Komisi V: Faktor keselamatan penerbangan nasional jadi sorotan dunia
11 Januari 2021 16:38 WIB
Serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu diperlihatkan di Dermaga JICT, Jakarta, Senin (11/1/2021). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi V DPR Ridwan Bae menyampaikan faktor keselamatan industri penerbangan nasional sedang menjadi sorotan dunia.
"Oleh karena itu, Komisi V akan mendalami lebih jauh apa yang terjadi. Karena dari pandangan dunia terhadap Indonesia ada sedikit anggapan bahwa masalah penerbangan kita ini ada sedikit rawan," ujar Ridwan Bae di Jakarta Internantional Container Terminal (JICT) 2, Jakarta Utara, Senin.
Ia menyampaikan, sorotan dunia terhadap penerbangan nasional itu menyusul musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
"Kejadian ini kita harapkan jangan pernah terjadi lagi, itu niatan kita, itu harapan kita dan bahkan harapan rakyat Indonesia," ucapnya.
Ia mengatakan, setiap musibah yang terjadi di industri penerbangan kerap kali membuat khawatir pengguna moda transportasi udara.
"Setiap kejadian seperti ini tentu menggetarkan jiwa rakyat Indonesia, menggelisahkan setiap melakukan penerbangan, apalagi bagi keluarga korban," katanya.
Baca juga: Komisi V DPR pertanyakan kelayakan usia pesawat di atas 20 tahun
Ridwan berharap, musibah jatuhnya pesawat tidak terjadi lagi ke depannya sehingga tidak membuat khawatir masyarakat dalam menggunakan moda transportasi udara.
"Satu harapan kami bahwa ke depan tidak lagi terjadi hal-hal yang seperti ini sehingga rakyat Indonesia dalam suasana yang tenang dan tidak menimbulkan kegelisahan seperti sekarang ini," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Ridwan memberikan dukungannya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pemerintah yang telah sigap manangani musibah ini.
"Tentu kami datang hari ini memberikan dukungan kepada Basarnas dan seluruh jajaran yang terkait, baik itu KNKT, Kementerian Perhubungan, TNI-Polri dan semua yang terlibat, termasuk nelayan," katanya.
Seperti diberitakan, Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Keberadaan pesawat itu tengah dalam investigasi dan pencarian oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Koordinasi langsung dilakukan dengan berbagai pihak, baik Kepolisian, TNI maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Baca juga: Komisi V DPR minta Kemenhub perketat pengawasan penerbangan
"Oleh karena itu, Komisi V akan mendalami lebih jauh apa yang terjadi. Karena dari pandangan dunia terhadap Indonesia ada sedikit anggapan bahwa masalah penerbangan kita ini ada sedikit rawan," ujar Ridwan Bae di Jakarta Internantional Container Terminal (JICT) 2, Jakarta Utara, Senin.
Ia menyampaikan, sorotan dunia terhadap penerbangan nasional itu menyusul musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
"Kejadian ini kita harapkan jangan pernah terjadi lagi, itu niatan kita, itu harapan kita dan bahkan harapan rakyat Indonesia," ucapnya.
Ia mengatakan, setiap musibah yang terjadi di industri penerbangan kerap kali membuat khawatir pengguna moda transportasi udara.
"Setiap kejadian seperti ini tentu menggetarkan jiwa rakyat Indonesia, menggelisahkan setiap melakukan penerbangan, apalagi bagi keluarga korban," katanya.
Baca juga: Komisi V DPR pertanyakan kelayakan usia pesawat di atas 20 tahun
Ridwan berharap, musibah jatuhnya pesawat tidak terjadi lagi ke depannya sehingga tidak membuat khawatir masyarakat dalam menggunakan moda transportasi udara.
"Satu harapan kami bahwa ke depan tidak lagi terjadi hal-hal yang seperti ini sehingga rakyat Indonesia dalam suasana yang tenang dan tidak menimbulkan kegelisahan seperti sekarang ini," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Ridwan memberikan dukungannya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pemerintah yang telah sigap manangani musibah ini.
"Tentu kami datang hari ini memberikan dukungan kepada Basarnas dan seluruh jajaran yang terkait, baik itu KNKT, Kementerian Perhubungan, TNI-Polri dan semua yang terlibat, termasuk nelayan," katanya.
Seperti diberitakan, Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Keberadaan pesawat itu tengah dalam investigasi dan pencarian oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Koordinasi langsung dilakukan dengan berbagai pihak, baik Kepolisian, TNI maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Baca juga: Komisi V DPR minta Kemenhub perketat pengawasan penerbangan
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: