Klaten, Jateng (ANTARA) - Sejumlah warga lereng Gunung Merapi yang tinggal di wilayah Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah memilih konsep "sister family" atau mengandalkan hubungan keluarga untuk mengungsi jika sewaktu-waktu terjadi erupsi besar.

"Kami lebih pilih 'sister family', keluarga ke keluarga," kata relawan Merapi di RT 27 Dukuh Bangan Desa Sidorejo Kecamatan Kemalang Sukiman Kabupaten Klaten di Klaten, Senin.

Ia mengatakan dari 24 kepala keluarga yang ada di RT tersebut, sejauh ini lebih dari setengahnya sudah tahu akan mengungsi di mana dengan mengandalkan konsep "sister family" tersebut.

Baca juga: Wilayah timur lereng Merapi di Sleman dilanda hujan abu

Menurut dia, sama dengan jika mengungsi di lokasi pengungsian yang sudah disediakan oleh pemerintah daerah, dengan konsep tersebut warga bisa tetap membawa hewan ternaknya.

"Kalau di tempat kami jumlah hewan ternak ada 148 ekor. Mereka bawa hewan ternak, itu sudah disepakati dari awal," katanya.

Baca juga: Guguran lava pijar keluar 19 kali dari Gunung Merapi

Sementara itu, diakuinya, sejauh ini warga Desa Sidorejo secara umum belum mau ke pengungsian karena mereka lebih takut terpapar COVID-19 jika harus berkerumun di lokasi pengungsian.

"Warga lebih takut kalau mereka kena COVID-19 saat di pengungsian," katanya.

Meski demikian, dikatakannya, warga tetap menyiapkan kendaraan evakuasi jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan awan panas guguran sejauh 600 meter

Sedangkan untuk saat ini, dikatakannya, pada malam hari sebagian warga yang merupakan kelompok rentan lebih memilih untuk mengungsi ke dukuh yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) II.

"Selain di malam hari juga saat tiba-tiba puncak gunung tidak kelihatan," katanya.