semua terkumpul

Adapun pada Selasa, sebanyak tiga korban kembali teridentifikasi dari empat kantong jenazah yang diterima RS Polri, yakni co-pilot Fadly Satrianto dan dua penumpang pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ-182 bernama Khazanah dan Ash Habul Yamin.

Korban teridentifikasi dari sidik jari yang dicocokkan dengan data dari e-KTP. Sehari sebelumnya jenazah seorang kru pesawat bernama Okky Bisma pun teridentifikasi dari sidik jari.

Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC dan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada hari Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB, kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.

Baca juga: Tim DVI Polda Bali ambil sampel DNA keluarga pramugari Sriwijaya Air